Kualitas yang Dimiliki oleh Orang Bermata Dua
- Puja Bakti Umum
 - June 1, 2025
 - 16 minutes read
 
			
    
Idha modati pecca modati, katapuñño ubhayattha modati.
So modati so pamodati, disvā kammavisuddhimattano’ti.
Di dunia ini ia bergembira, di dunia sana ia bergembira; pelaku kebajikan bergembira di kedua dunia itu. Ia bergembira dan bersuka cita karena melihat perbuatannya sendiri yang bersih.
(Dhammapada, Yamaka Vaga, 16)
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menemui berbagai karakter manusia ada yang baik hati, sabar, dan penuh welas asih, tetapi ada juga yang mudah marah, egois, atau bahkan merugikan orang lain. Guru Agung Buddha mengajarkan bahwa kualitas seseorang tidak diukur dari kasta, kekayaan, jabatan, atau kecerdasan semata, melainkan dari budi luhur atau nilai-nilai luhur yang tercermin dalam pikiran, ucapan, dan perbuatannya. Seorang yang berbudi luhur adalah mereka yang hidup dengan penuh kesadaran, mengembangkan cinta kasih (metta), belas kasihan (karuna), kebijaksanaan (pañña), dan integritas moral (sīla). Dalam dunia yang penuh dengan persaingan dan konflik, nilai-nilai luhur ini justru menjadi penuntun untuk menciptakan kedamaian, baik dalam diri sendiri maupun masyarakat.
Dalam Andhasutta (AN 3.29) Sang Buddha memberikan tiga perumpamaan jenis orang yang terdapat di dunia ini. “Para bhikkhu, ada tiga jenis orang ini terdapat di dunia ini. Apakah tiga ini? Orang buta, orang bermata satu, dan orang bermata dua. (1) “Dan apakah, para bhikkhu, orang buta? Di sini, seseorang tidak memiliki jenis mata yang dengannya ia dapat memperoleh kekayaan yang belum diperoleh atau meningkatkan kekayaan yang telah diperoleh, dan ia juga tidak memiliki jenis mata yang dengannya ia dapat mengetahui kualitas-kualitas yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, kualitas-kualitas tercela dan tanpa cela, kualitas-kualitas hina dan mulia, kualitas-kualitas gelap dan terang dengan padanannya. Ini disebut orang buta. (2) “Dan apakah orang bermata satu? Di sini, seseorang memiliki jenis mata yang dengannya ia dapat memperoleh kekayaan yang belum diperoleh atau meningkatkan kekayaan yang telah diperoleh, tetapi ia tidak memiliki jenis mata yang dengannya ia dapat mengetahui kualitas-kualitas yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, kualitas-kualitas tercela dan tanpa cela, kualitas-kualitas hina dan mulia, kualitas-kualitas gelap dan terang dengan padanannya. Ini disebut orang bermata satu. (3) “Dan apakah orang bermata dua? Di sini, seseorang memiliki jenis mata yang dengannya ia dapat memperoleh kekayaan yang belum diper oleh atau meningkatkan kekayaan yang telah diperoleh, dan ia juga memiliki jenis mata yang dengannya ia dapat mengetahui kualitas-kualitas yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, kualitas-kualitas tercela dan tanpa cela, kualitas-kualitas hina dan mulia, kualitas-kualitas gelap dan terang dengan padanannya. Ini disebut orang bermata dua.
Adapun kualitas-kualitas luhur atau nilai-nilai luhur yang dimiliki orang yang bermata dua yang memiliki manfaat yang baik bagi siapapun yang mempraktikkan, mengimplementasikan, mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yakni:
Kualitas pertama adalah saddhā. Jadi orang yang berbudi yang seperti perumpamaan orang yang bermata dua yang dikatakan sebagai jenis orang yang terbaik pasti mempunyai keyakinan. Yakni memiliki keyakinan terhadap Buddha, Dhamma, Saṅgha, Karma, dan buahnya. Dengan keyakinan, seseorang akan mampu menuntun dirinya menjadi orang yang lebih baik, orang mulia. Dengan keyakinan, seseorang menjadi percaya diri, tidak ragu-ragu, dan tanpa ada rasa takut. Keyakinan (saddhā) itu diibaratkan seperti sahabat yang baik. Jadi kalau kita memiliki keyakinan (saddhā), berarti kita memiliki sahabat yang baik. Seandainya pada suatu kesempatan kita ingin pergi berlibur ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi, sama sekali belum pernah mengunjungi tempat tersebut. Ketika kita bertemu dengan sahabat yang baik yang ternyata adalah penduduk lokal di sana, maka dia akan membantu kita untuk mencapai tempat yang ingin kita kunjungi. Sehingga perjalanan kita untuk menempuh tempat tujuan akan menjadi nyaman dan mudah. Demikianlah keyakinan (saddhā). Keyakinan itu seperti sahabat yang baik, karena kalau kita memiliki keyakinan (saddhā), keyakinan akan membawa kita ke tempat tujuan yang baik. Yaitu kelahiran sebagai manusia yang bahagia atau kelahiran sebagai dewa. Inilah kualitas yang dimiliki orang yang bermata dua yang dikatakan sebagai jenis orang terbaik.
Kemudian kualitas yang kedua yakni sīla. Kualitas luhur yang dimiliki orang jenis yang ketiga (yang bermata dua) yakni memiliki kualitas tata kebiasaan, kemoralan atau sīla yang bagus. Perilaku jasmaninya terkendali, perilaku ucapannya terkendali. Apabila seseorang mempraktikkan moralitas dalam kehidupan sehari-hari dengan baik, tidak cacat atau tidak bolong-bolong sehingga berhasil mempraktikkan sīla dengan sempurna, maka ada lima kualitas yang bisa diperoleh dari praktik sīla ini yakni:
Seseorang akan mendapatkan kekayaan dengan cara yang mudah dan berlimpah dari praktik sila.
Popularitas, ketenaran, dan nama baik seseorang yang praktik sila akan tersebar.
Seseorang akan bisa masuk ke dalam lingkungan mana pun, ke perkumpulan mana pun dengan percaya diri tanpa ada rasa rendah diri.
Ketika hendak meninggal dunia, tanda-tanda baik akan muncul dalam ingatannya sesaat sebelum kematian dan dengan demikian;
Akan terlahir di alam yang baik.
Inilah lima manfaat dari mempraktikkan sīla. Sīla yang bersih tanpa cacat juga akan menjadi fondasi seseorang dalam praktik meditasi. Inilah kualitas yang dimiliki oleh orang yang berbudi luhur yang diperumpamakan orang bermata dua yang menjadi jenis orang terbaik.
Kualitas yang ketiga adalah hiri dan ottappa. Jenis orang yang bermata dua yang dikatakan sebagai jenis orang yang terbaik tentu memiliki kualitas ini, yakni hiri dan ottappa. Hiri adalah rasa malu yang berasal dari dalam diri sendiri, sebuah kesadaran moral yang membuat seseorang merasa jijik dan enggan untuk melakukan kejahatan. Ini adalah rasa malu yang timbul karena harga diri, karena menghargai diri sendiri sebagai makhluk yang lebih tinggi dan tidak ingin merendahkan diri dengan perbuatan buruk. Ottappa adalah rasa takut akan konsekuensi dari perbuatan jahat, baik itu konsekuensi di dunia ini (seperti celaan dari orang lain, hukuman sosial, atau penderitaan pribadi) maupun konsekuensi di kehidupan mendatang (hasil karma buruk). Ini adalah rasa takut yang realistis terhadap dampak negatif dari tindakan yang tidak benar. Kualitas batin, yakni hiri dan ottappa, ini harus ditumbuhkan dalam setiap individu supaya bisa terbebas dari kejahatan-kejahatan. Hiri dan ottappa ini disebut juga sebagai lokapāla (penjaga dunia), karena kalau kita semua memiliki kualitas batin ini, tentu hidup akan menjadi harmoni, damai, dan bahagia. Kebahagiaan yang muncul karena memiliki kualitas hiri dan ottappa yang berkembang dalam batin tentu akan membawa dampak bagi diri kita, keluarga, teman-teman, bahkan masyarakat luas.
Kualitas yang keempat adalah cāga atau kemurahan hati. Orang yang bermata dua tentu memiliki kualitas batin yang namanya cāga atau kemurahan hati. Seseorang yang memiliki kualitas ini sangat bergembira dalam berbagi dan mau menolong orang yang membutuhkan. Kualitas ini sangat penting dalam kehidupan; dengan menumbuhkan nilai luhur ini, akan membawa manfaat seperti:
Mengikis keserakahan: Cāga secara langsung berlawanan dengan keserakahan. Dengan melatih kemurahan hati, seseorang secara bertahap mengurangi cengkeraman keinginan dan kemelekatan yang menyebabkan penderitaan.
Membangun kebahagiaan: Memberi dengan tulus membawa kebahagiaan dan kepuasan batin. Ini menciptakan atmosfer positif baik bagi pemberi maupun penerima.
Menciptakan karma baik: Tindakan memberi yang tulus dan tanpa pamrih akan menghasilkan karma baik yang akan membuahkan hasil positif di masa depan.
Mendukung pencapaian Nibbāna: Pada tingkat tertinggi, cāga adalah bagian integral dari praktik yang mengarah pada pembebasan dari siklus kelahiran kembali dan pencapaian Nibbāna, yaitu dengan melepaskan semua kemelekatan.
Kualitas yang kelima yang dimiliki oleh orang yang bermata dua yang dikatakan jenis orang terbaik adalah pañña. Pañña adalah kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang dimaksud di sini adalah kebijaksanaan yang mengetahui apa yang dilakukan, yang diucapkan, dan yang dipikirkan, apakah ini sebab penderitaan atau bukan. Atau sebaliknya, apa yang dilakukan, yang diucapkan, dan yang dipikirkan apakah ini sebab kebahagiaan atau bukan. Inilah kebijaksanaan. Seseorang yang memiliki kualitas kebijaksanaan ia mengetahui perbuatan-perbuatan yang akan menghasilkan penderitaan atau kebahagiaan. Maka seseorang yang menuntun atau melatih dirinya menjadi bijaksana melalui belajar dan praktik Dhamma ia akan senantiasa mengarahkan perbuatan jasmani, ucapan, dan pikirannya pada hal-hal yang mendatangkan kebahagiaan.
Orang “bermata dua” dianggap yang terbaik karena memiliki lima kualitas luhur esensial: saddhā (keyakinan) yang menuntun pada kebaikan; sīla (moralitas) yang membawa kekayaan, nama baik, rasa percaya diri, kematian yang damai, dan kelahiran yang baik; hiri dan ottappa (rasa malu dan takut akan dosa) yang menjaga individu dari kejahatan dan menciptakan harmoni; cāga (kemurahan hati) yang mengikis keserakahan, membawa kebahagiaan, menciptakan karma baik, dan mendukung pembebasan; serta pañña (kebijaksanaan) yang memungkinkan seseorang membedakan tindakan yang membawa penderitaan atau kebahagiaan. Kelima kualitas ini saling berkaitan dan membentuk fondasi bagi kehidupan yang damai, harmonis, dan bermakna, baik bagi individu maupun masyarakat secara luas. Dengan mempraktikkan nilai-nilai luhur ini, kita dapat mencapai kebahagiaan sejati dan berkontribusi pada kedamaian di dunia.
Oleh Bhikkhu Nipako
Minggu, 01 Juni 2025
                


