Kebebasan Pikiran
Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin dan pengendalian diri, hendaklah orang bijaksana membuat pulau bagi dirinya sendiri yang tidak dapat ditenggelamkan oleh banjir. (Dp 25)
Pendahuluan
Salah satu pendapat kenapa seseorang mesti bermeditasi adalah seperti halnya jasmani ini yang membutuhkan untuk dibersihkan, misalnya, dalam beberapa hari tubuh ini tidak dibersihkan, maka tubuh ini akan sangat kotor. Pikiran ini membutuhkan untuk dibersihkan supaya tidak kotor, tidak ternoda. Jadi, jasmani dan pikiran sebenarnya memiliki karakteristik yang sama, keduanya membutuhkan untuk dibersihkan. Jika pikiran tidak dibersihkan, maka pikiran ini akan sangat kotor dan ternodai. Seperti halnya pula jasmani yang membutuhkan untuk beristirahat, tidak bisa digunakan untuk terus melakukan pekerjaan. Pikiran seseorang juga membutuhkan untuk istirahat, untuk hening sejenak. Pikiran yang hening hanya didapat pada saat seseorang bermeditasi. Pikiran juga membutuhkan nutrisi, nutrisi dari pikiran adalah kualitas-kualitas pikiran yang positif yang di peroleh saat seseorang berlatih mengolah pikirannya. Olah pikiran adalah suatu perbuatan yang akan membentuk perilaku yang bermanfaat.
Bahasan
Terdapat satu kisah di masa hidup Buddha Gotama, seorang bendahara Kerajaan di Rajagaha mempunyai dua orang cucu laki-laki bernama Mahapanthaka dan Culapanthaka. Mahapanthaka, yang tertua, selalu menemani kakeknya mendengarkan khotbah Dhamma. Kemudian Mahapanthaka bergabung menjadi murid Sang Buddha.
Culapanthaka mengikuti jejak kakaknya menjadi bhikkhu pula. Tetapi, karena pada kehidupannya yang lampau pada masa keberadaan Buddha Kassapa, Culapanthaka telah menggoda seorang bhikkhu yang sangat bodoh, maka dia dilahirkan sebagai orang dungu pada kehidupannya saat ini. Dia tidak mampu mengingat meskipun hanya satu syair dalam empat bulan. Mahapanthaka sangat kecewa dengan adiknya dan mengatakan bahwa adiknya tidak berguna.
Suatu waktu, Jivaka datang ke vihara mengundang Sang Buddha dan para bhikkhu yang ada, untuk berkunjung makan siang di rumahnya. Mahapanthaka, yang diberi tugas untuk memberitahu para bhikkhu tentang undangan makan siang tersebut, mencoret Culapanthaka dari daftar undangan. Ketika Culapanthaka mengetahui hal itu dia merasa sangat kecewa dan memutuskan untuk kembali hidup sebagai seorang perumah tangga.
Mengetahui keinginan tersebut, Sang Buddha membawanya dan menyuruhnya duduk di depan Gandhakuti. Kemudian Beliau memberikan selembar kain bersih kepada Culapanthaka dan menyuruhnya untuk duduk menghadap ke timur dan menggosok-gosok kain itu. Pada waktu bersamaan dia harus mengulang kata "Rajoharana?", yang berarti "kotor". Sang Buddha kemudian pergi ke tempat kediaman Jivaka, menemani para bhikkhu.
Culapanthaka mulai menggosok selembar kain tersebut, sambil mengucapkan "Rajoharana?", Berulang kali kain itu digosok dan berulang kali pula kata-kata rajoharana? meluncur dari mulutnya. Berulang dan berulang kali. Karena terus-menerus digosok, kain tersebut menjadi kotor. Melihat perubahan yang terjadi pada kain tersebut, Culapanthaka termenung. Ia segera menyadari ketidakkekalan segala sesuatu yang berkondisi.
Dari rumah Jivaka, Sang Buddha dengan kekuatan supranatural mengetahui kemajuan Culapanthaka. Beliau dengan kekuatan supranatural-Nya menemui Culapanthaka, sehingga seolah-olah Beliau tampak duduk di depan Culapanthaka, dan berkata:
"Tidak hanya selembar kain yang dikotori oleh debu; dalam diri seseorang ada debu hawa nafsu (raga), debu keinginan jahat (dosa), dan debu ketidaktahuan (moha), seperti ketidaktahuan akan empat kesunyataan mulia. Hanya dengan menghapuskan hal-hal tersebut seseorang dapat mencapai tujuannya dan mencapai arahat".
Culapanthaka mendengarkan pesan tersebut dan meneruskan bermeditasi. Dalam waktu yang singkat diperoleh kekuatan batin dan ia mencapai tingkat kesucian arahat, bersamaan dengan memiliki "Pandangan Terang Analitis". Maka, Culapanthaka tidak lagi menjadi orang dungu.
Di rumah Jivaka, para umat akan menuang air sebagai tanda telah melakukan perbuatan dana; tetapi Sang Buddha menutup mangkoknya dengan tangan dan berkata bahwa masih ada bhikkhu yang ada di vihara. Semuanya mengatakan bahwa tidak ada bhikkhu yang tertinggal. Sang Buddha menjawab bahwa masih ada satu orang bhikkhu yang tertinggal dan memerintahkan untuk menjemput Culapanthaka di vihara.
Ketika pembawa pesan dari rumah Jivaka tiba di vihara, dia menemukan tidak hanya satu orang, tetapi ada seribu orang bhikkhu yang serupa. Mereka semua diciptakan oleh Culapanthaka, yang sekarang telah memiliki kekuatan supranatural. Utusan tersebut kagum dan dia pulang kembali dan melaporkan hal ini kepada Jivaka.
Utusan itu kembali diutus ke vihara untuk kedua kalinya dan diperintahkan untuk mengatakan bahwa Sang Buddha mengundang bhikkhu yang bernama Culapanthaka. Tetapi ketika dia menyampaikan pesan tersebut, seribu suara menjawab, "Saya adalah Culapanthaka". Dengan bingung, dia kembali ke rumah Jivaka untuk kedua kalinya.
Untuk ketiga kalinya dia disuruh kembali ke vihara. Kali ini, dia diperintahkan untuk menarik bhikkhu yang dilihatnya pertama kali mengatakan bahwa dia adalah Culapanthaka. Dengan cepat dia memegangnya dan semua bhikkhu yang lain menghilang, dan Culapanthaka menemani utusan tersebut ke rumah Jivaka.
Setelah makan siang, seperti yang diperintahkan oleh Sang Buddha, Culapanthaka menyampaikan khotbah Dhamma, khotbah tentang keyakinan dan keberanian, mengaum bagaikan raungan seekor singa muda. Ketika masalah Culapanthaka dibicarakan di antara para bhikkhu. Sang Buddha berkata bahwa seseorang yang rajin dan tetap pada perjuangannya akan mencapai tingkat kesucian arahat.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 25 berikut ini:
Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin dan pengendalian diri, hendaklah orang bijaksana membuat pulau bagi dirinya sendiri yang tidak dapat ditenggelamkan oleh banjir.
Di kitab A?guttara Nik?ya terdapat nasihat Buddha mengenai hal-hal yang dapat membantu seseorang untuk berupaya melaksanakan meditasi. Berikut ungkapan Beliau:
Para bhikkhu, ada lima faktor ini yang membantu usaha. Apakah lima ini?
(1)泥i sini, seorang bhikkhu memiliki keyakinan. Ia berkeyakinan pada pencerahan Sang Tath?gata.
(2)的a jarang sakit atau menderita, memiliki pencernaan yang baik yang tidak terlalu dingin juga tidak terlalu panas melainkan sedang dan sesuai untuk berusaha.
(3)的a jujur dan terbuka, seorang yang mengungkapkan dirinya sebagaimana adanya kepada Sang Guru dan teman-temannya para bhikkhu yang bijaksana.
(4)的a membangkitkan kegigihan untuk meninggalkan kualitas-kualitas yang tidak bermanfaat dan mendapatkan kualitas-kualitas yang bermanfaat; ia kuat, teguh dalam pengerahan usaha, tidak mengabaikan tugas melatih kualitas-kualitas bermanfaat.
(5)的a bijaksana; ia memiliki kebijaksanaan yang melihat muncul dan lenyapnya, yang mulia dan menembus dan mengarah menuju kehancuran penderitaan sepenuhnya.
的ni, para bhikkhu, adalah kelima faktor yang membantu usaha itu.
Di kitab yang sama terdapat perumpamaan mengenai rintangan-rintangan pikiran yang muncul saat seseorang berlatih meditasi. Buddha memberikan penjelasan mengenai perumpamaan tersebut: 撤ara bhikkhu, ada lima kotoran ini pada emas, yang dengan dikotori olehnya maka emas menjadi tidak lunak, tidak lentur, dan tidak bersinar, melainkan rapuh dan tidak dapat dikerjakan dengan baik. Apakah lima ini? Besi, tembaga, timah, timbel, dan perak. Ini adalah kelima kotoran pada emas, yang dengan dikotori olehnya emas menjadi tidak lunak, tidak lentur, dan tidak cerah, melainkan rapuh dan tidak dapat dikerjakan dengan baik. Tetapi ketika emas terbebas dari kelima kotoran ini, maka emas menjadi lunak, lentur, dan bersinar, dapat dibentuk, dan dapat dikerjakan dengan baik. Kemudian perhiasan apapun yang seseorang ingin hasilkan dari emas ini apakah gelang, anting-anting, kalung, atau kalung bunga emas ia dapat mencapai tujuannya. Demikian pula, para bhikkhu, ada lima kotoran pikiran ini, yang dengan dikotori olehnya maka pikiran menjadi tidak lunak, tidak lentur, dan tidak bersinar, melainkan rapuh dan tidak terkonsentrasi dengan baik demi hancurnya noda-noda. Apakah lima ini? Keinginan indria, niat buruk, ketumpulan dan kantuk, kegelisahan dan penyesalan, dan keragu-raguan.
Ini adalah lima kotoran pikiran, yang dengan dikotori olehnya maka pikiran menjadi tidak lunak, tidak lentur, dan tidak bersinar, melainkan rapuh dan tidak terkonsentrasi dengan baik demi hancurnya noda-noda. Tetapi ketika pikiran terbebas dari kelima kotoran ini, maka pikiran menjadi lunak, lentur, dan bersinar, dapat dibentuk, dan terkonsentrasi baik demi hancurnya noda-noda. Kemudian, jika ada landasan yang sesuai, maka seseorang mampu merealisasikan kondisi apapun yang dapat direalisasikan melalui pengetahuan langsung ke arah mana ia mengarahkan pikirannya.
Simpulan
Meditasi setiap saat, setiap waktu melatih kesadaran kita, waspada terhadap pikiran kita, mewaspadai setiap noda pikiran yang muncul, itu bh?van? yang mesti kita kembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian apapun tindakan yang dilakukan merupakan tindakan yang bermanfaat, perbuatan yang membawa pada kebahagiaan di alam sekarang maupun di kehidupan berikutnya.
Sumber:
-Kitab suci A?guttara Nik?ya, Dhammacitta press
-Kitab suci Dhammapada, Bahussuta society
-Kitab suci D?gha Nik?ya, Dhammacitta press
???
Oleh: Bhikkhu Atthaviro
Minggu, 20 Januari 2019