Perumah tangga Modern Menghadapi Doom Spending
- Puja Bakti Umum
- December 8, 2024
- 12 minutes read

Bhagavā etadavoca,“aṭṭha kho ime, gahapati, dhammā ariyassa vinaye vohārasamucchedāya saṃvattanti. Katame aṭṭha? Apāṇātipātaṃ nissāya pāṇātipāto pahātabbo; dinnādānaṃ nissāya adinnādānaṃ pahātabbaṃ; saccavācaṃ; nissāya musāvādo pahātabbo; apisuṇaṃ vācaṃ nissāya pisuṇā vācā pahātabbā; agiddhilobhaṃ nissāya giddhilobho pahātabbo; anindārosaṃ nissāya nindāroso pahātabbo; akkodhūpāyāsaṃ nissāya kodhūpāyāso pahātabbo; anatimānaṃ nissāya atimāno pahātabbo. Ime kho, gahapati, aṭṭha dhammā saṃkhittena vuttā, vitthārena avibhattā, ariyassa vinaye vohārasamucchedāya saṃvattantī’’ti.
“Perumah-tangga, terdapat delapan hal ini dalam Disiplin Yang-Mulia yang menuntun menuju terpotongnya urusan-urusan. Apakah delapan ini? Dengan dukungan perbuatan tidak membunuh makhluk-makhluk hidup, maka pembunuhan makhluk-makhluk hidup ditinggalkan. Dengan dukungan perbuatan mengambil hanya apa yang diberikan, maka perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan ditinggalkan. Dengan dukungan ucapan jujur, maka kebohongan ditinggalkan. Dengan dukungan ucapan tidak memfitnah, maka ucapan fitnah ditinggalkan. Dengan dukungan tanpa merampas dan tanpa keserakahan, maka merampas dan keserakahan ditinggalkan. Dengan dukungan tanpa cacian dan tanpa kedengkian, maka cacian dan kedengkian ditinggalkan. Dengan dukungan tanpa kemarahan dan tanpa kejengkelan, maka kemarahan dan kejengkelan ditinggalkan. Dengan dukungan tanpa kesombongan, maka kesombongan ditinggalkan. Ini adalah delapan hal, yang disebutkan secara ringkas tanpa dijelaskan secara terperinci, yang menuntun menuju terpotongnya urusan-urusan
dalam Disiplin Yang-Mulia.” (MN:54, Pottaliya Sutta)
Doom spending merupakan istilah yang merujuk pada perilaku belanja yang cenderung impulsif (melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang). Fenomena ini tengah terjadi di masyarakat secara global. Dilansir laman Psychology Today, survei menemukan bahwa pengeluaran untuk membeli barang-barang yang tidak berguna lebih umum terjadi, di mereka yang mungkin tidak menghasilkan uang selama bertahun-tahun (mereka yang keuangannya belum memadai). Dilaporkan bahwa doom spending ini 43% lebih umum terjadi di kalangan generasi milenial dan 35% pada Gen Z.
Pengertian Doom Spending
Doom spending adalah istilah untuk pengeluaran di atas atau di luar tarif normal seseorang meskipun ada kekhawatiran dalam ekonomi. Sederhananya, doom spending merupakan fenomena pengeluaran uang yang sia-sia. Istilah “doom spending” pertama kali muncul di media sosial. Hal ini menjadi perbincangan setelah survei yang dilakukan oleh Intuit Credit Karma, yang mengaitkan istilah itu dengan serangkaian statistik baru mengenai kebiasaan belanja masyarakat Amerika. Hasil survei terbaru pada November 2024 oleh Intuit Credit Karma, menyebut bahwa hampir semua orang Amerika, yakni 96% responden khawatir tentang keadaan ekonomi saat ini. Alasan utama mengapa orang Amerika sangat stres terkait masalah keuangan saat ini meliputi: inflasi (56%), kenaikan biaya hidup (50%), serta harga perumahan yang tidak murah (23%).
Hasilnya, 30% responden mengaku takut akan masa depan. Mereka khawatir tidak mampu menghabiskan uang untuk hal-hal yang membuat mereka bahagia. Hal inilah yang mungkin justru menjadi pemicu peningkatan pengeluarannya saat ini. Lebih dari seperempatnya melakukan doom spending atau menghabiskan uang meskipun ada kekhawatiran ekonomi dan geopolitik. Alasan utama mengapa orang Amerika sangat stres terkait masalah keuangan saat ini meliputi, inflasi (56%), kenaikan biaya hidup (50%), serta harga perumahan yang tidak murah (23%). Hasilnya, 30% responden mengaku takut akan masa depan.
Mereka khawatir tidak mampu menghabiskan uang untuk hal-hal yang membuat mereka bahagia. Hal inilah yang mungkin menjadi pemicu peningkatan pengeluarannya saat ini. Lebih dari seperempatnya melakukan doom spending atau menghabiskan uang meskipun ada kekhawatiran ekonomi dan geopolitik. “Sama seperti prediksi masa depan, kami melihat orang berbelanja tanpa berpikir untuk meredakan kekhawatiran tentang ekonomi dan urusan luar negeri, yang dapat berdampak buruk pada kesejahteraan finansial mereka,” ungkap Courtney Alev, advokat keuangan konsumen Credit Karma, dikutip dari laman CNBC Internasional pada (04/10/ 2024).
Doom Spending Pada Gen Z
Menurut Intuit Prosperity Index Study pada Januari 2023, alih-alih memangkas pengeluaran, 73% Gen Z justru mengatakan mereka lebih suka hidup di masa sekarang. Inilah yang membuat doom spending gen Z menjadi topik perhatian saat ini. Inflasi yang tinggi juga membuat situasi ini menjadi sangat sulit bagi mereka yang baru memulai. Bahkan, hasil survei terpisah dari Bank of America mengungkap bahwa 53% Gen Z mengatakan bahwa meningkatnya biaya hidup adalah hambatan bagi keberhasilan finansial mereka. Doom spending dilakukan oleh kumpulan orang yang merasa bahwa tujuan keuangan mereka tidak bisa dicapai, jadi tidak ada gunanya menabung. Teori orang-orang ini adalah menjalani hidup yang sekarang, karena perubahan yang terjadi pada masa depan yang sejahtera itu suram.
Aspek Perumahtangga Modern
“Perumah-tangga, engkau memiliki aspek-aspek, ciri-ciri, dan tanda-tanda seorang perumah tangga. “Walaupun demikian, Guru Gotama, aku telah meninggalkan semua pekerjaanku dan memotong semua urusanku.“Dengan cara bagaimanakah, perumah-tangga, engkau telah meninggalkan semua pekerjaanmu dan memotong semua urusanmu?”
“Guru Gotama, aku telah menyerahkan seluruh kekayaan, hasil panen, perak dan emas kepada anak-anakku sebagai warisan mereka. Aku tidak menasihati atau menyalahkan mereka sehubungan dengan hal-hal tersebut melainkan hanya sekadar hidup dari makanan dan pakaian. Demikianlah bagaimana aku telah meninggalkan semua pekerjaanku dan memotong semua urusanku.”
“Perumah-tangga, memotong urusan seperti yang engkau gambarkan adalah satu hal, tetapi dalam Disiplin Yang-Mulia, memotong urusan adalah berbeda.”
“Apakah memotong urusan seperti dalam Disiplin Yang-Mulia, Yang Mulia? Baik sekali, Yang Mulia, jika Sang Bhagavā sudi mengajarkan Dhamma kepadaku, menunjukkan bagaimana memotong urusan seperti dalam Disiplin Yang-Mulia.”
“Maka dengarkanlah, perumah-tangga, dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan.“Baik, Yang Mulia,” Potaliya si perumah-tangga menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
“Perumah-tangga, terdapat delapan hal ini dalam Disiplin Yang-Mulia yang menuntun menuju terpotongnya urusan-urusan. Apakah delapan ini? Dengan dukungan perbuatan tidak membunuh makhluk-makhluk hidup, maka pembunuhan makhluk-makhluk hidup ditinggalkan. Dengan dukungan perbuatan mengambil hanya apa yang diberikan, maka perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan ditinggalkan. Dengan dukungan ucapan jujur, maka kebohongan ditinggalkan. Dengan dukungan ucapan tidak memfitnah, maka ucapan fitnah ditinggalkan. Dengan dukungan tanpa merampas dan tanpa keserakahan, maka merampas dan keserakahan ditinggalkan. Dengan dukungan tanpa cacian dan tanpa kedengkian, maka cacian dan kedengkian ditinggalkan. Dengan dukungan tanpa kemarahan dan tanpa kejengkelan, maka kemarahan dan kejengkelan ditinggalkan. Dengan dukungan tanpa kesombongan, maka kesombongan ditinggalkan. Ini adalah delapan hal, yang disebutkan secara ringkas tanpa dijelaskan secara terperinci, yang menuntun menuju terpotongnya urusan-urusan dalam Disiplin Yang-Mulia.”
“Yang Mulia, baik sekali jika, demi belas kasih, Bhagavā sudi menjelaskan kepadaku secara terperinci mengenai kedelapan hal ini yang menuntun menuju terpotongnya urusan-urusan dalam Disiplin Yang-Mulia, yang telah disebutkan secara ringkas tanpa dijelaskan secara terperinci.”
“Maka dengarkanlah, perumah-tangga, dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan.”
“Baik, Yang Mulia,” Potaliya si perumah-tangga menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
“‘Dengan dukungan perbuatan tidak membunuh makhluk-makhluk hidup, maka pembunuhan makhluk-makhluk hidup ditinggalkan.’ Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Di sini seorang siswa mulia merenungkan sebagai berikut: ‘Aku melatih jalan untuk meninggalkan dan memotong belenggu-belenggu itu yang karenanya aku mungkin membunuh makhluk-makhluk itu. Jika aku membunuh makhluk-makhluk hidup, maka aku akan menyalahkan diri sendiri karena melakukan itu; para bijaksana, setelah menyelidiki, akan mencelaku karena melakukan hal itu; dan ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, karena membunuh makhluk-makhluk hidup maka alam tujuan yang tidak bahagia akan dapat diharapkan. Tetapi perbuatan membunuh makhluk-makhluk itu sendiri adalah belenggu dan rintangan. Dan sementara noda-noda, kekesalan, dan demam dapat muncul melalui perbuatan membunuh makhluk-makhluk hidup, sebaliknya tidak ada noda-noda, kekesalan, dan demam bagi seseorang yang menghindari perbuatan membunuh makhluk-makhluk hidup.’ Demikianlah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: ’Dengan dukungan perbuatan tidak membunuh makhluk hidup, maka pembunuhan makhluk hidup ditinggalkan.’
’Dengan dukungan perbuatan mengambil hanya apa yang diberikan, maka perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan ditinggalkan.’ Demikianlah dikatakan.
’Dengan dukungan ucapan jujur, maka kebohongan ditinggalkan.’ Demikianlah dikatakan.
’Dengan dukungan ucapan tidak memfitnah, maka ucapan fitnah ditinggalkan.’ Demikianlah dikatakan.
’Dengan dukungan tanpa merampas dan tanpa keserakahan, maka merampas dan keserakahan ditinggalkan.
’Dengan dukungan tanpa cacian dan tanpa kedengkian, maka cacian dan kedengkian ditinggalkan.’ Demikianlah dikatakan.
’Dengan dukungan tanpa kemarahan dan tanpa kejengkelan, maka kemarahan dan kejengkelan ditinggalkan.
’Dengan dukungan tanpa kesombongan, maka kesombongan ditinggalkan.’ Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan?
Di sini seorang siswa mulia merenungkan sebagai berikut: ‘Aku melatih jalan untuk meninggalkan dan memotong belenggu-belenggu itu yang karenanya aku mungkin menjadi sombong. Jika aku menjadi sombong, maka aku akan menyalahkan diri sendiri karena melakukan itu; para bijaksana, setelah menyelidiki, akan mencelaku karena melakukan hal itu; dan ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, karena menjadi sombong maka alam tujuan yang tidak bahagia akan dapat diharapkan. Tetapi kesombongan itu sendiri adalah belenggu dan rintangan. Dan sementara noda-noda, kekesalan, dan demam dapat muncul melalui kesombongan, sebaliknya tidak ada noda-noda, kekesalan, dan demam bagi seseorang yang menghindari kesombongan.’ Demikianlah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: ‘Dengan dukungan tanpa kesombongan, maka kesombongan ditinggalkan.’
Delapan hal ini yang menuntun menuju terpotongnya urusan-urusan dalam Disiplin Yang-Mulia telah dijelaskan secara terperinci.
Oleh Bhikkhu Gunaseno Thera
Minggu, 08 Desember 2024