Panca Anupubbikatha
- Puja Bakti Sore Puja Bakti Sore Minggu
- October 19, 2025
- 11 minutes read
Anupubbikathā berarti “khotbah bertahap”, yaitu cara Sang Buddha mengajar dari yang mudah dipahami menuju yang mendalam, dari kebajikan duniawi menuju pembebasan spiritual. Metode ini sering digunakan ketika mengajar orang awam seperti Raja Bimbisāra, Upāli, atau Sarakāni sebelum menjelaskan Empat Kebenaran Mulia (Cattāri Ariya-saccāni).
Dāna-kathā: Khotbah tentang Kemurahan Hati
Mengajarkan pentingnya memberi dengan tulus tanpa pamrih.
Menumbuhkan semangat melepas kelekatan terhadap harta duniawi.
Dasar kebajikan dan pembuka pikiran untuk menerima Dhamma.
“Cāgo ve hoti dānassa”, pengorbanan adalah hakikat dari dāna.
Sīla-kathā: Khotbah tentang Moralitas
Menjaga perilaku tubuh dan ucapan agar tidak merugikan makhluk lain.
Menjadi landasan batin yang tenang dan bebas dari penyesalan.
“Sīlavato avippaṭisāro hoti”, bagi yang bermoral, tidak ada penyesalan.
Sagga-kathā: Khotbah tentang Kebahagiaan di Alam Surga
Menjelaskan bahwa hasil dari dāna dan sīla adalah kelahiran di alam bahagia.
Menumbuhkan keyakinan pada hukum kamma (sebab-akibat moral).
Memberi motivasi awal untuk berbuat baik.
Kāmādīnava-kathā — Khotbah tentang Bahaya Nafsu Indria
Mengajarkan bahwa kenikmatan duniawi bersifat sementara, menimbulkan penderitaan, dan kemelekatan.
Dhamma ini menumbuhkan kebijaksanaan untuk melihat bahaya (ādīnava) dalam hal-hal yang tampak menyenangkan.
Dalam MN 13 Mahādukkhakkhandha Sutta:
“Kāmānaṃ ādīnavaṃ disvā…” , setelah melihat bahaya dalam nafsu indria.
Nekkhamma-kathā — Khotbah tentang Manfaat Pelepasan
Nekkhamma berarti pelepasan dari nafsu dan kemelekatan.
Menunjukkan kebahagiaan sejati yang lebih tinggi daripada kesenangan indria.
Persiapan bagi pendengar untuk menerima ajaran Empat Kebenaran Mulia.
“Nekkhamma-sukhaṃ adhigacchati” memperoleh kebahagiaan pelepasan.
Tujuan & Hasil
Setelah mendengar kelima tahapan ini, batin pendengar menjadi tenang, lembut, dan siap menerima Dhamma yang lebih dalam.
Bila batinnya “siap, terbuka, bebas dari halangan”, Sang Buddha melanjutkan dengan mengajarkan Empat Kebenaran Mulia (Cattāri Ariya-saccāni).
Banyak yang mencapai pencerahan tingkat awal (Sotāpatti) pada saat itu