Cara Bahagia dan Sejahtera

 Cara Bahagia dan Sejahtera

Semua orang menginginkan hidupnya bahagia dan sejahtera sepertinya tidak ada seorangpun yang  menginginkan hidupnya tidak bahagia dan tidak sejahtera. Namun sayangnya masih ada yang belum tahu bagaimana cara untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan.

Kita ini sungguh amat beruntung, karena Guru Agung kita. Sammāsambuddha Gotama, mengajarkan bagaimana cara untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan.

Dikisahkan Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di antara penduduk Koliya di dekat pemukiman Koliya bernama Kakkarapatta. Di sana pemuda Koliya Dīghajāṇu mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Beliau:

“Bhante, kami adalah para umat awam yang menikmati kenikmatan-kenikmatan indria, menetap di rumah yang penuh dengan anak-anak. Kami menggunakan kayu cendana dari Kāsi; kami memakai kalung bunga, wewangian, dan salep; kami menerima emas dan perak. Sudilah Sang Bhagavā mengajarkan Dhamma kepada kami dalam suatu cara yang dapat mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan kami dalam kehidupan ini dan kehidupan mendatang.”

“Ada, Byagghapajja, empat hal  ini yang mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan seorang anggota keluarga dalam kehidupan ini. Apakah empat ini? Kesempurnaan dalam inisiatif, kesempurnaan dalam perlindungan, pertemanan yang baik, dan kehidupan yang seimbang.

(1) “Dan apakah kesempurnaan dalam inisiatif? Seseorang yang mengetahui hal apa yang perlu dilakukan agar usahanya berjalan lancar.

(2) “Dan apakah kesempurnaan dalam perlindungan? Di sini, seseorang yang telah memperoleh penghasilan dengan usaha yang benar lalu juga berupaya agar menjaga kekayaannya ini tidak mudah terkena bencana banjir, api dll.

(3) “Dan apakah pertemanan yang baik? Di sini, di desa atau pemukiman mana pun seorang anggota keluarga menetap, ia berasosiasi dengan para perumah tangga yang berkarakter baik.

(4) “Dan apakah kehidupan yang seimbang? Di sini, seorang anggota keluarga mengetahui pendapatan dan pengeluarannya dan menjalani kehidupan seimbang, tidak terlalu boros juga tidak terlalu berhemat.

“Kekayaan yang dikumpulkan demikian memiliki empat sumber pemborosan: bermain perempuan, bermabuk-mabukan, berjudi, dan pertemanan yang buruk, pergaulan yang buruk, persahabatan yang buruk. Seperti halnya ada sebuah waduk besar dengan empat saluran masuk dan empat saluran keluar, dan seseorang menutup saluran-saluran masuk dan membuka saluran-saluran keluar, dan tidak ada turun hujan, maka ia dapat berharap air dalam waduk tersebut menjadi berkurang dan bukan bertambah; demikian pula, kekayaan yang dikumpulkan demikian memiliki empat sumber pemborosan: bermain perempuan … persahabatan yang buruk.

“Kekayaan yang dikumpulkan demikian memiliki empat sumber penambahan: ia menghindari bermain perempuan, menghindari bermabuk-mabukan, dan menghindari berjudi, dan mengembangkan pertemanan yang baik, pergaulan yang baik, persahabatan yang baik. Seperti halnya ada sebuah waduk besar dengan empat saluran masuk dan empat saluran keluar, dan seseorang membuka saluran-saluran masuk dan menutup saluran-saluran keluar, dan hujan turun dengan cukup, maka seseorang dapat berharap air dalam waduk tersebut menjadi bertambah dan bukan berkurang; demikian pula, kekayaan yang dikumpulkan demikian memiliki empat sumber penambahan: ia menghindari bermain perempuan … dan mengembangkan persahabatan yang baik.

“Ini adalah keempat hal itu yang mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan seorang anggota keluarga dalam kehidupan ini.

“Ada, Byagghapajja, empat hal [lainnya] yang mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan seorang anggota keluarga dalam kehidupan mendatang. Apakah empat ini? Kesempurnaan dalam keyakinan, kesempurnaan dalam perilaku bermoral, kesempurnaan dalam kedermawanan, dan kesempurnaan dalam kebijaksanaan.

(5) “Dan apakah kesempurnaan dalam keyakinan? Di sini, seorang anggota keluarga memiliki keyakinan. Ia berkeyakinan pada pencerahan Sang Buddha, Dhamma dan Sangha

(6) “Dan apakah kesempurnaan dalam perilaku bermoral? Di sini, seseorang merawat dengan baik tata kebiasaan baik atau yang biasa kita sebut Sīla.

(7) “Dan apakah kesempurnaan dalam kedermawanan? Di sini, seseorang memiliki pikiran yang hampa dari noda kekikiran, dermawan dengan bebas, bertangan terbuka, bersenang dalam melepaskan, menekuni derma, bersenang dalam memberi

(8) “Dan apakah kesempurnaan dalam kebijaksanaan? Di sini, seorang anggota keluarga senantiasa mengarahkan kebijaksanaan luhur, memahami dan  menyelidiki fenomena untuk melihat tampak timbul tenggelamnya. Secara sempurna, menuju pada kepadaman penderitaan. Ini disebut kesempurnaan dalam kebijaksanaan.

“Ini adalah keempat hal [lainnya] yang mengarah kesejahteraan dan kebahagiaan seorang anggota keluarga dalam kehidupan mendatang.”

 

Dengan memiliki Inisiatif dalam berusaha, menjaga perolehan, pergaulan yang baik, gaya hidup yang seimbang, memiliki keyakinan, sempurna dalam moralitas, dermawan dan hampa dari kekikiran, ia terus-menerus mengembangkan kebijaksanaan dalam kehidupan ini juga, maka inilah delapan cara untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan yang bukan hanya dikehidupan selanjutnya saja namun, juga dikehidupan saat ini juga akan bahagia dan sejahtera.

 

 

Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya

https://www.dhammacakka.org

Related post