Sebab dan Kondisi Makhluk Terlahir di Alam Penderitaan

 Sebab dan Kondisi Makhluk Terlahir di Alam Penderitaan

Akkodhena jine kodhaṃ, asādhuṃ sādhunā jine.

Jine kadariyaṃ dānena, saccenālikavādinaṃ’ti.

Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan. Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati, dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran. 

(Dhammapada XVII. Khoda Vagga, 223)

Kelahiran sebagai manusia me-rupakan suatu keberuntungan yang hendaknya disyukuri oleh se-seorang, mengingat begitu sulitnya terlahir sebagai manusia. Dalam kitab suci Dhammapada XIV Buddha Vagga, 182 menyebutkan “Kiccho manussapaṭilābho, kicchaṃ maccāna jīvitam” yang artinya “Sungguh sulit untuk dapat dilahir-kan sebagai manusia, sunguh sulit kehidupan manusia. Tentu syair ini menjadi renungan bagi seseorang untuk bisa memanfaatkan ke-hidupan saat ini untuk melakukan kebajikan sehingga bisa mengakhiri kehidupan yang penuh dengan penderitaan ini.  Kehidupan saat ini bukanlah yang pertama dan ter-akhir, melainkan sudah banyak ke-lahiran dan kematian yang dialami oleh suatu makhluk dalam hal ini manusia yang tidak terhitung jumlahnya. Karena banyaknya ke-lahiran dan kematian maka sudah banyak juga perbuatan-perbuatan baik dan buruk yang telah di-lakukan. 

Seseorang yang masih ter-halangi oleh kebodohan batin (moha) dan terbelenggu oleh nafsu keinginan (tanha) dan masih terus menerus melakukan perbuatan, maka selama itu pula siklus saṃ-sara akan terus berlangsung ber-ulang-ulang. Bahkan pada saat alam semesta ini hancur, per-jalanan juga akan terus ber-langsung. Karena suatu makhluk terus mengalami kelahiran dan ke-matian serta banyaknya perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan dalam hal ini perbuatan buruk tidak sedikit yang terlahir di alam pen-deritaan seperti alam neraka, hantu, binatang dan asura. Mereka yang terlahri di alam 4 penderitaan ini sama sekali tidak merasakan kebahagiaan sedikitpun. 

Salah satu sutta yang men-jelaskan tentang sebab suatu makhluk bisa terlahir di dalam pen-deritaan dapat ditemukan dalam Saleyyaka Sutta, Majjhima Nikaya. Dalam sutta tersebut Buddha men-jelaskan tentang alasan dan sebab mengapa sebagian makhluk setelah hancurnya jasmani mengalami ke-lahiran kembali dalam keadaan celaka (apaya), di suatu tempat kelahiran menyedihkan (dugati), dalam kesengsaraan (vinipata), bahkan di neraka (niraya). Dalam sutta ini, Buddha menjelaskan ke-pada seorang Brahmana Sala yang merupakan perumah tangga, bahwa terdapat tiga macam per-buatan jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamma, terdapat empat macam perbuatan ucapan yang tidak sesuai dengan Dhamma dan terdapat tiga macam perbuatan mental yang tidak sesuai dengan Dhamma. 

  1. Tiga macam perbuatan jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamma, yaitu:

  • Membunuh makhluk hidup, ia bersifat pembunuh, me-miliki tangan berlumuran darah, suka memukul dan melakukan kekerasan, serta tidak mengenal belas kasih-an kepada semua makhluk hidup. 

  • Mencuri dan menipu, ia mengambil ternak dan harta milik orang lain di desa atau di hutan seperti pencuri;

  • Melakukan seksual yang tidak pantas, ia menyerah pada perbuatan keliru dalam keinginan seksual; ia berzina dengan wanita-wanita, se-perti yang dilindungi oleh ibu, ayah (ibu dan ayah), saudara lelaki, saudara pe-rempuan, sanak keluarga, wanita bersuami. 

  1. Terdapat empat macam per-buatan ucapan yang tidak sesuai dengan Dhamma, yaitu:

  • Berbohong, ia berbohong kepada keluarganya, ber-bohong kepada suami atau istrinya, berbohong kepada anak-anaknya atau orang tuanya dan berbohong kepada orang lain

  • Ucapan yang menimbulkan rasa marah dan permusuhan

  • Kata-kata kasar, ia berbicara dengan mengucapkan kalimat kasar, menyakiti orang lain.

  • Berbicara hal yang tidak ber-guna dan tidak bertujuan, berbicara yang bukan Dham-ma, berbicara yang bukan pada waktunya, dan ber-bicara yang tidak memiliki hubungan dengan kebajikan

  1. Terdapat tiga macam perbuat-an mental yang tidak sesuai dengan Dhamma, yaitu:

  • Lobha, serakah atau ke-tamakan terhadap harta milik orang lain.

  • Byapada, pikiran yang penuh dengan kebencian, ingin me-nyakiti orang lain, ia memiliki batin beritikad jahat, dengan kehendak batin yang di-pengaruhi oleh kebencian.

  • Micchaditthi, pengertian keliru yang tidak sesuai dengan Dhamma, memiliki pandangan salah, pandang-an keliru, pandangan yang menyimpang, pandangan yang menyesatkan.

Menyadari dan mengetahui bahwa ada perbuatan-perbuatan buruk yang suatu saat bisa saja di-lakukan oleh seseorang baik me-lalui perbuatan jasmani, perbuatan ucapan dan perbuatan buruk dengan pikiran, maka bisa me-ngondisikan dengan kehancuran jasmani, setelah mati, muncul kembali dalam keadaan celaka, di suatu tempat kelahiran menyedih-kan, dalam kesengsaraan, bahkan di neraka. Oleh karena itu, ke-hidupan kita saat ini sebagai manusia dengan kondisi sehat secara batin dan fisik, gunakan dengan sebaik mungkin untuk terus melakukan kebajikan. Dengan melakukan banyaknya kebajikan, seperti dāna, menjaga sīla dan mengembangkan sāmadhi suatu saat nanti akan membantu untuk keluar dari alam saṃsara ini dan akan mencapai Nibbāna.

Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya

https://www.dhammacakka.org

Related post