Kaya – Miskin Hubungannya Dengan Kathina
- Puja Bakti Umum
- April 28, 2024
- 7 minutes read
Sabbapāpassa akaraṇaṁ, kusalassūpasampadā
sacittapariyodapanaṁ, etaṁ buddhāna sāsanaṁ.
Tidak melakukan segala bentuk kejahatan,
senantiasa mengembangkan kebajikan,
dan membersihkan batin, ini Ajaran Para Buddha.
(Dhammapada XIV: 183)
Illisa orang terkaya di Benares, tapi dia sangat kikir dan pelit, harta kekayaannya tidak memberi manfaat buat dirinya, keluarganya juga orang lain.
Ketika dia diangkat menjadi bendahara besar kerajaan oleh raja Brahmadatta, sifat kikir dan pelitnya semakin memuncak. Balai distribusi dana dibakar hingga rata dengan tanah. Para pengemis yang mendatangi pintu gerbang rumahnya dipukul dengan tongkat, dilempari dengan gumpalan tanah.
Sifat kikir dan pelit Illisa menyebar ke seluruh negeri bahkan sampai ke alam dewa. Ayah Illisa karena berhasil melakukan banyak kebajikan terlahir di alam dewa menjadi dewa Sakka. Ketika mengamati anaknya di alam manusia, ternyata putranya ini sangat kikir dan pelit, bahkan balai distribusi dana dibakar hingga rata dengan tanah.
Dewa Sakka berkata dalam hati: akan saya beri pelajaran buat putraku Illisa. Dewa Sakka mengambil wujud Illisa (putranya), menghilang di Alam Dewa, muncul di kerajaan Benares, memohon izin kepada raja agar diizinkan membagikan harta kekayaannya. Setelah izin diberikan, diumumkan di seluruh wilayah. Gudang hartanya dibuka lebar-lebar dengan ucapan siapapun yang menginginkan harta kekayaan, silakan ambil dan pergi.
Orang-orang berdatangan mengambil harta kekayaan kemudian pergi. Illisa asli betul-betul terpukul.
Illisa jelmaan dewa Sakka terbang ke angkasa kembali ke wujud asli menjadi dewa Sakka, memberi pelajaran kepada putranya Illisa. Jika Illisa masih kikir dan pelit, maka semua harta kekayaannya akan diambil sampai habis dan kepala Illisa akan dipukul dengan “Gada” (palu besi menyala) sampai remuk dan mati.
Illisa takut, berjanji akan membangun kembali balai distribusi dana dan memiliki sifat murah hati, suka berdana.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Penganggaran keuangan keluarga (budgeting) penting dilakukan agar tidak besar pasak daripada tiang. Namun demikian, tidak semua keluarga melakukan budgeting dengan berbagai alasan seperti menganggap itu tidak penting, sulit dan memekan waktu, hingga tidak paham bagimana melakukannya. Acuan pelaksanaan budgeting dapat bersumber pada ilmu manajemen modern maupun ilmu agama. Dalam Buddhis, Buddha banyak memberikan konsep dan cara melakukan budgeting yang berimplikasi tercapainya kesejahteraan material dan spiritual.
Budgeting adalah identifikasi di mana dan bagaimana uang datang dan pergi dengan berfokus pada pendapatan dan pengeluaran. Kekayaan, kemasyuran, umur panjang, dan surga adalah hal yang diinginkan manusia namun sulit didapatkan. Untuk mendapatkan hal tersebut, dijelaskan dalam Pattakama Sutta harus melalui saddhā sampadā, sīla sampadā, cāga sampadā, dan paññā sampadā.
Buddha menegaskan dalam Vyaghapaja (Dīghajāṇu) sutta (AN 8. 54) bahwa kekyaan yang telah diperoleh dengan cara benar harus dilindungi dengan pengaturan yang benar, inisiatif dan, energi sehingga dapat mencegah raja dan pencuri mengambilnya, api membakarnya, banjir menyapunya, dan ahli waris yang tidak terampil mengambilnya. Dalam Sigalaka Sutta (DN, Patika Vagga) Buddha menegaskan bahwa penghasilan dialokasikan ke dalam bebrapa bagian, yakni: (1) ekena bhoge bhuñjeyya (satu bagian yang harus dia nikmati); (2) dvīhi kammaṁ payoje (dengan dua bagian dia berinvestasi dalam pekerjaannya); (3) catutthañ ca nidhāpeyya (keempat ia harus mengesampingkan), āpadāsu bhavissati (jika ada kemalangan). Lebih lanjut dalam Pattakama sutta (AN 4. 61) dan Adiya Sutta (AN 5. 41) satu bagian yang harus ia nikmati” (ekena bhoge bhuñjeyya) di sini dibagi menjadi “5 penggunaan kekayaan” (pañca bhogānam ādiyā), yakni: untuk pribadi dan keluarga; teman; kemanan dan asuransi; persembahan beruas lima (panca bali); dan filantropi (dharma work). Mengacu pada Kula Sutta (AN 4. 258), harus enunjuk seorang perempuan atau laki-laki yang kompeten & bermoral bertanggung jawab mengatur keuangan keluarga.
Penganggaran keuangan keluarga (budgeting) penting dilakukan agar tidak besar pasak daripada tiang. Namun demikian, tidak semua keluarga melakukan budgeting dengan berbagai alasan seperti menganggap itu tidak penting, sulit dan memekan waktu, hingga tidak paham bagimana melakukannya. Acuan pelaksanaan budgeting dapat bersumber pada ilmu manajemen modern maupun ilmu agama. Dalam Buddhis, Buddha banyak memberikan konsep dan cara melakukan budgeting yang berimplikasi tercapainya kesejahteraan material dan spiritual.
Budgeting adalah identifikasi di mana dan bagaimana uang datang dan pergi dengan berfokus pada pendapatan dan pengeluaran. Kekayaan, kemasyuran, umur panjang, dan surga adalah hal yang diinginkan manusia namun sulit didapatkan. Untuk mendapatkan hal tersebut, dijelaskan dalam Pattakama Sutta harus melalui saddhā sampadā, sīla sampadā, cāga sampadā, dan paññā sampadā.
Buddha menegaskan dalam Vyaghapaja (Dīghajāṇu) sutta (AN 8. 54) bahwa kekyaan yang telah diperoleh dengan cara benar harus dilindungi dengan pengaturan yang benar, inisiatif dan, energi sehingga dapat mencegah raja dan pencuri mengambilnya, api membakarnya, banjir menyapunya, dan ahli waris yang tidak terampil mengambilnya. Dalam Sigalaka Sutta (DN, Patika Vagga) Buddha menegaskan bahwa penghasilan dialokasikan ke dalam bebrapa bagian, yakni: (1) ekena bhoge bhuñjeyya (satu bagian yang harus dia nikmati); (2) dvīhi kammaṁ payoje (dengan dua bagian dia berinvestasi dalam pekerjaannya); (3) catutthañ ca nidhāpeyya (keempat ia harus mengesampingkan), āpadāsu bhavissati (jika ada kemalangan). Lebih lanjut dalam Pattakama sutta (AN 4. 61) dan Adiya Sutta (AN 5. 41) satu bagian yang harus ia nikmati” (ekena bhoge bhuñjeyya) di sini dibagi menjadi “5 penggunaan kekayaan” (pañca bhogānam ādiyā), yakni: untuk pribadi dan keluarga; teman; kemanan dan asuransi; persembahan beruas lima (panca bali); dan filantropi (dharma work). Mengacu pada Kula Sutta (AN 4. 258), harus enunjuk seorang perempuan atau laki-laki yang kompeten & bermoral bertanggung jawab mengatur keuangan keluarga.
Penganggaran keuangan keluarga (budgeting) penting dilakukan agar tidak besar pasak daripada tiang. Namun demikian, tidak semua keluarga melakukan budgeting dengan berbagai alasan seperti menganggap itu tidak penting, sulit dan memekan waktu, hingga tidak paham bagimana melakukannya. Acuan pelaksanaan budgeting dapat bersumber pada ilmu manajemen modern maupun ilmu agama. Dalam Buddhis, Buddha banyak memberikan konsep dan cara melakukan budgeting yang berimplikasi tercapainya kesejahteraan material dan spiritual.
Budgeting adalah identifikasi di mana dan bagaimana uang datang dan pergi dengan berfokus pada pendapatan dan pengeluaran. Kekayaan, kemasyuran, umur panjang, dan surga adalah hal yang diinginkan manusia namun sulit didapatkan. Untuk mendapatkan hal tersebut, dijelaskan dalam Pattakama Sutta harus melalui saddhā sampadā, sīla sampadā, cāga sampadā, dan paññā sampadā.
Buddha menegaskan dalam Vyaghapaja (Dīghajāṇu) sutta (AN 8. 54) bahwa kekyaan yang telah diperoleh dengan cara benar harus dilindungi dengan pengaturan yang benar, inisiatif dan, energi sehingga dapat mencegah raja dan pencuri mengambilnya, api membakarnya, banjir menyapunya, dan ahli waris yang tidak terampil mengambilnya. Dalam Sigalaka Sutta (DN, Patika Vagga) Buddha menegaskan bahwa penghasilan dialokasikan ke dalam bebrapa bagian, yakni: (1) ekena bhoge bhuñjeyya (satu bagian yang harus dia nikmati); (2) dvīhi kammaṁ payoje (dengan dua bagian dia berinvestasi dalam pekerjaannya); (3) catutthañ ca nidhāpeyya (keempat ia harus mengesampingkan), āpadāsu bhavissati (jika ada kemalangan). Lebih lanjut dalam Pattakama sutta (AN 4. 61) dan Adiya Sutta (AN 5. 41) satu bagian yang harus ia nikmati” (ekena bhoge bhuñjeyya) di sini dibagi menjadi “5 penggunaan kekayaan” (pañca bhogānam ādiyā), yakni: untuk pribadi dan keluarga; teman; kemanan dan asuransi; persembahan beruas lima (panca bali); dan filantropi (dharma work). Mengacu pada Kula Sutta (AN 4. 258), harus enunjuk seorang perempuan atau laki-laki yang kompeten & bermoral bertanggung jawab mengatur keuangan keluarga.