HUT KE-31 SῙMĀ VIHĀRA JAKARTA DHAMMACAKKA JAYA
Yatha vadi, tatha kari, yatha kari, tatha yadi.Apa yang diajarkan, sudah dipraktikkan,Apa yang sudah dipraktikkan, itulah yang diajarkan.
Hari ini kita memperingati
hari ulang tahun Sīmā yang ke-31 di Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya. Sepanjang perjalanannya
dari sejak diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1985 oleh Y.M. SOMDET
NYANASAMVARA yang kemudian menjabat Saṅgharaja Thailand, sampai saat ini banyak
mengalami suka duka.
Saat ini fasilitas
pelayanan untuk umat menuntut adanya ruang gerak yang lebih banyak, disebabkan lokasi
tidak bisa ditambah, maka Yayasan Jakarta Dhammacakka Jaya merintis pembangunan
gedung Wisma Narada 10 lantai, yang sudah dimulai beberapa tahun lalu, yang bisa memenuhi harapan kita.
Sebagai umat Buddha di vihāra ini sangat diharapkan bantuannya
baik moril maupun materi agar pembangunan
seutuhnya bisa tercapai. Khususnya di bidang peningkatan mental
spiritual, kita harus meningkatkan disiplin kemoralan pada diri kita masing-masing.
Mengokohkan Pañcasīla sebagai landasan kehidupan kita.
Buddha pernah bersabda, bilamana
seseorang kokoh silanya melaksanakan pañcasīla dengan baik, maka cita-cita, harapan,
dan tekad usahanya akan berhasil.
Agar berhasil dalam melatih
disiplin kemoralan (pañcasīla) diperlukan adanya pengendalian diri
(saṁvara), kesabaran (khanti adivasana),
dan semangat (viriya). Tanpa ada dukungan keuletan, ketekunan dan kesabaran seseorang
akan gagal mengokohkan disiplin moral dirinya.
Dalam kehidupan bermasyarakat,
disiplin moral ini sangat perlu dan tidak bisa ditawar lagi. Walaupun memang membangun
disiplin moral tidak semudah membangun vihara, sekolah atau pabrik. Membangun
sikap mental yang bermoral baik bukan usaha satu atau dua tahun, tapi harus
dilakukan sepanjang hidup kita seperti makan dan tidur.
Guru Agung kita Buddha
Gotama telah melaksanakan sepanjang proses kehidupan-Nya yang sangat lama
sampai Beliau menjadi Buddha dan kemudian mewariskan ajaran-Nya kepada kita
untuk dipraktikkan.
Disiplin moral dalam diri seseorang
akan menjaga agar kita tidak melakukan perbuatan jahat walaupun dalam
keadaan serba kurang. Bukan pula berarti
orang yang memiliki kekayaan, kedudukan tinggi otomatis memiliki disiplin moral
yang baik.
Orang kaya yang memiliki disiplin
moral yang tinggi dan sangat dermawan di jaman BUDDHA, seperti Anathapidika
yang dikenal sebagai penolong orang miskin. Beliau mendirikan vihāra dengan membeli taman Pangeran Jeta,
menutup lokasinya dengan lempengan emas
sebagai harga tanahnya. Setelah Vihāra
berdiri, diberi nama VIHARA JETAVANA.
Ini satu contoh teladan
bagi kita dalam mempraktikkan Dhamma.
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā, semoga semua makhluk hidup berbahagia.
DIRGAHAYU
SῙMĀ DI VIHĀRA
JAKARTA
DHAMMACAKKA JAYA,
SEMOGA
BERTAHAN LAMA
DEMI
TUGAS MELESTARIKAN BUDDHASASANA.