Menyambut Tahun Baru 2019
Na jata Brahmano Hoti, Na jata Vasalo Hoti Kammanta Vasalohoti, Kammanta Hoti Brahmano.Bukan karena keturunan seseorang di sebut Brahmana,bukan karena keturunan seseorang disebut Vasala.Seseorang karena perbuatannya di sebut Vasala, seseorang karena perbuatannya di sebut Brahmana.
Tahun 2019 merupakan tahun istimewa bagi NKRI karena tahun ini kita bangsa Indonesia akan memilih Presiden, Kepala Negara untuk periode 5 Tahun mendatang. Kita semua berharap agar Presiden terpilih nantinya bisa membawa kehidupan rakyat menjadi sejahtera dan berperikeadilan sosial. Semua orang bisa menjadi pemimpin, tapi seorang pemimpin yang baik mempunyai syarat dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik.
Dalam partisipasi pemilihan umum Presiden nanti, Umat Buddha harus berpedoman kepada wejangan Guru Agung Buddha Gotama dalam Cakkawatu Sihananda Sutta, Seorang Raja (Kepala Negara) yang baik adalah bila dapat melaksanakan Dasa Raja Dhamma (10 kewajiban seorang Raja).
1.D?na, suka menolong tidak kikir, ramah tamah terhadap rakyat (merakyat)
2.Sila, mempunyai moral yang tinggi, bebas dari korupsi
3.Paricc?ga, siap berkorban untuk kepentingan rakyat
4.?jjava, bersikap jujur dan bersih dari kebohongan dan tipu daya
5.Maddava, berkata ramah dan sopan tidak mengucapkan makian
6.Tapa, hidup sederhana menjadi panutan rakyat
7.Akkodha, tidak punya kebencian atau keinginan jahat
8.Ahi?sa, tidak bertindak menggunakan kekerasan selalu berdasarkan hukum negara
9.Khanti, memiliki kesabaran dan rendah hati bisa memaafkan orang yang sudah sadar
10.Avirodha, tidak menentang atau menghalangi keinginan rakyat demi tercapainya kehidupan sejahtera.
Sepuluh kewajiban ini memang tidak sembarang pemimpin dapat melaksanakan penuh. Hanya raja besar atau Cakkavati raja yang dapat melaksanakan. Tetapi raja Asoka di India telah melaksanakannya dan beliau dapat menundukan raja-raja yang tadinya suka melawan bukan dengan kekerasan seperti yang dilakukan ayah dan kakeknya dahulu. Dengan cinta kasih raja Asoka mendapat dukungan raja-raja tersebut. Beliau terkenal dengan dekrit Toleransi beragama yang dikenal sampai sekarang:
Janganlah kita menghormati agama kita sendiri dengan mencela agama orang lain. Sebaliknya agama orang lain hendaknya dihormat atas dasar tertentu. Dengan berbuat begini kita membantu agama kita sendiri untuk berkembang disamping menguntungkan pula agama lain. Dengan berbuat sebaliknya kita akan merugikan agama kita sendiri di samping merugikan agama orang lain. Oleh karena itu, barang siapa menghormat agamanya sendiri dengan mencela agama orang lain semata – karena dorongan rasa bakti kepada agamanya dengan berpikir “bagaimana aku dapat memuliakan agamaku sendiri“ maka dengan berbuat demikian ia malah amat merugikan agamanya sendiri. Oleh karena itu toleransi dan kerukunan beragamalah yang dianjurkan dengan pengertian bahwa semua orang selain mendengarkan ajarannya sendiri juga bersedia untuk mendengarkan ajaran agama orang lain.
Marilah kita sambut datangnya tahun baru 2019 dengan menambah kebajikan sebagai harta sejati yang akan melindungi kita setiap saat. Sesuai dengan sabda Guru Agung kita mengenai Dhamma: “ Yatha kari tatha kari, Thatha kari yatha kari “ Apa yang Ku ajarkan, sudah Ku praktekan, Apa yang sudah Ku praktekan itu yang Ku ajarkan. Hal ini sebagai peringatan Beliau agar setiap umat Buddha jangan malas untuk praktek ajaran Guru Agung, supaya mendapatkan manfaat Dhamma yaitu hidup sejahtera dan bahagia.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitattha
???
Oleh:
Sri Subalaratano Mahathera
Selasa, 01 Januari 2019