Mengeluh Bukan Jalannya
Uttiṭṭhe nappamajjeya, Dhammaṁ sucaritaṁ careDhammacārī sukhaṁ seti, Asmiṁ loke paramhi,tiSadarlah akan kenyataan, berjuanglah, jangan lalai, hiduplah sesuai Dhamma.Seseorang yang hidup sesuai dengan Dhamma,akan hidup berbahagia dalam kehidupan ini dan yang akan datang.(Dhammapada, Loka Vagga 13:2)
Mungkin memang sudah jamannya, orang sering mengeluh dan tak pernah bersyukur. Bahkan mengeluh sudah menjadi budaya bagi kalangan masyarakat. Kalau kita mau menyimak di berbagai jejaring sosial, maka kita akan mendapati kata-kata keluhan, umpatan, hingga caci-makian yang mewarnai dinding pemilik akun. Entah keluhan yang ditujukan untuk teman kerja, tetangga, sistem pemerintahan, hingga mengeluh untuk dirinya sendiri.
Seperti sebuah kebiasaan, mulai dari bangun tidur saja kalimat keluhan sudah terlontar, hingga sampai menjelang tidur. Ada-ada saja hal dan cara keluhan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kesanggupan menerima sesuatu yang kurang baik. Baik hal itu yang serius maupun yang tidak serius yang dilontarkan secara sengaja maupun tidak sengaja.
Banyak sekali yang sering dikeluhkan oleh seseorang, mungkin orang mengeluhkan bahwa dirinya tidak punya apa-apa, mengeluhkan bahwa dirinya buruk, mengeluhkan tentang pasangan (suami/istri), mengeluhkan tentang hidupnya, mengeluhkan tentang anak-anaknya, mengeluhkan tentang rumahnya yang jelek, mengeluh akan jauhnya jalan yang ditempuh, juga mengeluh capek, mengeluhkan akan pekerjaan.
Tak ada guna orang itu mengeluh karena dengan mengeluh saja tidak memberikan kondisi yang baik. Jika seseorang membiarkan diri dalam mengeluh, maka seseorang tidak bahagia dalam hidupnya. Seseorang mengeluhkan dan memikirkan sesuatu ketidaksenangan, maka akan jatuh dan terseret pada lingkaran ketidakbahagiaan sepanjang hidupnya. Bagi siapa pun yang terseret dalam kebiasaan mengeluh tidak akan mendapatkan apa-apa, dan apa yang sedang dikerjakan tidak memberikan kepuasan dan cenderung gagal. Dalam pepatah Jawa dikatakan sombat sambat ora sumbut. Artinya, banyak mengeluh tetapi tidak sepadan (dengan usahanya). Sadarkah bahwa menerima apa adanya akan jauh lebih melegakan ketimbang mengeluh.
Sikap seseorang hendaknya mau menerima setiap kondisi atau setiap apa yang diperoleh, tidak melakukan protes alias tidak melakukan penolakan. Ketika seseorang melakukan penolakan terhadap apa yang diperoleh, maka seseorang semakin menderita.
Orang yang suka mengeluh akan sangat sulit untuk mencapai tujuan. Sudahkah anda mencapai tujuan anda masing-masing? Jika belum, gapailah tujuan anda dan tinggalkan sikap mengeluh! Jika saat ini belum mendapatkan apa yang kita tuju, maka kita harus sukses menggapai tujuan di waktu yang akan datang. Saat ini adalah waktu yang tepat untuk mencapai keberhasilan dalam segala bidang. Dalam Vibha?ga 216 & 413, ada empat IDDHIPADA yaitu empat jalan untuk mencapai keberhasilan dalam hidupnya. Jalan ini adalah bukan jalan biasa, melainkan jalan yang luar biasa, mengapa? Karena jalan ini membawa sebuah keberhasilan.
1. Chanda: kepuasan dan kegembira-an di dalam mengerjakan hal-hal yang sedang dikerjakan. Hal ini ada ketertarikan dalam mengerjakan sesuatu. Ketertarikan ini dapat dipengaruhi adanya pendidikan yang lebih awal, tantangan serta hukum kamma. Pengaruh-pengaruh inilah yang membawa seseorang menjadi suka terhadap apa yang dikerjakan. Ketertarikan ini membawa keberhasilan dalam hidupnya. Tanpa ketertarikan pada hal-hal yang sedang dilakukan, maka seseorang cenderung gagal, putus di tengah jalan dan tak terselesaikan kewajibannya.
2. Viriya: usaha yang semangat untuk mengerjakan sesuatu. Seseorang yang mempunyai chanda atau ketertarikan akan mempunyai viriya. Semangat sangat dibutuhkan untuk memenuhi ketertarikan, dengan usaha yang sangat kuat dan tidak terputus. Akan tetapi chanda yang ada akan mempengaruhi viriya yang ada. Bila chanda-nya baik, maka viriya yang muncul adalah baik. Sebaliknya, bila chanda yang muncul buruk, maka viriya yang mumcul adalah buruk. Oleh karena itu, seseorang dapat memilah-milah chanda yang baik maupun buruk dan mengutamakan chanda yang baik, juga mengutamakan viriya yang baik, se-hingga apa yang dilakukan adalah hal yang baik-baik. Tidak salahnya kita meninggalkan chanda yang buruk dan viriya yang buruk agar hidup lebih maju.
3. Citta: memperhatikan dengan sepenuh hati terhadap hal-hal yang sedang dikerjakan tanpa membiarkan begitu saja. Dalam mengerjakan hendaknya tidak sembarangan juga tidak asal-asalan, tetapi melakukan dengan sungguh-sungguh. Mengetahui langkah-langkah, meneliti dari apa yang sedang dikerjakan. Memperbaiki apa yang belum baik, melengkapi apa yang belum lengkap dan membereskan apa yang belum beres, sehingga apa yang dilakukan akan memberikan kepuasan dalam hati. Oleh karena itu, seseorang harus mengevaluasi dari apa yang sedang dikerjakan.
4. Vima?s?: merenungkan dan menyelidiki alasan-alasan dalam hal-hal yang sedang dikerjakan dengan menganalisa dan meneliti terhadap pekerjaan agar mempunyai pengertian yang mendalam, atau benar-benar menguasai apa yang sedang dikerjakan. Dengan demikian, seseorang yang merenung dan menganalisa dapat mengembangkan sesuatu yang baru, dapat memunculkan gagasan-gagasan yang baru, dan dapat memberikan pandangan-pandangan yang baru juga.
Inilah empat hal jalan menuju pada sebuah keberhasilan hidup atau kondisi-kondisi yang sangat berguna untuk mencapai cita-cita serta harapan-harapan yang ada dalam diri kita. Jadi, dalam hidup ini tidak perlu mengeluh, semua tidak dapat diselesaikan dengan cara mengeluh. Daripada banyak mengeluh, lebih baik melepaskan keluhan-keluhan, melepaskan pikiran-pikiran yang cepat bosan atau pikiran jenuh, melepaskan keinginan cepat selesai, keinginan cepat mendapatkan, hendaknya kita melakukan segala sesuatu sebagaimana mestinya tanpa mengeluh.