Hidup Tegar Tanpa Ketakutan
Ajjeva kiccamātappaṁ, Ko jaññā maraṇaṁ suveNa hi no saïgarantena, Mahāsenena maccunā’ ti.\Berusahalah saat ini juga! Siapa tahu kematian terjadi di esok hari.Karena, tawar-menawar dengan Raja Kematian bersama pasukan besarnyatidak berlaku bagi kita.(Uparipaṇṇāsa, Majjhima Nikāya)
Rasa takut pasti pernah dialami oleh setiap orang, dan biasanya memunculkan efek yang berbeda-beda. Efek yang muncul tersebut bisa wajar dan bisa berlebihan. Jika sudah di luar batas kewajaran tentu akan merugikan, malahan bisa menyebabkan kecemasan, kekhawatiran, kegelisahan yang berkesinambungan, dan sebagainya yang sudah pasti mengganggu aktivitas keseharian. Di sini pengertian takut secara definisi Bahasa Indonesia adalah: (1) merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana, (2) tidak berani berbuat, menempuh, menderita, dsb. (3) gelisah, khawatir, kacau balau.
Ketakutan bermacam-macam jenisnya, dan dalam artikel ini akan disampaikan ketakutan yang berhubungan dengan kematian. Sebenarnya apa sih yang menimbulkan rasa takut akan kematian? Lantas, bagaimana cara mengatasi ketakutan kan kematian menurut Buddhis? Saya akan mengutip sebuah petikan Sutta yang terdapat dalam Kitab A?guttara Nik?ya kelompok IV: Pada suatu ketika, Brahmana Janussoni mendekati Sang Buddha dan menyapa Beliau demikian: "Petapa Gotama, saya mempertahankan dan memegang pandangan bahwa tidak ada orang yang tidak takut akan kematian, yang tidak gentar akan kematian."
"Brahmana, memang ada orang yang takut akan kematian, yang gentar akan kematian. Tetapi juga ada orang yang tidak takut akan kematian, yang tidak gentar akan kematian. Dan siapakah orang yang takut akan kematian dan siapakah yang tidak takut akan kematian?
1. Orang yang tidak bebas dari nafsu kesenangan indera, orang inilah yang takut akan kematian, yang gentar akan kematian.
2. Orang yang tidak bebas dari nafsu terhadap tubuh ini, orang inilah juga yang takut akan kematian, yang gentar akan kematian.
3. Orang yang belum melakukan apa pun yang bajik dan bermanfaat, yang belum membuat perlindungan bagi dirinya sendiri; tetapi dia telah melakukan apa yang jahat, kejam dan buruk. Orang inilah juga yang takut akan kematian, yang gentar akan kematian.
4. Orang yang memiliki keraguan dan kebingungan tentang Dhamma yang baik dan belum sampai pada kepastian di dalamnya. Orang inilah juga yang takut akan kematian, yang gentar akan kematian.
Itulah empat jenis manusia yang takut akan kematian, yang gentar akan kematian.
Lantas, siapakah orang yang tidak takut akan kematian?
1. Orang yang bebas dari nafsu terhadap kesenangan indera, orang inilah yang tidak takut akan kematian, yang tidak gentar akan kematian.
2. Orang yang bebas dari nafsu terhadap tubuh ini. Orang inilah juga yang tidak takut akan kematian, yang tidak gentar akan kematian.
3. Orang yang tidak melakukan apa pun yang jahat, kejam atau buruk, tetapi telah melakukan apa yang bajik dan bermanfaat, yang telah membuat perlindungan bagi dirinya sendiri. Orang inilah juga yang tidak takut akan kematian, yang tidak gentar akan kematian.
4. Orang yang tidak memiliki keraguan dan kebingungan tentang Dhamma yang baik dan telah memperoleh kepastian di dalamnya. Orang inilah juga yang tidak takut akan kematian, yang tidak gentar akan kematian.
Itulah empat jenis manusia yang tidak takut akan kematian dan tidak gentar akan kematian.
Saudara-saudara se-Dhamma, cobalah mulai sekarang kenali ketakutan akan kematian yang muncul dalam diri kita. Apa yang membuat kita takut? Di antara 4 poin-poin pertama di atas, yang manakah yg menyebabkan kita takut? Tanya diri sendiri, mengapa rasa takut itu hadir.
Mengingat usia kita yang semakin lama semakin mendekati batas habis, kita semua juga semestinya berpikir tentang kemungkinan terlahir kembali di salah satu dari empat alam menyedihkan, daripada kemungkinan terlahir kembali di salah satu alam berbahagia. Karena dengan berpikir demikianlah kita bisa berhati-hati, menggunakan sisa kehidupan ini untuk berbuat hal-hal yang bermanfaat, yang bajik, yang mengarahkan kita mencapai keadaan tanpa rasa takut, khususnya takut dan cemas akan datangnya kematian. Semoga Dhamma yang telah dipelajari dan dipraktikkan selama ini berbuah kebaikan dan kebahagiaan, memberikan manfaat bagi diri kita masing-masing. Semoga senantiasa berada dalam lindungan Tiratana. S?dhu...
Sumber:
Majjhima Nik?ya, A?guttara Nik?ya kelompok IV