Introspeksi Memperkokoh Kewaspadaan
Appamādo amatapadaṁ, pamādo maccuno padaṁAppamattā na mῑyanti, ye pamattā yathā mathā’tiKewaspadaan adalah jalan menuju kekekalan;Kelengahan adalah jalan menuju kematian. Orang yang waspadatidak akan mati, tetapi orang yang lengah seperti orang yang sudah mati.(Dhammapada 21)
Berbuat sesuatu dengan melihat dan mengamati ke dalam diri sendiri adalah perbuatan yang sebetulnya sangat perlu dilakukan oleh setiap individu manusia. Sebagai individu manusia, berada di tengah-tengah masyarakat dalam status apapun seharusnya memiliki tanggung jawab untuk mengendalikan sikap dan tingkah lakunya sendiri.
Percaya Diri Sendiri
Apabila seseorang pernah mengalami sesuatu yang sangat terkesan dan tidak bisa dilupakan, apakah itu pengalaman yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan, akan menjadi sebuah ingatan yang paling jelas teringat dalam pikirannya. Untuk itu seharusnya ia berusaha melakukan perenungan hingga mampu menyadari hikmah apa sesungguhnya yang secara langsung bisa terkait dengan pengalaman itu, adalah yang disebut belajar dari pengalaman.
Dalam Dhamma diajarkan, "self is the protector of self" Diri sendiri adalah pelindung diri sendiri. Kita harus berusaha untuk mengerti ketergantungan dan kecenderungan diri sendiri terhadap pihak luar di luar diri kita yang selalu diharapkan. Kita harus mencoba melepaskan diri dari hal seperti itu dan mengalihkan perhatian ke dalam diri kita sendiri yang sesungguhnya. Kita tidak boleh tergantung kepada orangtua, sahabat dan yang lain-lain terlalu banyak sampai lupa terhadap diri sendiri. Hal itu berakibat karakter kita bisa secara terus-menerus mencari dan mengejar hingga menjadi sebuah kebiasaan yang sangat melekat dan sulit diatasi. Justru demikianlah adanya di seluruh dunia, sehingga dengan alasan itu Sang Buddha mengajarkan tentang percaya diri.
Sifat percaya diri tentu sangat berbeda dengan sifat memiliki ketergantungan dari luar diri sendiri. Memiliki sifat ketergantungan diri seseorang jelas-jelas akan menghadapi bahaya yang sangat riskan dan berakibat fatal. Sedangkan percaya diri berarti dalam berbagai hal seseorang akan selalu kembali kepada dirinya sendiri. Dalam usaha apa saja bisa berhasil, ia akan tahu bahwa perjuangannya sendiri adalah penyebab utama dari keberhasilan itu. Namun apabila usahanya gagal pun ia akan berusaha sedapat mungkin menemukan sebab-sebab dari kegagalan itu dan akan kembali pula semua itu bertitik pangkal dari dirinya sendiri. Apabila ia mampu melakukan hal itu bararti ia telah bercermin pada dirinya sendiri dan ini namanya introspeksi diri, menjadi percaya diri.
Apabila kita menghadapi suatu masalah namun kita melakukan introspeksi diri atau melihat ke dalam diri kita sendiri, maka kita tidak akan mencari kesalahan keluar dari diri kita sendiri. Kita akan menemukan dan mengerti bahwa hal itu tersangkut dengan diri kita sendiri sehingga kita akan tahu juga bahwa masalah itu adalah akibat dari perbuatan kita sendiri.
Dengan introspeksi diri kita akan menjadi waspada dan hati-hati dalam menghadapi berbagai hal di dunia ini. Kalau kita sudah berusaha untuk selalu waspada dalam menghadapi masalah hidup dan kehidupan ini, maka sifat kita yang selalu waspada itu menjadi suatu kebiasaan hidup kita yang sangat baik. Waspada berarti selalu dalam kondisi sadar, siap menghadapi semua tantangan hidup dan terus menjalankan tugas dan kewajiban sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat.
Introspeksi Diri Menumbuhkan Rasa Percaya Diri
Orang yang terbiasa introspeksi diri dan waspada dalam sikap hidupnya akan terlihat damai dan tenang, tidak mudah terpengaruh oleh persoalan-persoalan negatif yang mungkin tidak perlu diperhatikan. Introspeksi diri menjadi penting bagi siapa pun yang mengharapkan kemudahan dan kelancaran dalam segala hal. Karena dengan introspeksi diri bisa menumbuhkan pemahaman yang benar tentang objek yang kita lihat, di luar maupun di dalam diri sendiri, yang dikenal dengan istilah melihat secara objektif, melihat objek sebagaimana apa adanya. Apabila kita mampu melakukan hal ini secara benar, maka pikiran kita akan terhindar dari kekacauan, tidak menimbulkan masalah baru dan menjadi tenang dan waspada, sehingga timbullah kebahagiaan tersendiri dari keadaan seperti itu, dan menjadi percaya diri.
Seseorang yang menempuh proses perjuangan dalam melatih pikiran dari tak terkendali menjadi terlatih dengan penuh kewaspadaan dan timbul ketenangan, maka dia memiliki batin yang damai dan bahagia. Kebahagiaan yang timbul dari pengendalian diri seperti ini adalah keadaan yang dapat bertahan lama meskipun sampai kematian tiba, batin tersebut tetap tenang dan terkendali. Batin tersebut tentu merasa nyaman, tentram, damai, dan bahagia saat itu. Apabila keadaan seperti itu diatur sedemikian rupa bisa bertahan lebih lama lagi, maka kebahagiaan pun bertahan lama. Inilah sesungguhnya makna dari ayat Dhammapada 21 tersebut di atas. Pemahaman dari pengertian ayat tersebut sesungguhnya timbul dari kebiasaan introspeksi diri harus percaya diri.
Introspeksi diri secara sadar menimbulkan kewaspadaan dan kewaspadaan mengkondisikan timbulnya ketenangan, ketenangan pikiran yang bertahan lama pun membuat kondisi yang jelas membantu timbulnya kebahagiaan. Berbeda dengan sebaliknya, orang lengah atau tidak waspada adalah orang yang terus-menerus dirundung penderitaan, sulit mengenal dirinya sebagaimana adanya, sehingga orang yang tidak waspada sesungguhnya tidak ada artinya hidup, tidak bisa berbuat apa, maka dikatakan seolah-olah atau seperti sudah mati.
Marilah kita menjaga agar kita tetap waspada.