MENGHORMAT ENAM ARAH
Janganlah memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain,atau hal yang sudah dikerjakan atau belum dikerjakan oleh orang lain.Sebaiknya seseorang memperhatikan hal-hal yang sudah dikerjakan atau belum dikerjakan oleh dirinya sendiri.(Dhammapada 50)
Suatu ketika Sang Bhagav? sedang menetap di R?jagaha, di hutan Bambu. Pada saat itu, seorang perumah tangga bernama Sig?laka, setelah bangun pagi dan keluar dari kota R?jagaha, dengan pakaian dan rambut yang basah, merangkapkan kedua tangannya dan menyembah ke arah yang berbeda-beda: ke arah timur, ke arah selatan, ke arah barat, dan ke arah utara, ke arah bawah dan ke arah atas. Dan Sang Bhagav?, setelah bangun pagi, merapikan jubah, kemudian membawa jubah dan mangkuk-Nya, pergi ke R?jagaha untuk menerima persembahan dana makanan. Sang Bhagavà melihat Sig?laka menyembah arah yang berbeda-beda, Beliau berkata: “Putra perumah tangga, mengapa engkau bangun pagi-pagi untuk menyembah ke arah yang berbeda-beda?” “Bhagav?, ayahku ketika menjelang meninggal dunia, menyuruhku melakukan hal ini. Dan karena itu, Bhagav?, demi hormatku kepada kata-kata ayahku, yang sangat kuhargai, kuhormati, dan kusucikan, aku bangun pagi dan menyembah dengan cara ini ke enam arah.”
“Tetapi, putra perumah tangga, itu bukanlah cara yang benar dalam menyembah enam arah menurut disiplin Orang Suci.”
Jadi, Bhagav?, bagaimanakah seharusnya seseorang menyembah ke enam arah menurut disiplin Orang Suci ? Baik Sekali jika Bhagav? mengajariku cara yang benar dalam menyembah enam arah menurut disiplin Orang Suci.”
“Dengarkanlah, perhatikanlah, dan Aku akan menjelaskan.”
“Baik, Bhagav?, “jawab Sig?laka. Dan Sang Bhagav? berkata: “Bagaimanakah, putra perumah tangga, siswa Ariya melindungi enam penjuru? Enam hal ini harus dianggap sebagai enam penjuru: Timur merupakan ibu dan ayah, Selatan adalah guru-guru, Barat adalah istri dan anak-anak, Utara merupakan teman-teman dan rekan-rekan, Bawah adalah para pelayan, pekerjaan dan pembantu. Atas adalah para petapa dan Brahmana.”
“Ada lima cara bagi seorang putra untuk melayani ibu dan ayahnya sebagai arah timur: (1) Merawat orangtua. (2) Menanggung tugas-tugas orangtua. (3) Menjaga nama baik keluarga. (4) Menjaga warisan yang diberikan orangtua. (5) Setelah orangtua meninggal dunia, melakukan pelimpahan jasa untuk mereka. Dan ada lima cara orangtua yang telah dilayani demikian oleh putra mereka sebagai arah timur, akan membalas: (1) Mencegah anak melakukan kejahatan. (2) Menganjurkan anak melakukan kebajikan. (3) Mengajarkan anak keahlian dan keterampilan. (4) Mencarikan pasangan hidup yang pantas. (5) Memberikan warisan pada saat yang tepat. Dengan cara ini arah timur tercakup, memberikan kedamaian dan bebas dari ketakutan.”
“Ada lima cari bagi murid untuk melayani guru-guru mereka sebagai arah selatan: (1) Bangkit menyambut kedatangannya. (2) Dengan melayaninya. (3) Dengan memperhatikan yang diajarkannya. (4) Dengan membantunya. (5) Dengan menguasai keterampilan dan keahlian yang mereka ajarkan. Dan ada lima acara bagi guru yang telah dilayani demikian oleh muridnya sebagai arah selatan, akan membalas: (1) Memberikan bimbingan yang menyeluruh. (2) Memastikan muridnya untuk dapat menguasai yang diajarkannya. (3) Memberikan landasan menyeluruh terhadap semua keterampilan. (4) Merekomendasikan muridnya kepada teman dan rekan mereka. (5) Dan melindungi muridnya dari segala penjuru. Dengan demikian, arah selatan telah tercakup, memberikan kedamaian dan bebas dari ketakutan.”
“Ada lima cara bagi seorang suami untuk melayani istrinya sebagai arah barat: (1) Menghormatinya. (2) Tidak merendahkannya. (3) Setia kepadanya. (4) Memberikan kekuasaan kepadanya. (5) Memberikan perhiasan kepadanya. Dan ada lima cara bagi seorang istri yang telah dilayani oleh suaminya sebagai arah barat, akan membalas: (1) Melakukan pekerjaannya dengan baik. (2) Bersikap baik terhadap para pelayan. (3) Setia kepadanya. (4) Menjaga harta kekayaan. (5) Terampil dan rajin dalam semua yang harus dikerjakan. Dengan demikian, arah barat telah tercakup, memberikan kedamaian dan bebas dari ketakutan.”
“Ada lima cara bagi seseorang untuk melayani teman dan rekan mereka sebagai arah utara: (1) Dengan pemberian. (2) Dengan kata-kata yang baik. (3) Memperhatikan kesejahteraan mereka. (4) Memperlakukan mereka seperti diri sendiri. (5) Menepati janjinya. Dana ada lima cara bagi teman dan rekan, yang telah dilayani demikian sebagai arah utara, akan membalas: (1) Menjaga dirinya tatkala ia lengah. (2) Menjaga harta miliknya tatkala ia lengah. (3) Menjadi pelindung baginya tatkala ia ketakutan. (4) Tidak meninggalkannya saat ia berada dalam kesulitan. (5) Dan menunjukkan perhatian terhadap anak-anaknya. Dengan demikian, arah utara telah tercakup, memberikan kedamaian dan bebas dari ketakutan.”
“Ada lima cara bagi seorang majikan untuk melayani para pelayan dan para pekerjanya sebagai arah bawah: (1) Mengatur pekerjaan mereka sesuai dengan kemampuannya. (2) Memberikan mereka gaji/upah. (3) Merawat mereka ketika mereka sakit. (4) Berbagi makanan kepada mereka di saat yang khusus. (5) Dan memberikan waktu istirahat dan hari libur di saat yang tepat. Dan ada lima cara bagi para pelayan dan para pekerja, yang telah dilayani demikian sebagai arah bawah, dapat membalas: (1) Bangun tidur lebih pagi daripada majikannya. (2) Pergi tidur lebih larut daripada majikannya. (3) Mengambil hanya apa yang diberikan. (4) Melakukan tugas-tugasnya dengan benar. (5) Dan menjaga nama baik dan reputasi baik bagi majikannya. Dengan demikian, arah bawah telah tercakup, memberikan kedamaian dan bebas dari ketakutan.” “Ada lima cara bagi seseorang untuk melayani para petapa dan brahmana sebagai arah atas: (1) Cinta kasih dalam perbuatan jasmani. (2) Cinta kasih dalam ucapan. (3) Cinta kasih dalam pikiran. (4) Menyambut kedatangan mereka dengan pintu terbuka. (5) Menyokong/memberikan barang-barang kebutuhan mereka. Dan ada enam cara lagi bagi para petapa dan Brahmana, yang telah dilayani demikian sebagai arah atas, akan membalas: (1) Mencegah mereka melakukan kejahatan. (2) Mendorong mereka melakukan kebaikan. (3) Memperlakukan mereka dengan cinta kasih. (4) Mengajarkan mereka hal-hal yang belum pernah ia dengar. (5) Menjelaskan apa yang telah didengar tetapi belum jelas. (6) Dan menunjukkan jalan menuju alam surga. Dengan demikian, arah atas telah tercakup, memberikan kedamaian dan bebas dari ketakutan.”
Demikianlah penjelasan dari Sang Bhagav? kepada seorang perumah tangga bernama Sig?laka tentang makna dari menghormat enam arah (DN 31: Sig?laka Sutta)