MAKHLUK HIDUP DIIKAT OLEH KAMMA
“Na Jata Brahmano hoti, Na Jata Vassalo hoti.Kammanta Vassalo hoti, Kammanta hoti Brahmano”Bukan karena kelahiran seseorang menjadi BrahmanaBukan karena kelahiran seseorang menjadi VassalaDari perbuatannya seseorang menjadi BrahmanaDari perbuatannya seseorang menjadi Vassala
Kita berbeda Karena kamma. Kita terlahir di alam mana pun juga karena kamma. Kammalah yang merancang semuanya itu. Indah dan tidaknya kehidupan kita ter-gantung pada timbunan kamma kita. Kamma yang merancang dan membentuk kebiasaan-kebiasaan anda. Yang menarik adalah ciri atau benih kelahiran di 31 alam bisa kita temukan di dalam batin kita saat ini kecuali batin para Ariya.
Seseorang yang dikuasai oleh kemarahan, secara psikologis, sedang menikmati kehidupan di alam neraka. Lebih jauh lagi, kemarahan itu sendiri adalah benih kamma yang mempunyai potensi untuk memunculkan kelahiran di alam neraka. Jadi, buat orang tersebut ketika sedang marah maka dia adalah seorang manusia yang salah alam - bukan hidup di alam manusia tetapi seolah-olah hidup di neraka! potensi ini apabila berbuah akan terus menyeretnya hingga ke alam neraka setelah kehidupannya di alam manusia saat ini.
Seseorang yang penuh nafsu, mengumbar nafsu ragawi di manapun dia berada, secara psikologis sedang hidup di alam binatang. Jadi dia juga adalah seorang manusia yang salah alam -bukan hidup di alam manusia melainkan di kerajaan binatang. Nafsu-nafsu ragawinya, apabila berbuah akan menyeret dia untuk terlahir di kerajaan binatang nantinya. Demikian juga seseorang yang hatinya penuh kemurahan hati, penuh cinta kasih dan kabijaksanaan adalah seorang manusia yang hidupnya di surga. Dengan kata lain, benih-benih kelahiran di 31 alam sesungguhnya ada di arus batin seorang puthujjana.
Pada suatu hari, ketika Sang Buddha tinggal di Icchanangala, terjadilah percakapan di antara dua brahmana muda Vasettha dan Bharadvaja. Kedua brahmana muda ini tidak bisa mencapai kesepakatan siapakah yang bisa disebut sebagai brahmana. Menurut Bharadvaja, seseorang dengan kelahiran yang baik (sujata) dari garis ayah dan garis ibu, dari keturunan yang murni (samsuddhagahanika) hingga tujuh generasi leluhurnya kelahirannya tidak terbantahkan dan sempurna maka dia adalah seorang brahmana. Akan tetapi Vasettha berpendapat lain. Menurut dia seseorang yang bermoral (silavant) dan penuh pengendalian diri (vatasampanna) adalah orang yang pantas maka keduanya setuju untuk menanyakan hal tersebut kepada Buddha. Menjawab pertanyaan tersebut, Buddha menjelaskan dengan panjang lebar. Seseorang yang hidupnya bergantung pada pertanian (gorakkha) disebut sebagai petani (kassaka); yang bergantung pada pedagang (vanija); yang hidupnya melayani orang lain (parapessa) disebut sebagai pelayan (pessika) dan lain-lain. Jadi, menurut Buddha, seseorang disebut sebagai brahmana bukan karena keturunan atau kelahirannya melainkan karena perbuatan atau kammanya.
Seseorang tidak menjadi Brahmana karena kelahiran, tidak karena kelahiran seseorang disebut bukan-brahmana. Karena kamma, seseorang menjadi brahmana; karena kamma seseorang menjadi bukan-brahmana. Dengan kata lain, seseorang menjadi petani, pedagang, pelayan dan lain-lain karena kamma mereka sendiri.
Dalam memperingati Hari Ulang Tahun ke-34 S?m? di Vih?ra Jakarta Dhammacakka Jaya, marilah kita perbanyak kebajikan agar dalam kehidupan yang akan datang terlahir di alam Sugati