Pattidāna
- Puja Bakti Umum
- August 31, 2025
- 9 minutes read
Idaṁ vo ñātinaṁ hotu, sukhitā hontu ñātayo.
Semoga timbunan jasa ini melimpah pada sanak keluarga,
semoga sanak keluarga berbahagia.
Sering kali kita mendengar kalimat Pattidāna, bahkan tidak sedikit dari Ibu Bapak menghadiri acara yang diadakan setiap tahun di beberapa vihāra salah satunya yaitu Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya. Tetapi apakah Anda mengetahui arti dari Pattidāna?
Kalimat Pattidāna berasal dari dua kata yaitu: Pati artinya kebajikan dan dāna artinya memberikan/ berbagi. Jadi Pattidāna sesungguhnya adalah berbagi kebajikan kepada sanak keluarga yang telah mendahului kita. Berbagi Kebajikan di sini yang dimaksud adalah pada saat kita melakukan Kebajikan (ada 10 dasar melakukan kebajikan) kita limpahkan/ kita bagikan Kebajikan yang telah kita lakukan ini kepada sanak keluarga yang telah mendahului kita dengan harapan mereka mengetahui perihal Kebajikan yang telah kita lakukan ini dan mereka ikut berbahagia.
Di masa kehidupan Guru Agung Buddha, ada seorang raja yang bernama Raja Bimbisara, Beliau mempersembahkan dana kepada Guru Agung Buddha, delapan puluh empat ribu makhluk peta yang merupakan leluhurnya, di dalam pembebasan dari perilaku mereka yang buruk pada jaman Buddha Pussa, gagal untuk memperoleh jasa kebajikan yang dilakukan oleh Raja Bimbisara. Mereka menanti sampai tiba malam hari, kemudian dengan penuh kemarahan mereka membuat suara-suara yang menakutkan dan menampakkan diri mereka ke hadapan Raja Bimbisara. Ketika Raja mengunjungi Veluvana keesokan harinya, ia menceritakan apa yang terjadi semalam kepada Sang Buddha. Sang Guru Agung menjawab:
“Raja Mulia, sembilan puluh dua putaran waktu di masa yang lampau, pada jaman kehidupan Buddha Pussa, para makhluk peta ini adalah leluhurmu. Mereka memakan makanan yang seharusnya mereka persembahkan kepada anggota Saṅgha, karena perbuatan buruk yang mereka lakukan itulah, yang menyebabkan mereka terlahir di Alam Peta (Alam Sengsara). Ketika Buddha Kassapa muncul, mereka bertanya kepadaNya. Dan Sang Buddha Kassapa menjawab, “Kalian tidak akan mendapat makanan pada jamanKu ini; tetapi sesudah Aku, akan muncul Buddha Gotama. Pada saat itulah keturunan kalian yang bernama Bimbisara akan menjadi raja; ia akan mempersembahkan makanan kepada Buddha Gotama dan pada waktu itulah kalian akan memperoleh makanan.” Setelah menanti dalam waktu yang amat panjang mereka berharap dengan gembira akan dapat menerima pelimpahan jasa yang kamu lakukan; karena itulah mereka mengamuk dan bertindak seperti semalam karena dana yang kamu berikan tidak dilimpahkan kepada mereka dan mereka gagal mendapatkan jasa buah kebajikan yang kamu lakukan.”
“Tetapi, Yang Mulia, kalau saya mempersembahkan dana sekarang, apakah mereka akan memperoleh jasa kebajikan ini?”
“Ya, Raja Mulia.”
Pada keesokan harinya raja mengundang Sang Buddha beserta muridNya, untuk menerima persembahan makanan dan minuman yang berlimpah-limpah, dan berkata:
“Yang Mulia, semoga makanan dan minuman yang saya persembahkan ini diterima pula oleh makhluk-makhluk di alam peta.”
Dan seketika itu pula, ketika Raja Bimbisara melimpahkan jasa kebajikan yang dilakukannya, makhluk-makhluk di alam peta itu segera dapat menerima makanan dan minuman dengan penuh kebahagiaan.
Pada keesokan harinya, para makhluk peta itu menampakkan dirinya dengan telanjang, tidak berpakaian. Raja berkata kepada Sang Buddha: “Hari ini, Yang Mulia, para makhkluk peta menampakkan dirinya dengan telanjang,” dan ia bertanya apa yang harus dilakukannya.
Sang Guru Agung menjawab:
“Raja Mulia, kamu memang belum memberikan mereka pakaian.”
Pada keesokan harinya, Raja Bimbisara mempersembahkan jubah kepada Sang Buddha dan para muridNya, lalu berkata:
“Semoga persembahan yang saya lakukan ini dapat diterima oleh para makhluk peta, berupa pakaian.”
Dengan seketika itu pula, setelah mereka memperoleh kebajikan yang dilakukan oleh keturunannya ini, mereka langsung berpakaian indah dan langsung pindah dari alam peta ke alam surga.
Dari pengalaman Raja Bimbisara, ada hal yang sangat penting yang harus kita ingat bahwa Pattidāna/ pelimpahan jasa sangat dibutuhkan bagi sanak keluarga yang telah mendahului kita terutama adalah mereka yang terlahir di alam peta (penderitaan) dan pattidāna bisa dilakukan kapan saja tidak harus menunggu acara tahunan. Setiap saat dan di mana saja kita bisa melakukannya.
Anumodana,
Idaṁ vo ñātinaṁ hotu Sukhitā hontu ñātayo.
Oleh Bhikkhu Pariñño
Minggu, 31 Agustus 2025



