Empat Jenis Orang Di Dunia Ini
Cattārome, bhikkhave, puggalā santo saṁvijjamānā lokasmiṁEmpat jenis orang ini, para bhikkhu, terdapat di dunia ini.(Rāgavinaya Sutta - Aṅguttara Nikāya)
Sekarang ini keadaan di masyarakat, entah itu di kota-kota besar maupun di desa-desa, kita pasti sering menjumpai banyak orang yang memiliki sifat yang persis sama. Misalnya ada orang yang perilakunya baik, pendiam, dan tidak pernah mau ambil pusing dengan masalah orang lain, yang penting dia sendiri tidak berbuat buruk dan tidak merugikan pihak lain. Kemudian ada juga orang yang memiliki sifat yang selalu mendorong orang lain untuk berbuat baik atau melakukan hal-hal yang bermanfaat tetapi dia sendiri tidak pernah berusaha untuk melakukan apa yang dianjurkannya kepada orang lain. Selain itu kita juga sering menjumpai orang yang memiliki sifat masak bodoh/cuek dan tidak mau berusaha untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. Dan ada juga orang yang memiliki sifat baik, moralitas yang baik, selain untuk diri sendiri dia juga selalu menganjurkan orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Seperti halnya di dalam R?ga-vinaya Sutta-A?guttara Nik?ya, Sang Buddha menjelaskan ada empat jenis orang yang terdapat di dunia ini.
1. Orang yang hidup untuk kebaikannya sendiri tetapi tidak untuk kebaikan yang lain.
2. Orang yang hidup untuk kebaikan orang lain tetapi tidak untuk kebaikannya sendiri.
3. Orang yang hidup tidak untuk kebaikannya sendiri dan tidak juga untuk kebaikan orang lain.
4. Orang yang hidup untuk kebaikannya sendiri dan untuk kebaikan orang lain.
Bagaimana orang hidup untuk kebaikannya sendiri tetapi tidak untuk kebaikan orang lain? Sang Buddha menjelaskan bahwa sifat yang pertama ini adalah seseorang yang berlatih untuk menghilangkan nafsu, kebencian, dan kebodohan batin di dalam dirinya, tetapi tidak mendorong orang lain untuk menghapus nafsu, kebencian, dan kebodohan batin. Dia sendiri menjauhkan diri dari membunuh, mencuri, perilaku seksual yang salah, ucapan yang tidak benar dan zat-zat yang bersifat racun, tetapi dia tidak mendorong orang lain untuk pengendalian seperti itu, sehingga apa yang dilakukannya hanya membawa manfaat untuk dirinya sendiri namun tidak untuk orang lain.
Kemudian sifat yang kedua yaitu orang hidup untuk kebaikan orang lain tetapi tidak untuk kebaikannya sendiri. Tipe orang yang kedua ini mendorong orang lain untuk menghilangkan nafsu, kebencian, dan kebodohan batin, tetapi dia sendiri tidak berlatih untuk menghapusnya. Dia mendorong orang lain untuk menjauhkan diri dari membunuh, mencuri, perilaku seksual yang salah, ucapan yang tidak benar dan zat-zat yang bersifat racun, tetapi dia sendiri tidak mempraktikkan pengendalian seperti itu.
Tipe kedua ini tidak jauh berbeda seperti orang yang mempunyai pengetahuan Dhamma banyak, sering mengikuti puja bakti, banyak membaca buku, banyak belajar, dan sebagainya, tetapi perbuatannya sehari-hari bertentangan dengan Dhamma, tidak sesuai dengan Dhamma. Menganjurkan harus mengembangkan Brahma vihara: Metta, Karuna, Mudita, Upekkha. Tetapi kenyataannya dalam sehari-hari, ketika bertemu dengan orang lain atau bahkan kawan sendiri, bila berbicara tidak baik mudah ngomel-ngomel. Pengetahuan tentang Metta (Kasih Sayang) tidak dapat dikembangkannya dalam hati.
Selanjutnya tipe orang yang ke tiga yaitu seseorang yang hidup tidak untuk kebaikannya sendiri dan tidak juga untuk kebaikan orang lain. Tipe orang seperti ini tidak pernah mau berlatih untuk menghilangkan nafsu, kebencian, dan kebodohan batinnya sendiri, dan tidak juga dia mendorong orang lain untuk melakukan itu. Dia sendiri tidak berlatih untuk menjauhkan diri dari membunuh dan sebagainya, dan tidak juga dia mendorong orang lain untuk pengendalian seperti itu.
Sedangkan tipe yang selanjutnya yaitu seseorang yang hidup untuk kebaikannya sendiri dan untuk kebaikan orang lain. Selain melatih diri untuk menghilangkan nafsu, kebencian, dan kebodohan batin, dan dia juga mendorong orang lain untuk melakukan apa yang dia praktikkan. Dia sendiri berlatih menjauhkan diri dari membunuh dan sebagainya, dan dia juga mendorong orang lain untuk melatih pengendalian seperti itu.
Tentu dari empat jenis manusia yang diuraikan di atas, kita semua mengharapkan bisa menjadi manusia yang hidup untuk kebaikan sendiri dan untuk kebaikan orang lain, menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekitar kita. Karena tidak dapat dipungkiri, bahwa keberadaan kita atau keberadaan setiap orang tidak mungkin bisa dilepaskan dari keluarga dan masyarakat. Tidak ada seorang pun yang benar-benar hidup sendiri yang sama sekali tidak pernah berhubungan dengan orang lain atau masyarakat. Petapa Gotama pun setelah mencapai penerangan sempurna menjadi Buddha tidak hanya berdiam diri, tetapi masih mau membantu serta menolong umat manusia untuk terbebas dari samsara. Usaha untuk merealisasi nibb?na yang dilakukan Sang Buddha selain untuk membebaskan diri Beliau dari samsara juga membawa manfaat bagi makhluk lain. Karena jasa Beliaulah kita bisa mengenal Dhamma sampai sekarang. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berusaha untuk melatih diri dalam melakukan kebajikan. Berusaha untuk selalu menganjurkan dan mengajak orang lain untuk bersama-sama melakukan hal yang membawa manfaat bagi diri sendiri maupun makhluk lain.
Jika kita belum mampu menjadi manusia tipe yang keempat, paling tidak kita menjadi manusia tipe pertama. Walaupun kita tidak menganjurkan kepada orang lain tetapi paling tidak kita selalu melatih diri untuk menghilangkan keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin, serta mengembangkan moralitas seperti tidak membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, dan minum-minuman keras. Menjadi manusia tipe yang pertama, mungkin tidak memberikan manfaat yang besar bagi orang lain, tetapi paling tidak dengan selalu berlatih mengikis kekotoran batin dan pengendalian diri tidak membawa kerugian bagi makhluk lain.
Sumber:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an04/an04.096.than.html