Membalas Budi Baik Orang Tua
- Puja Bakti Umum
- May 18, 2025
- 12 minutes read
“Brahmāti mātāpitaro, pubbācariyāti vuccare.
Āhuneyyā ca puttānāṃ, pajāya anukampakā”
“Ibu dan Ayah adalah brahma bagi anak-anaknya, orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya, orang tua adalah orang yang pantas menerima persembahan dan terhormat bagi anak-anaknya, orang tua adalah orang yang mempunyai
kasih sayang kepada anak keturunannya”
Orang tua memiliki peranan yang sangat besar dalam menjaga dan merawat anak-anaknya. Bahkan, kehidupan sebagai manusia khususnya sebagai anak, tidak terlepas dari perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh orang tua. Bagaimana orang tua khususnya seorang ibu mengandung, melahirkan, merawat, menjaga, membesarkan, memberikan pendidikan dan lainnya itu adalah bentuk dari perjuangan dan pengorbanan orang tua. Oleh karena banyaknya perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh orang tua, maka sebagai anak bagaimana harus bisa mengetahui dan membalas jasa baik orang tuanya.
Dalam Samacitta Vagga, Aṅguttara Nikāya,2:33, menjelaskan tentang dua individu yang tidak dapat dengan mudah untuk dibalas jasa mereka, yaitu ayah dan ibu. Dalam sutta ini mengatakan bahwa:
“Bahkan jika seseorang menggendong ibunya di satu bahunya dan ayahnya di bahu lainnya, dan selagi ia melakukan demikian ia memiliki umur kehidupan selama seratus tahun, dan hidup selama seratus tahun; dan jika ia melayani mereka dengan cara meminyaki mereka dengan balsam, dengan cara memijat mereka, memandikan mereka, dan menggosok bagian-bagian tubuh mereka, dan mereka bahkan membuang kotoran dan air kencing mereka di sana, ia masih tetap belum cukup melakukan untuk kedua orangtuanya, juga belum membalas mereka. Bahkan jika ia mengangkat orangtuanya menjadi raja tertinggi dan penguasa di seluruh penjuru bumi ini yang berlimpah dengan tujuh pusaka, ia tetap masih belum cukup melakukan untuk kedua orangtuanya, juga belum membalas mereka. Karena alasan apakah? Orangtua adalah bantuan besar bagi anak-anak mereka; mereka membesarkan anak-anak mereka, memberi mereka makan, dan menunjukkan dunia ini kepada mereka.
Dari sutta tersebut memberikan penjelasan, bahwa sesungguhnya tidak mudah untuk membayar jasa kebaikan orang tua yang pernah dilakukan kepada anak-anaknya. Dengan melakukan hal seperti itu selama 100 tahun, tidaklah cukup untuk membayar jasa baik orang tua, sedangkan umur seseorang kemungkinan besar tidak sampai 100 tahun. Buddha mengatakan hal demikian dikarenakan Beliau pernah memberikan khotbah di sutta yang lain seperti berikut ini: “Brahmāti mātāpitaro, pubbācariyāti vuccare. Āhuneyyā ca puttānāṃ, pajāya anukampakā”.
Brahmāti mātāpitaro, ibu dan ayah adalah brahma bagi anak-anaknya. Orang tua disebut sebagai brahma oleh karena brahma mempunyai empat kualitas batin yang menonjol yaitu: mettā, karuṅā, muditā dan upekkhā. Di kitab komentar dijelaskan, orang tua mempunyai kualitas yang seperti itu sehingga mereka dikatakan sebagai brahma. Kualitas yang pertama adalah mettā. Mettā adalah kualitas batin yang selalu mengharapkan orang lain bahagia, yang dalam konteks ini adalah kepada anaknya. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana orang tua berupaya menginginkan anak yang ada di dalam kandungannya bahagia, bahkan sampai mereka tumbuh dewasa. Kualitas yang kedua adalah karuṅā, yaitu belas kasih. karuṅā adalah kualitas batin yang tidak tega ketika melihat anak-anaknya kesusahan, sedih, menangis dan sebagainya. Kualitas yang ketiga adalah muditā, yaitu kegembiraan yang mengapresiasi keberhasilan anak-anaknya. Kemudian, kualitas yang keempat adalah upekkhā, yaitu ketenangan dan keseimbangan. Orang tua memiliki ketenangan dan keseimbangan terutama ketika ia merelakan anaknya untuk menikah kemudian keluar dari rumah dan tidak bisa lagi untuk memperlakukan anaknya seperti sebelumnya. Jadi, dengan alasan inilah orang tua adalah brahma bagi anak-anaknya dan itulah mengapa tidak ada satu alasan apapun yang membenarkan untuk seorang anak berani kurang ajar kepada orang tuanya.
Pubbācariyā, ibu dan ayah adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Ketika seorang anak merenungkan bahwa, dulu ketika mereka baru saja lahir dan sampai umur tertentu, mereka adalah orang yang tanpa daya. Semua kegiatan apapun itu tidak bisa dilakukan dan akhirnya orang tua yang mengajarkan itu semua sehingga seorang anak bisa untuk melakukannya sendiri. Semua orang tua ingin melihat anaknya menjadi orang yang baik dan mereka tidak mau melihat anaknya menjadi seorang kriminal. Itulah mengapa sejak awal orang tua menanamkan nilai-nilai moral, etika dan sopan santun kepada anak-anaknya. Dengan demikianlah, orang tua disebut sebagai guru pertama bagi anak-anaknya. Āhuneyyā ca puttānaṃ, yaitu orang tua adalah orang yang pantas menerima persembahan dan terhormat bagi anak-anaknya. Jadi, orang tua itu pantas untuk menerima persembahan dan penghormatan dari anak-anaknya. Oleh karena itu, jangan sampai seorang anak pelit dan kikir sama orang tuanya. Ketika sukses jangan sampai hanya untuk keluarga sendiri namun lupa sama keadaan orang tua. Kemudian yang terakhir adalah pajāya anukampakā, yaitu orang tua adalah orang yang mempunyai kasih sayang kepada anak keturunannya dalam hal ini adalah cucu-cucunya.
Oleh karena orang tua memiliki kualitas batin yang baik layaknya seorang brahma, maka sebagai anak harus bisa untuk membalas jasa orang tua. Anda sebagai anak ingin membalas jasa baik kepada orang tua anda, maka di dalam sutta yang sama, yaitu Samacitta Vagga, Aṅguttara Nikāya, 2:33 juga menjelaskan 4 cara seorang anak untuk bisa membalas jasa baik orang tuanya, yaitu:
Jika orangtua tidak berkeyakinan, maka seorang anak harus mendorong, memantapkan, dan menegakkan mereka dalam keyakinan (saddhā)
Jika orangtua tidak bermoral, maka seorang anak harus mendorong, memantapkan, dan menegakkan mereka dalam perilaku bermoral (sīla)
Jika orangtua adalah orang-orang kikir, maka seorang anak harus mendorong, memantapkan, dan menegakkan mereka dalam kedermawanan (cāga)
Jika orangtua tidak bijaksana, maka seorang anak harus mendorong, memantapkan, dan menegakkan mereka dalam kebijaksanaan (pañña)
Inilah empat cara yang harus dilakukan oleh seorang anak untuk bisa membalas jasa baik orang tuanya. Sehingga dengan demikian, ketika seorang anak mampu dan bisa melakukannya, Buddha mengatakan bahwa ia sudah membalas jasa budi baik yang sudah diterimanya dari orang tuanya.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Oleh Bhikkhu Abhayavaso
Minggu, 18 Mei 2025



