x

HIDUP ADALAH PILIHAN

Dhammañcare sucaritaṁ, na taṁ duccaritaṁ care 
Dhammacārī sukhaṁ seti, asmiṁ loke paramhi ca.
“Jalankanlah praktik hidup yang benar dan janganlah lalai. Barang siapa yang hidup sesuai dengan Dhamma akan hidup bahagia di dunia ini maupun di dunia berikutnya.”

(Dhammapada Loka - Vagga; Syair 169)

    DOWNLOAD AUDIO

Bukanlah merupakan hal yang aneh dan salah jika setiap orang memilih jalan hidup yang berbeda untuk menggapai kebahagiaan hidupnya masing-masing. Kenapa? Karena hidup adalah sebuah pilihan bukan tuntutan. Hidup bukan juga sebuah pemberian yang diturunkan dari langit. Karena jika hidup adalah tuntutan dan pemberian, maka dalam menjalani hidup kita hanya mampu meminta dan pasrah saja. Sebagai contoh, seseorang mengatakan demikian; jalani saja hidup ini dengan santai, tidak perlu kita bersusah payah berusaha, karena materi, kesuksesan dan kebahagiaan itu datang dengan sendirinya, atau tidak perlu kita mencari pasangan hidup karena pasangan hidup itu datang dengan sendirinya. Apakah benar demikian? Tentu saja tidak benar. Karena ingin menjadi apapun, ingin hidup bahagia atau menderita, ingin kaya atau miskin, ingin sukses atau gagal, ingin menjadi bhikkhu atau perumah tangga semua itu pilihan tergantung diri kita sendiri. Diri sendirilah yang menentukan pilihan hidup diri sendiri, bukan orang lain. Tak kalah penting kita harus berani menentukan pilihan hidup kita sendiri dari sekarang. Karena kalau bukan diri sendiri yang menentukan, lantas siapa lagi, dan kalau tidak sekarang, kapan lagi, dan menunggu apa lagi. 
Terus bagaimana caranya kita menentukan pilihan hidup yang benar, baik dan bijak sesuai pandangan agama Buddha? Menurut pandangan agama Buddha ada dua pilihan hidup yang berkaitan dengan pertanyaan tadi, yakni kita boleh memilih hidup berumah tangga (garavasa) dan hidup sendiri menjadi bhikkhu, samanera, atthasilani, atau anagarini (pabbajita). Apapun pilihan hidup yang kita pilih, baik itu menjadi perumah tangga atau menjadi seorang bhikkhu, tentu memiliki konsekuensi masing-masing dan kita harus siap menerima konsekuensinya dan siap menjalaninya dengan senang hati dan sepenuh hati. Tak kalah penting kita harus siap bertanggung jawab dengan segala kewajibannya. Karena sudah menjadi hal yang wajar dan berlaku di manapun, pada siapapun, bahwa setiap kehidupan atau pilihan hidup yang kita pilih memiliki konsekuensi dan tanggung jawab masing-masing. 
Memang menjalani kehidupan sebagai seorang bhikkhu tidaklah mudah karena ada peraturan-peraturan (vinaya bhikkhu, 227 s?la) yang harus dijalankan, yang kesemuanya itu bertentangan dengan pola kehidupan masyarakat modern sekarang ini. Begitu pula hidup sebagai perumah tangga dan menjadi orang tua bukanlah pekerjaan yang ringan karena harus memenuhi kebutuhan hidup anak, istri maupun anggota keluarga yang lainnya adalah kewajiban yang tidak boleh diabaikan. Tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik (pakaian, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan serta pendidikan) tetapi juga harus memenuhi kebutuhan mental seperti cinta, kasih sayang, perhatian dan pengertian. Sesungguhnya apapun pilihan hidup yang kita pilih, dan siapapun kita sekarang ini, berkedudukan tinggi atau rendah, berkulit putih atau hitam, pintar atau bodoh, kaya atau miskin, sebetulnya kita memiliki satu tujuan hidup yang sama yaitu ingin hidup bahagia. Terus kebahagiaan seperti apa yang dapat dicapai di kehidupan sekarang bagi seorang bhikkhu dan perumah tangga? Dalam A?guttara Nik?ya, Sang Buddha  menguraikan tentang kebahagiaan hidup berumah tangga, di samping kebahagiaan orang yang meninggalkan kehidupan duniawi; baik kebahagiaan dalam keterikatan maupun kebahagiaan karena terbebas dari ikatan-ikatan; kebahagiaan jasmaniah dan kebahagiaan batin. Inilah empat jenis kebahagiaan bagi perumah tangga, yaitu:
1.Atthisukha: (kebahagiaan dari memiliki kekayaan materi). Manusia tidak hanya harus memiliki sebuah mata pencaharian yang benar, namun juga harus memiliki sikap yang bajik terhadap pekerjaannya. Hidup tercukupi, memiliki rumah, memiliki mobil, dan memiliki pekerjaan yang mapan merupakan kebahagiaan dari memiliki kekayaan materi.
2.Bhogasukha: (kebahagiaan dari menikmati materi). Kekayaan hanya memiliki nilai untuk membantu kelangsungan hidup, karena materi merupakan salah satu pendorong dalam kehidupan. Tetapi akan lebih mulia jika kekayaan itu dinikmati secara benar dan pantas. Karena siapa pun yang menggunakan kekayaan dengan salah akan membawa bencana. Oleh karena itu, tidak menggunakan materi secara salah, dan mau berbagi kekayaan dengan orang yang tidak mampu merupakan seorang penikmat materi sesungguhnya. Dapat menikmati materi dengan benar itulah kebahagiaan sesungguhnya dari seorang penikmat sebuah materi
3.Anasukha: (kebahagiaan karena tidak memiliki hutang). Tidak memiliki hutang merupakan menjadi manusia yang beruntung dan bahagia. Karena dengan tidak memiliki hutang seseorang akan bisa hidup dengan damai dan bahagia. Untuk menjadi benar-benar tidak memiliki hutang dalam masyarakat, seseorang harus melaksanakan kewajiban-kewajibannya dengan sebaik mungkin. Sebagai orang yang bekerja harus pandai-pandai mengatur upah yang diterimanya. Hidup bebas dari segala hutang akan memiliki kepuasan dan ketenangan batin dalam hidupnya.
4.Anavajjasukha: (kebahagiaan karena perbuatannya baik dan tidak dicela). Kepuasan dari memiliki perbuatan yang baik dan menjalani hidup tanpa dicela adalah bentuk tertinggi dari kepuasan yang dapat dimiliki oleh semua orang. Dengan memiliki moralitas yang baik akan bisa menjalani hidup dengan bahagia dan tak dicela. Pengembangan cara-cara perilaku yang luhur seperti cinta kasih, welas asih, kegembiraan sejati, dan keseimbangan batin akan membawa kehidupan yang sejahtera dan bahagia.

Inilah empat macam kebahagiaan bagi perumah tangga. Terus kebahagiaan seperti apa yang dapat dicapai dari buah kehidupan tanpa rumah di kehidupan sekarang bagi seorang samana atau pertapa? Dalam Samaaphala Sutta dari Digh? Nik?ya, Sang Buddha menguraikan ada empat macam buah kehidupan tanpa rumah yang bisa didapatkan di kehidupan ini juga. Sang Buddha juga mengatakan bahwa buah kehidupan tanpa rumah, yang nyata di sini dan saat ini, yang lebih mulia dan sempurna daripada buah-buah sebelumnya. Tidak ada buah kehidupan tanpa rumah, yang nyata di sini dan saat ini, yang lebih mulia dan sempurna daripada yang ini. Empat macam kebahagiaan tersebut yaitu:
1.Buah kehidupan yang pertama akan terbebas dari penderitaan atau perbudakan.
2.Buah kehidupan yang kedua akan mendapatkan penghormatan dan dihormati.
3.Buah kehidupan yang ketiga akan menerima jubah, makanan, tempat tinggal, obat-obatan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya, atau empat kebutuhan pokok.
4.Buah kehidupan yang keempat mendapatkan perlindungan dimanapun berada.

Demikianlah Dhammadesana yang dapat saya sampaikan pada Minggu pagi hari ini. Tentu dapat kita simpulkan bersama, bahwa hidup ini adalah sebuah pilihan, maka dalam menjalani hidup kita tidak perlu takut dan ragu-ragu dalam menentukan pilihan hidup diri sendiri, diri sendirilah yang harus menentukan pilihan hidup diri sendiri. Apapun pilihan hidup yang kita pilih, menjadi seorang bhikkhu atau perumah tangga tetaplah berpedoman pada Dhamma, dan teruslah mempraktikkan Dhamma, sehingga kebahagiaan dapat dicapai dalam kehidupan sekarang juga mendatang.

Semoga Semua Makhluk Berbahagia.

Sumber:
-Buku Kitab Suci A?guttara Nik?ya.
-Buku Kitab Suci Digh? Nik?ya.
-Buku Kitab Suci Dhammapada, Yayasan Bahusutta Society. 

Dibaca : 6717 kali