Panca Niyama
- Puja Bakti Umum
- June 3, 2024
- 11 minutes read
PANCA NIYĀMA
SEBAGAI ALAT MEMPERKOKOH PERSATUAN
Suppabuddhaṃ pabujjhanti, sadā gotamasāvakā;
Yesaṃ divā ca ratto ca, niccaṃ buddhagatā sati.
Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar,
sepanjang siang dan malam mereka selalu merenungkan sifat-sifat mulia Sang Buddha dengan penuh kesadaran.
(Dhammapada, XIX: 296)
Setiap tahun pada purnama di bulan Waisak, umat Buddha merayakan Waisak. Tahun ini, Hari Raya Waisak 2568 BE jatuh pada Kamis, 23 Mei 2024. Kata Waisak berasal dari dua bahasa yaitu Vaisakha (Sansekerta) dan Vesakha (Pali) yang berarti nama bulan dalam kalender Buddhis.
Kalangan umat Buddha menyebut Waisak sebagai Hari Raya Trisuci Waisak, karena untuk memperingati tiga peristiwa penting, yaitu:
Kelahiran Bodhisatta (calon Buddha) Siddharta Gotama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM;
Petapa Siddharta Gotama mencapai Penerangan Sempurna di Bodh Gaya pada tahun 588 SM; dan
Wafatnya Buddha Gotama (Parinibbana) di Kusinara pada tahun 543 S.M.
Pencapaian Penerangan Sempurna, merupakan salah satu peristiwa yang diperingati pada hari Waisak. Pencapaian Buddha ini hendaknya menjadi inspirasi dan motivasi umatnya untuk senantiasa berbuat kebajikan. Perayaan Waisak, tidak hanya sekedar melaksanakan tradisi puja, tetapi lebih dari itu. Umat Buddha dapat meneladani tekad, semangat, pantang menyerah, dan sifat-sifat luhur Buddha serta senantiasa melaksanakan dhamma.
Memahami dan Melaksanakan Dhamma, Buddha mengajarkan tentang Panca Niyāma atau lima macam hukum yang bekerja di alam semesta ini, yaitu:
Utu Niyāma
Hukum tertib ‘physical inorganic’ misalnya gejala timbulnya angin dan hujan yang mencakup pula tertib silih bergantinya musim-musim danperubahan iklim yang disebabkan oleh angin, hujan, sifat-sifat panas dan sebagainya.
Bija Niyāma
Hukum tertib tumbuh-tumbuhan daripada benih dan pertumbuhan tanam-tanaman, misalnya padi berasal dari tumbuhnya benih padi, gula berasal dari batang tebu atau madu dan sebagainya.
Kamma Niyāma
Hukum tertib sebab dan akibat, misalnya perbuatan yang bermaksud bermanfaat (baik/membahagiakan) dan yang bermaksud merugikan (buruk) terhadap pihak lain, menghasilkan pula akibat baik maupun buruk.
Dhamma Niyāma
Hukum tertib terjadinya persamaan dari satu gejala yang khas, misalnya terjadinya keajaiban alam pada waktu seorang Bodhisatta hendak mengakhiri hidupnya sebagai seorang calon Buddha, pada saat la akan terlahir untuk menjadi Buddha. Hukum gaya berat (gravitasi) dan hukum alam sejenis lainnya, sebab-sebab dari pada keselarasan dan sebagainya termasuk hukum ini.
Citta Niyāma
Hukum tertib jalannya alam pikiran atau hukum alam batiniah, misalnya proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat-sifat kesadaran. kekuatan batin dan sebagainya. Telepati, kemampuan untuk mengingat hal-hal yang telah lampau, kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi dalam jangka pendek atau jauh, kemampuan membaca pikiran orang lain.
Dengan mempelajari dan memahami Panca Niyāma, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada penguasa dunia ini, tidak ada ’pencipta’ yang menciptakan alam semesta, melainkan hukum tertib kosmis yang berunsur lima. Semua adalah hasil dari sebab dan akibat yang muncul dan lenyap setiap saat.
Ajaran luhur nan mulia yang disampaikan oleh Guru Agung Buddha berkembang dan menyebar ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Dengan memahami Panca Niyāma, sebagai umat Buddha sudah sepantasnya kita harus harmonis, toleransi tinggi, memperkokoh persatuan supaya tidak terjadi perpecahan di dalam kemajemukan. Harapannya, kita selalu mengedepankan semangat kebersamaan, semangat perdamaian, tidak ada diskriminasi, selalu welas asih dan melakukan hal-hal yang baik untuk kemajuan bersama.
Referensi:
- https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/pakinnaka-vagga
- https://www.sariputta.com/dhammapada/pali/21/pakinnaka-vagga
- Abhidamma Vatara 54. Dighā Nikāya Atthakatha II.432
Oleh: Bhikkhu Khemaviro Thera
Minggu, 02 Juni 2024