Yang Tidak Miskin
- Puja Bakti Umum
- October 26, 2025
- 10 minutes read
Saṅghe pasādo yassatthi, Ujubhūtañca dassanaṃ
Adaliddoti taṃ āhu, Amoghantassa jīvitaṃ’ti
Ia yang salut pada Saṅgha, dan memiliki pandangan benar, para bijaksanawan mengatakan: ‘Yang Tidak Miskin’. Hidupnya penuh manfaat.
(Ariyadhana Gāthā)
Setelah para bhikkhu Saṅgha menjalankan masa vassa selama tiga bulan penuh di musim hujan (Vassanotu), tibalah saatnya untuk memasuki masa Kaṭhina. Masa Kaṭhina menjadi momentum yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua umat Buddha di dunia, khususnya di Indonesia. Oleh karena kesempatan yang sangat baik bagi umat untuk melakukan kebajikan, menyokong kehidupan Saṅgha dalam rangka Saṅghadana di masa Kaṭhina. Umat Buddha mempersembahkan empat kebutuhan pokok bagi para bhikkhu Saṅgha, yaitu jubah, makanan, tempat tinggal dan obat-obatan. Kebajikan yang dilakukan, terutama menyokong kehidupan para bhikkhu Saṅgha merupakan kebajikan yang tidak kecil. Hal ini karena, dengan menyokong kehidupan Saṅgha, juga menyokong untuk lestarinya ajaran Buddha.
Buddha mengatakan, perbuatan menyokong kehidupan Saṅgha dikatakan sebagai “Tumhehi puñnaṃ pasutaṃ anappakanti” yaitu “Perbuatan yang tidak sedikit telah Anda upayakan. Terlebih, ketika kebajikan seperti berdana dalam menyokong kehidupan para bhikkhu Saṅgha dan pabbajita ketika didasari oleh keyakinan akan memberikan manfaat yang sangat besar sekali. Dalam kutipan di atas, dikatakan ketika seseorang memiliki kesalutan pada Saṅgha, memiliki pandangan yang benar, maka para bijaksanawan mengatakan Orang Yang Tidak Miskin, hidupnya penuh manfaat. Sebab, ia tidak hanya memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, namun juga memberikan manfaat untuk semua makhluk.
Dalam Nidhikaṅda Sutta, dijelaskan ketika seseorang melakukan kebajikan seperti berdana, bertata susila dan penahanan diri dari hal-hal yang buruk memberikan banyak manfaat. Dari manfaat yang paling dasar sampai yang tertinggi, dari manfaat secara duniawi sampai manfaat secara spiritual. Seperti paras yang indah, suara yang merdu, perawakan yang menawan, rupa yang elok, kekuasaan dan pengikut itu adalah sebagai manfaat yang paling dasar. Tetapi, kemudian seseorang mempraktikkan kebajikan seperti berdana tidak hanya mendapatkan manfaat yang dasariah dan yang bersifat duniawi, juga bisa mendapatkan manfaat spiritual yaitu bisa mencapai tingkat-tingkatan kesucian seperti Sotapanna bahkan sampai pada pencapaian Sammasambuddha, itu semua disebabkan oleh salah satunya karena praktik berdana.
Harta karun berupa kebajikan karena berdana juga dikatakan sebagai harta karun bukan barang umum milik orang lain dan tidak bisa dirampas oleh perampok. Di dalam Dhamma, harta karun atau kekayaan dibagi menjadi lima bagian, yaitu: 1) kekayaan yang tidak bisa dipindahkan, seperti tanah dan rumah, 2) kekayaan yang bisa dikumpulkan, seperti emas, uang, berlian atau barang lainya yang memiliki nilai tinggi, 3) kekayaan yang berkaki, yaitu kekayaan karena memiliki hewan ternak, seperti sapi, kuda, domba dan lainnya, 4) kekayaan yang berupa skil, keterampilan dan kemampuan, dan 5) kekayaan yang mengikuti yaitu kekayaan kebajikan yang nantinya akan mengikuti setelah seseorang meninggal dunia.
Empat jenis kekayaan yang pertama sangat penting untuk dimiliki oleh seorang perumah tangga dan hanya bisa memberikan manfaat bagi kehidupan yang saat ini. Oleh karena itu, seseorang harus memiliki kekayaan yang nantinya bisa mengikutinya bahkan setelah kematian, yaitu menggunakan keempat jenis kekayaan tersebut untuk menjadi kekayaan kebajikan. Sehingga, kekayaan dalam bentuk kebajikan ini tidak dapat bergeser dari tempatnya, tidak terlupakan dari ingatannya, naga tidak memindahkannya, yakkha tidak mengambilnya, dan kekayaan kebajikan tidak bisa dirampas oleh perampok bahkan oleh ahli waris yang durhaka. Kekayaan kebajikan ini akan terus mengikutinya bahkan setelah kematiannya.
Buddha mengtakan, berdana kepada Saṅgha, kepada seorang pabbajita dengan memberikan empat kebutuhan pokoknya adalah salah satu perbuatan yang layak, perbuatan yang pantas untuk dilakukan bahkan disebut sebagai praktik benar umat awam (Gihisāmīci Sutta, AN.4:60). Perbuatan yang layak dan yang pantas untuk dilakukan ini berangkat dari keinginan-keinginan, terutama oleh perumah tangga. Setiap perumah tangga, pada umumnya memiliki empat jenis keinginan. Hal ini, dijelaskan oleh Buddha kepada perumah tangga Anāthapindika yaitu: 1) menginginkan semoga kekayaan mendatangiku dengan cara yang benar, 2) menginginkan kemasyhuran, 3) menginginkan usia panjang dan 4) menginginkan dengan hancurnya jasmani, setelah kematian ingin terlahir di alam surga (Pattakamma Sutta, AN.4:61).
Keempat jenis keinginan di atas boleh saja diinginkan oleh perumah tangga, tetapi harus dengan cara yang benar, yang sesuai dengan Dhamma. Buddha mengatakan, ada empat hal yang mesti dimiliki dan dilakukan untuk memperoleh keempat jenis keinginan tersebut, yaitu: 1) memiliki keyakinan (saddha), 2) memiliki kemoralan (sīla), 3) memiliki kemurahan hati (cāga), dan 4) memiliki kebijaksanaan (pañña). Inilah empat hal yang harus dimiliki oleh seseorang untuk bisa mendapatkan empat jenis keinginan di atas, terutama adalah kekayaan. Dan ketika seseorang memiliki kekayaan, maka harus ada lima hal yang mesti diupayakan, yaitu, 1) membahagiakan dirinya sendiri dan orang-orang terdekatnya, 2) bisa merawat orang tuanya di kala mereka sudah tidak bisa bekerja, 3) bisa menjamu sanak keluarga atau tamu yang datang ke rumahnya, 4) bisa melakukan lima jenis sesajian (pañcabali), dan 5) bisa berdana kepada petapa dan brahmana.
Menyokong saṅgha dengan keyakinan memberikan manfaat yang tidak sedikit dan orang demikian dikatakan sebagai Yang Tidak Miskin, hidupnya penuh dengan manfaat. Menyokong Saṅgka juga menyokong bertahannya ajaran Buddha, menyokong lestarinya ajaran Buddha juga menyokong bagi banyaknya manfaat yang diperoleh oleh banyak orang. Oleh sebab itu, berbahagialah Anda yang melakukan kebajikan hari ini dan melakukan kebajikan pada momen Saṅghadana di masa Kaṭhina. Mari perhiasi diri sendiri dengan kebajikan yang nantinya bisa mengikuti bahkan setelah kematian.
Oleh Bhikkhu Abhayavāso
Minggu, 26 Oktober 2026



