Munculnya Kebahagiaan Berawal Dari Tercapainya Cita-cita
Yo dhammacàrã kàyena, vàcàya uda cetasàIdheva naṁ pasaÿsàti, pecca sagge pamodatãtiSiapa pun yang melaksanakan Dhamma dengan baik, melalui perbuatan,ucapan, ataupun pikiran; Di dunia ini ia dipuji para bijaksanawan;Bila kematian tiba, akan berbahagia di alam surga.
Merupakan suatu kewajaran bagi setiap orang menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kesempatan yang ada akan dipakai untuk berusaha meraih cita-cita dan harapannya itu. Dan sebagai umat Buddha, kita telah diberikan pengertian dan solusi untuk bisa meraih asa tersebut oleh Guru Agung. Dalam khotbahNya kepada perumah tangga bernama Anathapindika, Sang Buddha menyampaikan naya Sutta (naya: bebas dari hutang), sebuah khotbah yang berisi tentang macam-macam kebahagiaan yang bisa dicapai oleh perumah tangga.
Perumah Tangga, terdapat empat jenis kebahagiaan yang bisa dicapai seorang perumah tangga, yaitu: kebahagiaan karena memiliki, kebahagiaan karena 'memanfaatkan' kekayaan, kebahagiaan karena bebas hutang, dan kebahagiaan karena tindakan benar/tanpa cela.
Kebahagiaan karena memiliki (atthisukha)
Apakah kebahagiaan karena memiliki itu? Di sini, Perumah Tangga, seorang pemuda dari keluarga yang baik, memperoleh kekayaan dengan usaha penuh semangat, yang dikumpulkan dengan kedua tangannya sendiri, yang dicapai melalui keringat di dahinya, yang diperoleh dengan cara yang pantas. Ketika dia berpikir 'kekayaan ini milikku, yang kucapai lewat usaha penuh semangat, yang kukumpulkan dengan kedua tangan saya sendiri, yang kucapai melalui keringat di dahi, yang kuperoleh dengan cara yang pantas,' lantas muncullah kebahagiaan dalam dirinya, muncullah kepuasan dalam dirinya. Inilah Perumah Tangga, yang disebut kebahagiaan karena memiliki.
Kebahagiaan karena 'memanfaatkan' kekayaan (bhogasukha)
Apakah kebahagiaan karena 'memanfaatkan' kekayaan itu?, Di sini, Perumah Tangga, seorang pemuda dari keluarga yang baik, dengan kekayaan yang diperoleh dengan usaha yang penuh semangat, menikmati kekayaan dan juga melakukan perbuatan jasa. Ketika dia berpikir: 'Dengan kekayaan yang kuperoleh, aku menikmati kekayaanku dan juga melakukan perbuatan jasa,' muncullah kebahagiaan dalam dirinya, muncullah kepuasan dalam dirinya. Inilah yang disebut kebahagiaan karena memiliki kekayaan.
Kebahagiaan karena bebas hutang (nayasukha)
Apakah kebahagiaan karena bebas hutang itu? Di sini, Perumah Tangga, seorang perumah tangga dari keluarga yang baik tidak terlibat hutang piutang, besar maupun kecil, pada siapa pun. Saat berpikir: 'Aku tidak berhutang, besar maupun kecil, pada siapa pun,' muncullah kebahagiaan dalam dirinya, muncullah kepuasan dalam dirinya. Inilah yang disebut kebahagiaan karena bebas hutang.
Kebahagiaan karena tindakan benar/tanpa cela (anavajjasukha)
Apakah kebahagiaan karena tindakan benar/tanpa cela itu? Di sini, Perumah Tangga, seorang siswa yang luhur terberkahi dengan perbuatan jasmani, perkataan, dan pikiran yang benar, tanpa cela. Ketika dia berpikir 'saya terberkahi dengan perbuatan jasmani, perkataan, dan pikiran yang benar tanpa cela,' kebahagiaan muncul dalam dirinya, muncullah suka cita dalam dirinya. Inilah, Perumah Tangga, yang disebut kebahagiaan karena tindakan benar/tanpa cela.
Itulah empat jenis kebahagiaan yang disampaikan oleh Guru Agung yang bisa dicapai oleh perumah tangga.
Jika diperhatikan, antara jaman dahulu sekitar 2500 tahun yang lalu hingga saat ini, cita-cita dan harapan setiap orang pada umumnya kurang lebih sama, yaitu kebahagiaan memiliki, mendapatkan kekayaan dan melakukan tindakan berjasa, bebas dari hutang, dan juga kebahagiaan tanpa cela. Tentu semuanya itu tidak bisa diraih apabila cara mendapatkannya tidak melalui usaha dan kerja keras, atau justru dengan cara salah.
Kebahagiaan karena memiliki kekayaan, bukan berarti hanya punya materi yang banyak, namun seseorang juga harus punya kekayaan yang lebih luhur, yang akan membuat kebahagiaan itu bertahan lama, yang akan membuat pemiliknya bisa memperoleh kemajuan karena tidak melekat, bebas, tidak terikat, yaitu memiliki kekayaan batin. Karena kita yakin, setiap orang memiliki potensi untuk mencapai kebahagiaannya sendiri. Nah, kekayaan batin ini bisa dicapai melalui belajar dan praktik Dhamma ajaran Sang Buddha secara benar, sungguh-sungguh, dan disertai dengan kebijaksanaan.
Semoga semua maju di dalam Dhamma.
Referensi:
-
Pabbatopama Sutta, Sagth-vagga, Sayuttanikya
-
AN 4.62 naya Sutta