Manusia Unggul
- Puja Bakti Umum
- July 14, 2024
- 8 minutes read
Dullabho purisājañño, Na so sabbattha jāyati
Yattha so jāyati dhīro, Taṃ kulaṃ sukhamedhati.
Manusia unggul jarang ditemukan, Ia tidak terlahir di sembarang tempat. Di keluarga mana manusia unggul terlahir, keluarga itu mengenyam kebahagiaan.
(Khuddaka Nikāya, Dhammapada; Buddhavagga 193)
Di dalam masyarakat kita tentu mengetahui bahwa ada orang-orang yang memiliki kedudukan atau strata sosial yang tinggi atau terkemuka atau luhur, seperti tokoh masyarakat, pemuka agama, negarawan, budayawan, pemimpin negara atau raja atau kaisar, penemu, bijaksanawan, dan lain-lain. Sehubungan dengan hal di atas itu, tentu tidaklah serta merta semua itu didapat, diperoleh, dicapai dan diraih dengan mudah, tanpa adanya daya upaya atau usaha yang besar. Dan, mereka itu bekerja selain untuk pencapaian kebahagiaan diri sendiri, juga membawa sisi manfaat bagi kebahagiaan orang-orang yang berada di sekitarnya; keluarga, teman, bawahan ataupun masyarakat luas.
Demikian halnya, manusia unggul yang telah kita ketahui, di mana Beliau jarang ditemukan, dan bila terlahir pun tidak di sembarang tempat, keluarga mana manusia unggul ini terlahir maka keluarga itu akan mengenyam kebahagiaan besar. Bodhisattā ataupun setelah menjadi Sammāsambuddha, Beliau manusia unggul yang ada di dunia ini (meliputi tiga dunia di semesta ini), baik dari sisi Kelahiran, Penerangan Sempurna dan Parinibbana Beliau; contoh pernyataan dalam salah satu sisi peristiwa, sebagai berikut;
* (Kelahiran): …
“Aggohamasmi lokassa; Akulah yang terluhur di dunia,
Jeṭṭhohamasmi lokassa, Akulah yang tertinggi di dunia, Seṭṭhohamasmi lokassa, Akulah yang pemimpim di dunia,
Ayamantimā jāti, Inilah kelahiran-Ku yang terakhir,
Natthi dāni punabbhavo’ti”, Tidak ada lagi kelahiran-Ku di dunia ini.
(Buddhavamsa aṭṭhakathā, p.160)
Pencapaian-pencapaian tersebut tentu ditunjang oleh hal-hal bajik, yang merupakan kualitas tindakan yang bermanfaat, dikenal sebagai kebajikan luhur (parami), seperti Dāna, Sīla, Nekkhamma, Paññā, Viriya, Sacca, Khanti, Adiṭṭhana, Mettā, dan Upekkhā. Di mana semua bentuk-bentuk kebajikan luhur ini telah memuncak dan matang, sehingga manusia unggul ini melangkah pada penglepasan Agung Beliau. Dan hal ini, Penglepasan Agung bukanlah untuk yang pertama kali dilakukan dan atau sebagai proses terberat, tetapi dibanyak kehidupan lampau Beliau (tindakan) ini telah dilakukan beberapa kali dalam kehidupan lampau-Nya. Misal dalam cerita Jātaka, yaitu ‘Mūgapakkhajātakavaņņanā’, No. 538.
Mā paṇḍiccayaṃ vibhāvaya, bālamato bhava sabbapāṇinaṃ. Sabbo tañjano ocināyatu, evaṃ tava attho bhavissati.
Jangan menunjukkan diri sebagai orang pandai, tunjukkanlah kepada semua orang bahwa
Anda sebagai orang bodoh, semua orang akan meremehkan Anda sebagai orang yang menjijikan. Dengan cara seperti ini, tujuan Anda akan tercapai.
Pencapaian tersebut dari manusia unggul tentu membutuhkan banyak daya upaya, misalnya usaha, waktu, tenaga, pemikiran, tekad, pengorbanan materiil ataupun batiniah, dan sebagainya. Dan pasti hambatan-hambatan, kendala-kendala, kesukaran ataupun kemalangan dalam perjuangan pencapaian pasti akan muncul. “Āpadāsu bhikkhave, thāmo veditabbo”, melalui kemalangan maka ketahanan mereka dapat diketahui; AN IV: (20).5. Mahāvagga, Ṭhāna Sutta.
Pelatihan dan pengembangan diri seseorang patut dimunculkan agar supaya pencapaian seseorang dapat dicapai. Ketahanan, kesabaran, rasa bersenang dalam melakukan kebajikan, semangat, pengingatan akan segala faktor penunjang yang bermanfaat, dan kebijaksanaan dalam setiap tindakan apapun, patut ditumbuhkem-bangkan. Manusia unggul mendatangkan kebahagiaan bagi semua makhluk. Kemalangan apapun adalah ‘dukkha’, (obyek) guru yang membimbing seseorang menjadi sukses, tujuan anda akan tercapai. Daya upaya (kebajikan) merupakan penunjang tercapainya semua pengharapan luhur seseorang.
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā;
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Sādhu… sādhu… sādhu.
Oleh: Bhikkhu Subharo
Minggu, 07 Juli 2024