Kualitas Batin Yang Indah diPandang
- Puja Bakti Umum
- September 17, 2024
- 9 minutes read

Uttiṭṭhe nappamajjeyya, dhammaṃ sucaritaṃ care
Dhammacārī sukhaṃ seti, asmiṃ loke paramhi ca’ ti
Bangun! Jangan lengah! Tempuhlah kehidupan benar.
Barang siapa menempuh kehidupan benar, maka ia akan hidup bahagia
di dunia ini maupun di dunia selanjutnya.
(Dhammapada Loka Vagga 168)
Pendahuluan
Dalam kehidupan ini kita perlu bersyukur karena bisa terlahir sebagai manusia. Dalam syair Dhammapada pun Buddha menyampaikan bahwa sungguh beruntung bisa bertemu dengan Dhamma. Maka penting sekali bagi seseorang untuk menggunakan setiap momen kehidupannya dengan sebaik-baiknya. Ajaran yang diberikan Sang Buddha sesungguhnya berisi kesejukan dan kedamaian. Tujuan pengikut Buddha sendiri belajar Dhamma adalah untuk mendapatkan kebahagiaan yakni Nibbāna. Namun untuk mendapatkan itu semua tidaklah mudah layaknya membalikkan telapak tangan. Perlu adanya perjuangan yang keras untuk mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan dapat kita dapatkan apabila mampu menuntaskan; melenyapkan kekotoran batin (kilesa).
Pembahasan
Seluk beluk kehidupan manusia tidak terlepas dari faktor sosial, dari hal tersebut kita tahu bahwa manusia adalah makhluk sosial. Seringkali dalam kehidupan bermasyarakat seseorang mudah untuk memandang dan membuat sebuah penilaian subjektif kepada seseorang; apakah itu sebuah penilaian positif maupun negatif. Melalui hal tersebut terkadang seseorang juga akan memberikan sebuah respon. Respon biasanya diawali melalui pikiran dilanjutkan ke arah ucapan dan tindak laku badan jasmani. Hal inilah yang seringkali terjadi pada Masyarakat umumnya.
Perlu disadari bahwa tidak semua makhluk hidup (manusia) mendapatkan momen pengalaman hidup yang sama. Ada yang sedari kecil, tumbuh dewasa dan menjadi tua senantiasa mendapatkan pengalaman hidup yang menyenangkan, namun ada juga yang sebaliknya. Ketika mendapatkan pengalaman yang menyenangkan batin seseorang akan mudah untuk bahagia, berbanding terbalik jika seseorang mendapatkan pengalaman menyedihkan batin akan (menderita). Batin akan mudah terombang-ambing oleh sukha dan dukkha.
Oleh karena itu Sang Buddha memiliki sebuah obat yang jika digunakan; dipraktikkan dengan baik maka akan membuat batin seseorang menjadi indah. Salah satu Dhamma ajaran Buddha yang perlu kita praktikkan yakni kesabaran (khanti). Khanti dapat diterjemahkan sebagai kesabaran atau penahan (ketabahan). Ketabahan atau kesabaran dapat didefinisikan sebagai kualitas batin seseorang yang mampu menahan (bertahan) dari kondisi menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Cara yang tepat untuk memunculkan kualitas batin berupa kesabaran yakni merenungkan manfaat dari kesabaran dan juga merenungkan kerugian dari ketidak-sabaran. Dengan hal ini seseorang dapat menekan penderitaan yang muncul. Hal ini pun perlu dipraktikkan secara berkala dan konsisten. Tidak ada sesuatu yang muncul secara tiba tiba atau kebetulan, namun itu semua berawal dari proses yang Panjang. Seseorang yang memiliki kesabaran senantiasa berpikir secara objektif dan kritis. Tidak mudah untuk memberikan respon yang sifatnya tergesa-gesa, penuh pertimbangan. Dengan kesabaran seseorang mampu menekan emosi yang sifatnya negatif, demikian juga seseorang penyabar tidak akan mudah terlena dengan hal-hal yang menyenangkan (batinnya tetap stabil).
Sang Buddha pernah menyampaikan bahwa terdapat 5 resiko apabila seseorang tidak memiliki kesabaran, hal ini terdapat di dalam Sutta Pitaka, An.5 (akkosakavaggo).215 (Paṭhamaakkhantisutta)
Tidak disukai oleh orang-orang atau teman-teman (Bahuno janassa appiyo hoti amanāpo)
Dengan ketidaksabaran, seseorang sedang menciptakan banyak musuh (Verabahulo ca)
Seseorang dengan ketidak-sabaran biasanya akan melakukan kesalahan (Vajjabahulo ca)
Menjelang kematian tanda tanda buruk akan menghampiri, muncul kemarahan, emosi negatif bermunculan sehingga batin tidak tenang. (Sammūḷho kālaṃ karoti)
Dengan ketidaksabaran seseorang akan meninggal dunia dan terlahir di alam apāya. (Kāyassa bhedā paraṃ maraṇā apāyaṃ duggatiṃ vinipātaṃ nirayaṃ upapajjati).
Referensi:
Chattha Sangayana Tipitaka https://tipitaka.app/ Paṭhamaakkhantisuttaṃ An 5. 215
Dhammapada Sariputta.com.
Oleh Bhikkhu Jayadhiro
Minggu, 01 September 2024