Tegakkan Keadilan
Na tena hoti dhammaṭṭho, yenatthaṁ sahasa nayeyo ca atthaṁ anatthañca, ubho niccheyya paṇḍito.Ia yang memutuskan segala sesuatu dengan tergesagesa,tidak dapat dikatakan sebagai orang yang adil. Orang bijaksana hendaknya memeriksa dengan teliti mana yang benar dan mana yang salah.(Dhammapada 256)
Keadilan adalah gagasan yang paling sentral sekaligus tujuan tertinggi yang diajarkan setiap agama dan kemanusiaan dalam upaya meraih citacita manusia dalam kehidupan bersama.
Keadilan adalah kata kunci yang menentukan selamat tidaknya manusia di muka bumi. Tanpa keadilan, manusia pasti hancur. Karena itu, tugas yang pokok manusia adalah menegakkan keadilan. Keadilan akan memberikan bebahagiaan, kehangatan bagi kita semua, oleh karena itu tegakkanlah keadilan tersebut dalam kehidupan kita seharihari.
Untuk mengetahui apa itu keadilan dan ketidakadilan dengan jernih, diperlukan pengetahuan yang jernih tentang salah satu sisinya untuk menentukan secara jernih pula sisi yang lainnya. Keadilan yang lengkap bukan hanya mencapai kebahagiaan untuk diri sendiri, tetapi juga kebahagiaan bagi orang lain. Dalam kehidupan seharihari, kita hendaknya jangan tergesagesa untuk mengambil suatu keputusan apapun pada saat kita mengalami berbagai macam masalah. Kita harus bersikap tenang pada saat itu, jangan sampai menyakiti perasaan orang lain. Biasanya kita pada saat menghadapi masalah, kita langsung marah dan mencelakai orang lain, itu hanya untuk memuaskan ego kita, ujungnjungnya yang kita dapat hanyalah penyesalan yang terjadi. Supaya tidak terjadi halhal yang tidak kita inginkan tersebut, kita harus selidiki terlebih dahulu permasalahannya. Di dalam Dhammapada 257 disebutkan ia yang mengadili orang lain dengan tidak tergesagesa, bersikap adil dan tidak berat sebelah, yang senantiasa menjaga kebenaran, pantas disebut orang yang adil.
Berbicara mengenai keadilan, ada tiga tempat untuk kita kembangkan sikap keadilan tersebut:
1. Adil pada diri sendiri
Banyak kita jumpai, sekarang ini orang tidak memperdulikan dirinya sendiri. Ia bekerja tanpa mengenal batas waktu, bahkan lebih cepat dari matahari, sebelum matahari terbit orang sudah mulai bekerja, dan begitu matahari sudah terbenam orang masih juga bekerja. Memang itu tidak salah, tetapi kita harus menjaga kesehatan jasmani ini supaya tidak cepat sakit. Perlu juga kita ketahui bahwa antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan batin juga harus seimbang. Kita sering kali hanya memberikan makanan kepada jasmani kita saja, tetapi batin kita tidak kita beri makan sama sekali maka menjadi batin yang kering, dan gersang, mudah sekali sakit hati, marah, dendam dan sebagainya. Makanan batin tentu sangat berbeda dengan makanan jasmani, kalau jasmani kita beri makanan yang kasar (nasi, kue, dan lain sebagainya), tetapi batin kita berbeda sekali makanannya yaitu dengan belajar Dhamma, melatih meditasi, melaksanakan sila, berbuat baik dengan cara berdana, dan lain sebagainya.
2. Adil pada orang lain
Dalam pergaulan seharihari, kita harus menjaga sikap kita, jangan sampai kita menyakiti perasaan orang lain mulai dari sikap (tingkah laku kita) dan ucapan kita dalam pergaulan seharihari, walaupun itu hanya bercanda sekalipun jangan sampai kita menyakiti perasaan orang lain termasuk keluarga kita juga perlu kita jaga sikap yang baik karena kebersamaan itu akan menciptakan kebahagiaankebahagiaan kecil bagi Anda, keluarga, dan juga bagi sahabat Anda, dan yang pasti akan menjadi momen yang sangat berharga dalam kehidupan Anda, keluarga, dan juga bagi orang lain. Dalam kehidupan ini banyak orang yang begitu gila dengan uang dan kekayaan. Untuk mengejar itu semua, mereka begitu beraninya sikut sanasikut sini. Tidak jarang pula mereka mengabaikan kehidupan orang lain yang telah dibangunnya selama ini. Dengan hanya mementingkan dirinya sendiri dengan bekerja dari pagi, apa yang akhirnya ia dapatkan? Kekecewaan, frustasi, dan kehampaan. Dan banyak sekali orang tidak tahu lagi apa yang dilakukan dengan materi yang begitu banyak yang sudah berlimpah yang dikumpulkan selama ini karena keluarganya berantakan.
Ada sebuah cerita orang buta dan orang cacat:
Ada dua orang pengemis yang biasa memintaminta sedekah di halaman sebuah kuil tua. Pengemis yang satu cacat kaki. Ia harus menggunakan tongkat untuk berjalan selangkah demi selangkah. Pengemis yang kedua buta. Ia menggunakan tongkat sebagai penunjuk jalan, juga harus berjalan selangkah demi selangkah.
Selama ini kedua hubungan pengemis itu tampak kurang harmonis, karena mereka saling menganggap sebagai saingan dalam memperebutkan sedekah orangorang.
Suatu hari terjadi kebakaran di kuil yang besar tersebut. Semua orang lari menyelamatkan diri. Ada yang mencoba memadamkan api. Ada juga yang mencoba menyelamatkan barangbarang. Tetapi, tidak ada orang yang memperhatikan kedua pengemis tersebut.
Untuk keluar dari area kebakaran, mereka harus melewati jalan dan ganggang kecil yang cukup panjang. Akhirnya mereka sepakat bekerja sama; yang buta menggendong yang cacat sebagai penunjuk jalan. Kerja sama yang baik itu berhasil membawa mereka dari area kebakaran.
3. Adil pada alam
Sekarang bencana terjadi di manamana disebabkan oleh manusia itu sendiri, yang selalu ceroboh yang tidak menjaga lingkungan alam mengambil kekayaan alam seenaknya sendiri, membuang sampah sembarang tempat, pepohonan ditebang habis. Alam sekarang ini meraungraung menakutkan, terjadi berbagai macam bencana alam yang silih berganti dan juga lengkap dengan korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kekayaan alam yang sudah diambil dikuras habis oleh manusia itu sendiri yang menyebabkan bencana alam terusmenerus. Bagaimanakah caranya kita menegakkan keadilan kepada alam tersebut? Marilah kita mulai yang paling gampang terlebih dahulu untuk mempraktikkan dalam kehidupan seharihari yaitu membuang sampah pada tempatnya, menanam kembali pohon, dan masih banyak yang lainnya.
Pada saat ini kita telah menyadari bahwa penyebab dari masalah itu semua adalah diri kita sendiri. Sekarang marilah kita bersamasama menegakkan keadilan tersebut untuk mencapai kebahagiaan yang lebih tinggi.