Perenungan Sederhana Bagi Setiap Insani

 Perenungan Sederhana Bagi Setiap Insani

 Asubhānupassiṁ viharantaṁ, indriyesu susaṁvutaṁ,

Bhojanamhi ca mattaññuṁ, saddhaṁ āraddhavīriyaṁ,

Taṁ ve nappasahati māro, vāto selaṁ va pabbataṁ.”

“Seseorang yang hidup merenungkan hal-hal yang menjijikkan,

yang terkekang dengan baik dalam indria-indrianya.

 

Yang mengetahui takaran dalam makanan, yang memiliki keyakinan dan usaha yang keras. Mara (pengotor batin) benar-benar tidak menaklukkan orang tersebut, seperti angin tidak dapat menundukkan gunung batu.” (Dhammapada 8)

Saudara-saudari permasalahan
kehidupan sering kali datang dan berhenti silih berganti dalam kehidupan kita.
Tidak berdasar atau berpatokan pada usia, suku, ras dan juga paham keyakinan;
tentu akan menerpa setiap insan. Tentu hal ini tidaklah terjadi atas kehendak
orang lain, melainkan sebuah keteledoran dan ke-
tidakwaspadaan kita. Namun sering kali ketika kita mendapat persoalan
kehidupan, hal per-tama yang muncul terbesit di dalam pikiran adalah menyalah-kan
orang lain ataupun objek di sekitar. Pola pikir inilah yang membuat seseorang
tidak per-nah bisa maju dan berkembang.

Pada tanggal 18 April di-peringati sebagai Hari Diabetes Nasional. Pemerintah kembali menekankan dan
mengingatkan agar masyarakat juga mampu untuk sadar akan pola hidup sehat.
Konsumsi gula yang cukup memang sangat dibutuhkan oleh tubuh, namun juga perlu
disadari bahwa ada batasannya. Dengan seseorang hidup sehat, maka ia juga akan
dapat memaksimalkan kehidupannya dengan baik. Perlu disadari bahwa pengingatan
tidak mesti didapatkan dari faktor eksternal, melainkan juga perlu adanya
penekanan dari diri sen-diri.

Hal terburuk dalam ke-hidupan ini yakni sewaktu se-seorang
meratapi kondisi yang tidak baik dan juga menyesali apa yang telah terjadi.
Memang sewaktu kondisi baik, seseorang tanpa pengendalian diri akan gelap mata.
Mengetahui hal buruk akan berdampak buruk, tetapi karena tanpa pengendalian diri
tanpa ada pengekangan ter-hadap nafsu indria; maka se-seorang akan mudah
membabi buta. Selagi masih mampu dan bisa meraup banyak kebahagiaan,
maka seseorang akan terus jatuh dan terjerumus dalam jerat pen-deritaan. Di saat
seseorang mulai lelah dan sulit untuk bangkit dari keterpurukan, baru bisa me-nyadari
bahwa kenikmatan indria sesaat akan membawa pada ke-malangan di esok hari.

Beruntungnya kita terlahir sebagai umat Buddha dan
juga  mau belajar Dhamma. Guru Agung
Buddha seringkali me-nyampaikan penggalan-penggal-an kalimat ataupun kata-kata
yang berisi nasihat kepada setiap makhluk di dunia. Nasihat yang disampaikan
berisi motivasi agar setiap individu mampu mengen-taskan diri dari permasalahan
kehidupan dan terbebas dari nes-tapa. Salah satu pesan Buddha sebagai
perenungan dan peng-ingat diri kita terdapat pada Syair Dhammapada ke 8. Adapun
yang mesti direnungkan yakni:

1.     Merenungkan
hal-hal yang menjijikkan (Asubhā): sese-orang mesti sering
melaku-kan perenungan akan hal-hal yang indah sebagai yang menjijikkan, kotor,
dan tidak indah dipandang.

2.     Mampu
menjaga dan me-ngendalikan indria (Saṁ-vara):
mampu menjaga mata, telinga, hidung, lidah, dan hati kita agar tidak mudah
terbakar. Laki-laki melihat Perempuan (muncul
kilesa)
, begitu juga sebaliknya. Me-lihat makanan yang menarik, membuat
dahaga dan rasa lapar muncul. Ketika se-seorang mampu menjaga indria dengan
baik, maka ia akan terjauhkan dari jerat penderitaan.

3.     Sederhana
dalam hal makan-an: tahu makan hanya se-cukupnya saja, bukan karena nafsu
keinginan saja. Me-nyadari dan memahami bah-wa hidup butuh makanan, bukan
sekadar hidup untuk menikmati makanan. Dengan seseorang suka dalam me-nikmati
makanan, kotoran batin pun dapat mudah me-nyergapnya dan menyeret se-seorang ke
dalam ketidak-bahagiaan. 

4.     Memiliki
usaha kuat dan keyakinan: setiap orang pasti punya pengharapan, namun
tidak memiliki usaha dan juga kemampuan. Tentu dengan memiliki usaha yang
keras, kedisiplinan, pengertian yang benar, keterampilan, pe-ngetahuan, dan
keyakinan yang kuat; seseorang dapat memperoleh apa yang dicita-citakan. Namun
semua itu juga tidak bisa didapatkan dengan instan, tetapi perlu ada proses
yang panjang untuk mendapatkannya.  

Dengan seseorang me-mahami keempat hal tersebut dan
dapat mempraktikkannya dengan baik, maka ia akan men-jadi seseorang yang tangguh
kokoh kuat. Bagaikan gunung batu karang yang tidak dapat ditaklukkan oleh
angin. Begitu juga Mara (pengotor batin) tidak dapat menjatuhkannya juga me-ngalahkannya.

 

Referensi:

&Kitab Suci Dhammapada

&Paritta Suci, Yayasan Saṅgha Theravāda Indonesia

 

Oleh: Bhikkhu Jayadhiro

Minggu, 12 Januari 2025

Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya

https://www.dhammacakka.org

Related post