Dunia Ini Panggung Sandiwara
Andhabhūto ayaṁ loko, tanukettha vipassatiSakuṇo jālamuttova, appo saggāya gacchatiMakhluk dunia ini sepertinya buta. Di dunia ini, sedikit sekali orang yang melihat jelas kebenaran, sedikit sekali yang menuju ke alam bahagia, sesedikit burung yang dapat lolos dari jaring.(Dhammapada, XIII : 8)
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak peran yang kita mainkan seperti seorang aktor/artis yang selalu berganti peran sesuai dengan judul sinetron tersebut. Peranan aktor/artis diarahkan oleh sutradara, tetapi kita berperan ganda, yaitu sebagai pemain dan sutradara dalam sandiwara kehidupan ini. Kadang-kadang kita berperan sebagai orangtua, anak, suami ataupun istri, dokter, pengusaha, atasan atau bawahan, dan banyak sekali peran lainnya.
Salah satu bahan renungan bagi kita di awal tahun 2008 ini adalah sudahkah kita menjadi aktor/artis yang dapat memainkan peran dalam sandiwara kehidupan dengan baik? Jawaban dari setiap orang tentu bebeda, ada yang sudah dan ada yang belum. Bagi mereka yang sudah memerankan peranannya dengan baik tidak menjadi masalah dalam kehidupan ini, akan tetapi mereka yang masih belum menjalankan peranannya dengan baik menjadi persoalan dalam kehidupan ini.
Misalnya, ketika seseorang sebagai bos di kantor, maka kata-kata dan keinginannya harus dituruti oleh bawahannya. Ketika ia berada di rumah, peranannya tidak sama dengan di kantor. Jika ia berperanan sebagaimana seorang bos di rumahnya maka akan mengakibatkan permasalahan dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga, karena anak dan istri/suami tidak dapat menerima peranannya sebagai bos dalam rumah tangga. Memang benar di kantor ia berperan sebagai bos, tetapi di mata istri/suaminya ia adalah suami/istri, demikian juga di mata anaknya ia adalah ayah/ibu bagi anak-anaknya. Jika seseorang tidak mampu menempatkan posisi dan peranannya dengan baik, maka akan menjadi sumber permasalahan atau ketidakharmonisan dalam rumah tangga.
Apabila kita mampu memerankan peranan kita dengan baik, maka akan memperoleh kebahagiaan karena setiap orang yang ada di sekitar kita akan menghargai dan menerima kita. Ketika kita menjadi suami/istri maka jadilah suami/istri dengan baik, kalau menjadi anak maka jadilah anak yang baik, kalau menjadi menantu maka jadilah menantu yang baik, dan lain-lainnya. Demikian juga ketika kita menjadi umat Buddha maka jadilah umat Buddha yang baik di mana pun kita berada.
Pertanyaan yang amat mendasar, yaitu: apakah kita mampu menjadi aktor/artis yang baik. Bagi yang sudah bisa menyesuaikan diri hendaknya terus dijaga dan ditingkatkan, tetapi bagi mereka yang belum, maka teruslah belajar untuk dapat menjadi aktor/artis yang baik. Pertanyaan semacam ini dapat kita jawab jika kita memiliki kemauan dan usaha untuk terus belajar.
Sang Buddha mengajarkan kepada kita untuk dapat berperanan dengan baik sebagaimana yang tertulis dalam S?galov?da Sutta, D?gha Nik?ya. Dalam sutta tesebut, dijelaskan bahwa Sang Buddha memberikan pengertian kepada pemuda Sigala mengenai makna memberikan penghormatan terhadap enam penjuru dunia yang diajarkan oleh orangtua Sigala sebelum meninggal dunia. Seperti biasa, ketika hari menjelang pagi, Sang Buddha selalu mengamati dunia untuk melihat orang yang memerlukan bimbingan Dhamma dari Beliau.
Pada saat itu, Sang Buddha melihat pemuda Sigala sedang melakukan penghormatan kepada enam penjuru dunia, kemudian Sang Buddha menemui pemuda tersebut dan menjelaskan makna dari penghormatan terhadap enam penjuru dunia itu. Sang Buddha menjelaskan bahwa arah timur adalah orangtua, barat adalah istri dan anak, selatan adalah guru, utara adalah sahabat dan relasi, atas adalah para petapa/guru spiritual, bawah adalah pembantu.
Keenam kelompok masyarakat tersebut memiliki hubungan timbal balik yaitu: hubungan timbal-balik antara orangtua dan anak, suami dan istri, guru dan murid, petapa dan umat, serta atasan dan bawahan.
Salah satu kewajiban anak kepada orangtua yaitu melakukan pelimpahan jasa kepada orangtua setelah meninggal. Salah satu kewajiban orangtua terhadap anak yaitu mencegah anak berbuat jahat dan menganjurkannya untuk berbuat baik. Salah satu kewajiban murid kepada gurunya adalah belajar dengan tekun atas pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Salah satu kewajiban guru kepada muridnya yaitu mengajarkan ilmu pengetahuan secara mendalam kepada muridnya. Salah satu kewajiban suami kepada istri yaitu setia kepada istri. Salah satu kewajiban istri kepada suami yaitu setia kepada suaminya. Salah satu kewajiban kepada sahabat atau relasi yaitu ramah-tamah. Salah satu kewajiban majikan kepada bawahan yaitu memberikan pekerjaan serta makanan dan upah yang sesuai kepada bawahannya. Salah satu kewajiban bawahan kepada atasannya yaitu berterima kasih atas perlakuan baik yang diterima dari atasannya. Salah satu kewajiban umat kepada petapa yaitu mencukupi kebutuhan mereka. Salah satu kewajiban petapa kepada umat yaitu memperbaiki dan menjelaskan ajaran yang pernah mereka dengar, serta menunjukkan jalan ke surga.
Untuk dapat memerankan peran kita dalam kehidupan ini dengan baik, jalankanlah apa yang diajarkan oleh Sang Buddha seperti apa yang tertulis dalam Sigalovada Sutta. Ketika kita menjadi suami/istri maka jadilah suami/istri dengan baik, kalau menjadi anak maka jadilah anak yang baik, kalau menjadi menantu maka jadilah menantu yang baik, dan lain-lainnya. Demikian juga ketika kita menjadi umat Buddha maka jadilah umat Buddha yang baik kita berada.
Demikian kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan oleh mereka masing-masing. Apapun posisi kita, maka berusahalah menjalankan kewajiban kita dengan baik untuk menciptakan kondisi yang harmonis dalam kehidupan ini.
Sumber:S?galov?da Sutta, D?gha Nik?ya.