Patika Sutta
- Kelas Dhamma
- October 19, 2025
- 7 minutes read
Di dalam Pātika Sutta, Sang Buddha menceritakan tentang seseorang bernama Sunakkhata yang sering mengikuti Sang Buddha berpindapatta, tetapi tidak dapat memahami Dhamma ajaran Sang Buddha. Sunakkhata yang dungu dan berpandangan salah ini ingin Sang Buddha mempertunjukkan kesaktian yang melampaui manusia biasa dan menerangkan tentang asal mula dari segala sesuatu. Namun Sang Buddha menjelaskan bahwa tujuan-Nya membabarkan Dhamma adalah untuk melenyapkan dukkha bagi siapa pun yang melaksanakannya.
Pada suatu hari, Sunakkhata mengatakan akan meninggalkan Sang Buddha.
Sang Buddha menjelaskan bahwa mereka yang meninggalkan Dhamma dan Vinaya akan terjerumus dalam malapetaka dan terlahir di neraka. Suatu hari, Sunakkhata mengikuti Sang Buddha berpindapatta di desa Uttara, suku Bumu, dan bertemu dengan seorang pertapa telanjang bernama Korakkhattiya yang bersikap seperti seekor anjing.
Muncullah pandangan salah pada Sunakkhata:
“Pertapa arahat ini sangat menakjubkan.”
Sang Buddha menegurnya agar tidak menumbuhkan pandangan salah seperti itu. Beliau berkata bahwa pertapa telanjang ini akan meninggal tujuh hari lagi karena penyakit epilepsi di tengah lapangan pembakaran mayat dan akan terlahir di alam asura Kalakañja. Sang Buddha juga berkata bahwa Sunakkhata boleh bertanya kepada pertapa itu setelah ia meninggal untuk mengetahui di mana ia terlahir kembali.
Ternyata, tujuh hari kemudian Korakkhattiya benar-benar meninggal. Sunakkhata membangkainya dan bertanya di mana ia terlahir, dan jawabannya sama persis dengan penjelasan Sang Buddha. Inilah pertunjukan kekuatan batin yang luar biasa. Namun, Sunakkhata tetap mengelak dan berkata, “Mengapa Sang Buddha tidak menunjukkan hal itu kepadaku?”
Suatu hari, Sang Buddha berpindapatta di Kūtāgārasālā, di Vesālī, diikuti oleh Sunakkhata. Mereka bertemu dengan seorang pertapa telanjang bernama Kandaramasuka yang terkenal dengan tujuh janjinya:
Selamanya menjadi pertapa telanjang.
Tidak menikah.
Hanya minum alkohol dan makan daging tanpa nasi dan bubur.
Tidak keluar dari Vesālī melewati empat cetiya:
Udena Cetiya (sebelah timur)
Gotamaka Cetiya (sebelah selatan)
Sattamba Cetiya (sebelah barat)
Bahuputta Cetiya (sebelah utara)
Sunakkhata bertanya kepada pertapa ini, namun tidak dijawab. Akhirnya Sunakkhata menghindar dan berpikir agar tidak bertengkar dengan pertapa arahat ini.
Sang Buddha pun menegurnya:
“Jangan munculkan pandangan salah; itulah yang akan menjadi sumber kejahatan bagimu.”
Beliau juga menjelaskan bahwa Kandaramasuka tidak lama lagi akan melanggar janjinya dan kehilangan seluruh kemasyurannya, dan hal itu pun benar-benar terjadi.
Sunakkhata menyadari bahwa semua ini terjadi karena kekuatan yang melampaui kemampuan manusia biasa, namun ia tetap mengelak dengan alasan:
“Mengapa Sang Buddha tidak menunjukkan hal itu kepadaku?”
Demikianlah dungu Sunakkhata, walaupun sering mengikuti Sang Buddha, ia tidak memahami Dhamma. Bagaikan sendok yang tidak dapat merasakan sayur. (Dhammapada 64)
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sādhu, sādhu, sādhu.