Sulitnya Mengontrol Gerak-Gerik Pikiran
Diso disaṁ yantaṁ kayirā – verī vā pana verinaṁMicchāpaṇihitaṁ cittaṁ – pāpiyo naṁ tato kare’ti.Bermacam luka (hal-hal yang menyakitkan) dapat dibuat oleh orang-orang yang saling bermusuhan dan membenci, namun sesungguhnya pikiran yang diarahkan secara salah akan jauh lebih berat melukai diri sendiri.(Dhammapada 42)
Banyak orang yang sangat tidak tertarik jika bicara masalah pikiran, tetapi banyak orang lebih tertarik jika bicara masalah materi dalam banyak hal. Mengapa demikian? Tentu jawabannya akan sangat cepat didapat, sebab pikiran itu sulit, pikiran itu tidak punya bentuk. Pikiran itu sangat liar seperti ikan air tawar yang masih hidup dilempar ke atas pasir yang panas dengan sorotan sinar matahari, gerakannya sangat lincah dan sulit dikendalikan, sedangkan materi tampak sangat jelas dan sangat menarik.
Hampir setiap orang mengalami seperti tersebut pada judul tulisan ini. Sangat sedikit orang yang memiliki kemampuan untuk menjaga dan mengendalikan pikirannya sendiri. Hal ini benar demikian. Namun bagaimana menyadari kenyataan ini?
Sebetulnya hal penting yang perlu kita ketahui dan pahami secara benar justru adalah bagaimana keadaan nyata dari pikiran itu sendiri, bagaimana sifat umum dari pikiran itu, adalah hal yang sangat penting untuk kita ketahui dan sadari sendiri.
Kita perlu mengenal istilah pikiran sebagai pemimpin atau pikiran sebagai pendahulu dari segala hal yang terjadi melalui perbuatan jasmani, ucapan, dan pikiran itu sendiri.
Mengapa ada orang yang senang berbuat baik, atau bahkan ada orang yang justru senang berbuat jahat (tidak bajik), yang secara jelas itu dikatakan berasal/dimulai dari pikirannya si pelaku sendiri. Akan tetapi mengapa banyak orang yang tidak sadar bahwa dirinya sebenarnya secara sengaja berbuat menyengsarakan orang lain bahkan keluarganya sendiri dengan tindakan tak bajiknya sendiri pula? Hal itu terjadi tidak lain penyebabnya adalah pikiran si pelakunya yang sudah tentu tidak terkontrol atau lalai. Dalam A?guttara Nik?ya I.vi.6-9 dikatakan bahwa pikiran adalah pendahulu. Adapun kutipan dalam Sutta tersebut Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut:
Para bhikkhu, keadaan-keadaan apa pun yang tak-bajik, yang merupakan bagian dari yang tak-bajik, berhubungan dengan yang tak-bajik semua ini didahului oleh pikiran. Pikiran muncul sebagai yang pertama dari semua itu, yang diikuti oleh keadaan-keadaan yang tak-bajik.
Para bhikkhu, keadaan-keadaan apa pun yang bajik, yang merupakan bagian dari yang bajik, berhubungan dengan yang bajik semua ini didahului oleh pikiran. Pikiran muncul sebagai yang pertama dari semua itu, yang diikuti oleh keadaan-keadaan yang bajik.
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang sangat bertanggung jawab menyebabkan keadaan-keadaan tak-bajik yang tadinya belum muncul kemudian muncul, sedangkan keadaan-keadaan bajik yang telah muncul kemudian memudar seperti kelalaian. Di dalam diri orang yang lalai, keadaan-keadaan bajik yang tadinya belum muncul tidak akan muncul sedangkan keadaan-keadaan bajik yang telah muncul akan memudar.
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang sangat bertanggung jawab menyebabkan keadaan-keadaan bajik yang tadinya belum muncul kemudian muncul sedangkan keadaan-keadaan tak-bajik yang telah muncul kemudian memudar seperti ketekunan. Di dalam diri orang yang tekun, keadaan-keadaan bajik yang tadinya belum muncul akan muncul sedangkan keadaan-keadaan tak-bajik yang telah muncul akan memudar.
Segala tindakan tidak baik apapun yang dilakukan oleh setiap orang, semuanya berasal dari pikiran si pelaku yang memulai atau yang mengawalinya. Kelalaian adalah bagian dari sifat tidak-bajik dari pikiran yang menjadi sumber tindakan tidak baik apapun itu.
Seperti dikatakan dalam Dhammapada ayat 42 tersebut di atas, bahwa pikiran yang diarahkan secara salah adalah yang membawa pengaruh/kekuatan terhadap segala tindakan yang tentu membawa akibat bagi orang lain terutama bagi diri sendiri sudah pasti tidak terelakkan.
Untuk mengendalikan agar pikiran tidak salah arah yang dapat membawa dampak yang sangat buruk memang sangat tidak mudah. Pada umumnya banyak orang yang merasa sangat sulit untuk memegang dan mengendalikan pikirannya sendiri. Bagi orang yang memiliki kemampuan untuk menguasai dan mengendalikan pikirannya sendiri tentu sangat bahagia dan damai hidupnya.
Segala tindakan baik apapun yang dilakukan oleh setiap orang, semuanya berasal dari pikiran si pelaku yang memulai atau yang mengawalinya. Ketekunan adalah bagian dari sifat bajik dari pikiran yang menjadi sumber tindakan baik apapun itu.
Bagi orang yang tekun melatih dan mengolah pikirannya sendiri dalam berbuat dan bertindak, tentu dapat menikmati hidup yang bahagia dan damai sekali, aman dan nyaman, meskipun itu memang sangat sulit. Selamat dan selalu berbahagia buat siapapun yang dapat menguasai gerak-gerik pikirannya sendiri.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sekian dan terima kasih.
Sumber:
Petikan, A?guttara Nik?ya I ,Vihara Bodhivamsa, Klaten Maret 2003