BERBOHONG ADALAH SALAH SATU TINDAK KEJAHATAN
“Vacῑpakopaṁ rakkheyya vācāya saṁvuto siyā,vacῑduccaritaṁ hitvā vācāya sucaritaṁ careti”.“Sebaiknya orang selalu menjaga ucapan, sebaiknya ia bisa mengendalikan ucapannya. Setelah meninggalkan perbuatan jahatnya melalui ucapan, sebaiknya ia selalu mengembangkan perbuatan baiknya melalui ucapan”.(Dhammapada Kodha Vagga: XVII, 232)
Di dalam Sila ke 4 dari Pacas?la Buddhis selalu mengingatkan kita akan kata mus?v?d?, kata musa berarti dusta dan vada berarti bicara, maka mus?v?d? berarti berdusta atau berbohong melalui kata-kata atau ucapan. Berbohong ini terjadi saat seseorang melihat dan mengetahui kejadian yang sebenarnya dan berkata kebalikan dari peristiwa yang dialaminya.
Ada 4 hal yang bisa dikatakan seseorang itu berbohong:
1.Apa yang dikatakan tidak sesuai dengan apa yang dialaminya atau kejadian yang sebenarnya.
2.Berniat untuk menipu orang lain.
3.Berkata bohong sebagai kebenaran.
4.Perkataannya diterima oleh orang lain sebagai pembenarannya.
Empat cara ini adalah tindakan berbohong yang sesuai dengan Hukum Kamma. Apabila tindakan tersebut merugikan orang lain (banyak orang), maka hal ini akan mengarahkannya menuju ke alam yang rendah.
Berat kamma dari pembohong ditentukan oleh moral atau spiritual korban yang dibohonginya. Semakin tinggi tingkat moral si korban, semakin berat pula perbuatannya.
Cara menghindari berbohong
Ketika seseorang datang di hadapan kita, ingin meminjam sesuatu yang tidak kita pinjamkan. Di saat kita berkata tidak memilikinya, padahal kita memilikinya, maka hal ini termasuk berbohong. Berbohong jenis ini termasuk pelanggaran ringan, sebab tidak merugikan kedua belah pihak. Kasus seperti ini harus dihindarkan. Lebih baik kita berkata, maaf, ini hanya untuk keperluan saya sendiri dan tidak saya pinjamkan. Dengan cara ini berbohong dapat dihindari. Orang yang bermoral akan selalu memiliki pengendalian diri dari berbohong.
Kejujuran
Menghormati kebenaran adalah sangat penting dalam menyelesaikan suatu masalah. Dalam suatu kasus di persidangan saat seseorang diperiksa sebagai saksi. Orang ini harus berkata yang jujur sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, diketahui dan dikemukakan dalam kasus tersebut. Dia tidak boleh memberikan suatu kesaksian yang palsu, tentang apa yang tidak dilihat, tidak didengar, tidak diketahui dan tidak ditemukan dalam kasus ini. Orang yang jujur akan selalu dipercaya dan dihargai oleh orang lain.
Melatih pikiran untuk tidak berbohong
Dengan menyadari bahwa setiap orang harus menjunjung tinggi nilai kebenaran, saat itu juga kita mulai melatih pikiran untuk tidak berbohong kepada siapapun dan dimanapun juga.
Akibat dari berbohong
Apabila seseorang semasa hidupnya suka berbohong, saat kematiannya tiba akan terlahir kembali di alam rendah. Setelah itu sesuai dengan kammanya, orang ini bisa terlahir kembali sebagai manusia. Sebagai akibatnya, orang ini sering menerima tuduhan palsu yang dilontarkan orang lain pada dirinya.
Berkata yang jujur
Buku komentar dari Khuddakapa?ha dan Itivuttaka menyebutkan manfaat dari seseorang yang berkata jujur (tidak berbohong), seperti;
1)Tidak memiliki bau mulut.
2)Memiliki barisan gigi yang rapi dan putih.
3)Saat berbicara akan menarik perhatian orang.
4)Kata-katanya dapat mempengaruhi orang lain.
5)Memiliki pribadi yang menyenangkan kepada siapapun juga.
6)Memiliki landasan indra yang baik dan sehat jasmani.
7)Memiliki pikiran yang terkendali, bebas dari stres dan tenang.
8)Mudah dinasehati dan tidak sombong.
9)Lidahnya berwarna kemerahan, lunak dan tipis.
10)Memiliki postur tubuh yang sesuai atau seimbang dengannya.
11)Orangnya tidak terlalu gemuk atau kurus.
12)Tubuhnya tidak terlalu tinggi atau pendek.
13)Cara bicaranya penuh sopan-santun dan jelas.
Yang perlu diperhatikan dalam berbicara
Saat seseorang mulai berbicara, apa yang disampaikan mungkin baik, bila tidak diucapkan secara baik, hal ini dapat menimbulkan reaksi yang tidak baik bagi pendengarnya. Begitu pula dengan ucapan yang bertele-tele dan membingungkan, orang pasti sulit menerimanya. Ada beberapa pembicara yang tulus bicaranya dan kata-katanya butuh diperhatikan. Ada pula pembicara yang selalu menyinggung perasaan pendengarnya, sehingga apapun yang disampaikan tidak dapat diterima oleh pendengarnya.
Seorang pembicara yang terampil perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu;
a)Berbicara dengan jelas dan tepat.
b)Tersusun dengan rapi kosa katanya.
c)Orangnya bersahaja dan menyenangkan.
Sebagai hasilnya orang ini pasti menarik, mendapat perhatian banyak orang dan pesan yang disampaikan mengundang simpati para pendengarnya. Inilah manfaat berbicara yang benar.
Orang yang memiliki keteguhan hati akan menghindari berbohong dan meninggalkan fitnah. Ia akan menyatukan kembali mereka yang terpecah-belah. Kata-katanya mem-perkuat persatuan dan kesatuan. Dia senang melihat masyarakat yang hidupnya damai dan harmonis.
Marilah kita memperteguh keyakinan pada diri sendiri, walaupun masih ada sebagian orang berbohong. Saya akan selalu berusaha menghindari berbohong. Saya akan mempraktikkan tidak berbohong dalam mengurangi kekotoran batin. Saya akan mengendalikan diri dalam situasi apapun untuk menghindari berbohong demi kemajuan batin ini.
Sumber:
-Dhammapada Penerbit Bahussuta Society
-A Discourse on the Sallekha Sutta Penerbit Yayasan Satipatthana Indonesia