Sungguh Beruntung Terlahir Sebagai Manusia

 Sungguh Beruntung Terlahir Sebagai Manusia

 

Kiccho manussapatilābho, kicchaṁ maccāna jīvitaṁ

Kicchaṁ saddhammassavanaṁ, kiccho buddhānaṁ uppādo’ti.

Sungguh sulit untuk dapat terlahir sebagai manusia, sungguh sulit untuk 

dapat bertahan hidup, sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Dhamma, 

sungguh jarang terjadi kelahiran para Buddha. 

 

(Dhammapada, Buddha Vagga 182)

Pernahkah kita sadari bahwa betapa beruntungnya kita terlahir sebagai manusia. Lebih beruntung lagi manusia yang mengenal Buddha Dhamma. Sebagai umat Buddha di mana kita dapat menemukan ajaran Sang Buddha yang mulia dan bijaksana; sesungguhnya kita sangat beruntung. 


Keberuntungan ini sering tidak kita manfaatkan dengan baik. Keberuntungan terlahir sebagai manusia dan didukung oleh kesehatan. Kesehatan adalah keuntungan yang paling berharga. Kesehatan jauh lebih penting daripada kekayaan materi. Jika kita sakit, maka hartapun akan dikorbankan untuk kesehatan, berapapun harganya. Dengan kesehatan kita dapat melakukan apapun juga. 


Ada saat di mana mengalami sakit yang sulit disembuhkan, misal penyakit gula yang mengakibatkan perlunya tindakan amputasi, harus merelakan jasmani dipotong demi menjadi sehat. Kita rela mengorbankan semuanya untuk sehat. Kesehatan kita perlukan untuk dapat melakukan hal yang bermanfaat, mencari kekayaan dunia, memenuhi kebutuhan hidup, dan lain sebagainya. 


Dengan jasmani dan batin yang sehat kita dapat melakukan perbuatan baik seperti melakukan puja bakti. Maka gunakanlah kesempatan terlahir sebagai manusia untuk menjadi bermanfaat bagi diri sendiri, bagi keluarga, bagi orang lain, dan bagi banyak makhluk. Dengan hidup bermanfaat maka hidup kita akan berguna dan memiliki nilai sebagai manusia. 


Jika semasa hidup tidak menjalankan sila dengan baik, tidak menggunakan waktu dengan baik, menyia-nyiakan waktu, hidup tidak bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, orang lain dan makhluk lain; maka lebih baik hidup 1 hari dengan penuh kebajikan daripada hidup 100 tahun tanpa kebajikan. 


Manusia memiliki nilai atau kualitas tergantung dari perbuatannya atau kualitas kebajikan. 


Jika hanya mengumpulkan kekayaan materi, ketika meninggal dunia tanpa membawa apa-apa. Harta tidak akan dibawa. Keluarga, sanak saudara tidak ada yang menemani. Bahkan terkadang ketika sudah tua sudah diungsikan ke panti jompo. Orang-orang tua di panti jompo dengan tatapan kosong mengharap anaknya datang untuk menemani.  


Saat menjelang kematian semua kekayaan materi yang telah kita cari, kumpulkan; tidak satu pun yang dibawa.  Namun orang bijaksana yang mengenal kebajikan memiliki sahabat berupa buah perbuatan baik. Buah perbuatan baik sebagai pelindung dan penyelamat di kehidupan ini maupun di kehidupan selanjutnya. 


Kebajikan inilah yang melindungi, menyelamatkan dan mengantar kita ke alam bahagia. Mengikuti ke manapun pelakunya pergi seperti bayang-bayang yang selalu mengikuti ke mana bendanya pergi. 


Jangan ragu melakukan perbuatan baik. Jangan ragu mempraktikkan Dhamma. Karena Dhamma melindungi mereka yang melaksanakannya. Umat Buddha juga memiliki pelindung yaitu perbuatan baiknya masing-masing; bukanlah teman, keluarga, bukan pula para Dewa atau para Brahma. 


Sesungguhnya karma baik kitalah yang telah melindungi dan menyelamatkan diri kita. Buah dari karma baik yang telah kita lakukan. 


Inilah cara berpikir seorang Buddhis. Tingkatkan kualitas hidup sebagai umat Buddha dengan banyak melakukan perbuatan baik. Memang karma baik yang kita lakukan tidak langsung berbuah; ada yang langsung, ada yang butuh waktu; ada yang berbuah di kehidupan ini, ada yang berbuah di kehidupan selanjutnya. 


Jika kita kurang memiliki pengertian dan pengetahuan mengira apa yang kita lakukan tidak ada hasilnya. Oleh karena itulah kita perlu datang ke Vihara. 

Manfaat datang ke Vihara antara lain:

  1. Dapat mendengarkan Dhamma yang belum pernah didengar, sehingga kita mendapatkan pengetahuan baru tentang Dhamma. 

  2. Meskipun sudah pernah mendengar, mendengar kembali akan memperjelas pengertian sebelumnya sehingga kita dapat memahami dengan jelas. 

  3. Menghilangkan keragu-raguan mengenai Dhamma sehingga kita memperkuat keyakinan kita akan Buddha Dhamma. 

  4. Menumbuhkan pengertian benar terhadap Dhamma/ menghindari pandangan keliru. Minimal mengerti bahwa jika kita berbuat baik pasti akan berbuah kebaikan; sebaliknya jika kita berbuat tidak baik maka pasti akan mengakibatkan hasil yang tidak baik. 

  5. Dengan mendengarkan Dhamma maka akan menumbuhkan ketenangan dan kebahagiaan batin/ pikiran. 


Dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin belajar dan praktik Buddha Dhamma berarti kita tidak membuang waktu percuma. Keyakinan terhadap Tiratana akan semakin berkembang, dan kokoh sehingga sebagai umat Buddha tidak mudah goyah/ tergoda untuk pindah agama.


Sang Buddha telah mengajarkan Dhamma yang begitu sempurna tidak hanya kepada manusia tetapi juga kepada para Deva dan semua makhluk (yakkha-gandhabba-nāga)

Salah satunya dalam Maṅgala Sutta yang berisi 38 berkah utama duniawi (lokiya) dan adiduniawi (Lokuttara). 


Maṅgala Sutta diberikan Sang Buddha untuk menjawab pertanyaan para Dewa. Berkah di alam manusia, alam Dewa, dan pencapaian Nibbāna bagi mereka yang taat melaksanakan Dhamma. 


Cara meningkatkan kualitas hidup sebagai manusia: 

  1. Menumbuhkan Keyakinan

Keyakinan yang perlu ditumbuhkan antara lain keyakinan akan perbuatan baik, hukum karma, kelahiran kembali, hukum Dhamma, moralitas dan yang terutama adalah keyakinan kepada Buddha, Dhamma, Saṅgha. 

  1. Menjaga Kesucian Sila

Minimal 5 aturan sila; jika dijaga dalam kehidupan maka hasilnya: 

Sīlena sugatiṁ yanti

Dengan merawat sīla, tercapai alam bahagia. Artinya dengan sila yang sempurna akan lahir di alam sugati/ surgawi. 

Sīlena bhogasampadā 

Dengan merawat sīla, diperoleh kekayaan (lahir dan batin). Yaitu keuntungan duniawi dengan memperoleh kekayaan materi dan batin.

Sīlena nibbutiṁ yanti

Dengan merawat sīla, tercapai padamnya kilesa. Padamnya kilesa agar membawa kita terbebas dari dukkha. 

Di alam surgawi sebenarnya belum aman karena masih mengalami dukkha; selama masih dalam lingkaran kelahiran (samsara); masih mengalami kematian; dukkha pasti ada. 

Sang Buddha menemukan jalan untuk tidak lahir kembali yaitu dengan mencapai Nibbana. Untuk mencapai Nibbana, banyak tahapan yang kita harus lalui, di antaranya memiliki kebajikan (parami) salah satunya adalah dengan melaksanakan sila; memasuki kehidupan Brahmacariya. 

  1. Tidak Menyebarkan Berita Hoaks

Kembangkanlah cara berpikir Buddhis, jangan gampang percaya; berpikirlah secara Buddhis, harus masuk akal atau sesuai logika, ehipassiko: bisa dibuktikan. Buddhism berkembang karena sesuai dengan pola berpikir orang-orang yang berpikir dengan bijak. 

  1. Tidak Mencari Sumber Kebaikan dan Kebenaran di Luar Dhamma

Mengembangkan kebaikan sesuai Buddha Dhamma dalam berucap, berbuat, dan berpikir. Mengembangkan kebaikan dengan berdana, dengan kemurahan hati, peduli, menolong yang membutuhkan. Hal paling sederhana yang dapat kita tanamkan dalam keluarga adalah latihan tidak membuang sampah sembarangan.

  1. Berbuat Kebaikan Sesuai Dengan Dhamma

Yaitu dengan dana, sīla, bhavana; atau dengan menjadi samanera memasuki kehidupan Brahmacariya. Inilah cara kita meningkatkan kualitas hidup, menjadi kekayaan di dalam batin kita yang tak dapat dicuri oleh siapa pun juga. 


Āratī viratī pāpā, Majjapānā ca saññamo, Appamādo ca dhammesu 

Menjauhi, menghindari perbuatan buruk, menahan diri dari minuman keras, dan tidak lengah melaksanakan Dhamma, menghindari dan tidak melakukan segala sesuatu yang buruk; serta tekun menjalankan Dhamma, memperkokoh keyakinan dan semangat kita menjalankan Dhamma. Berkah bukan diturunkan dari atas, bukan diberikan oleh makhluk lain walaupun terkadang dapat berbuah melalui makhluk lain. Kita sendirilah yang menciptakan berkah bagi diri kita sendiri. Ciptakan kualitas Dhamma dalam diri kita masing-masing. Gunakanlah kehidupan saat ini dengan sebaik-baiknya. 


Oleh Bhikkhu Jayanando

Minggu, 19 Oktober 2025


Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya

https://www.dhammacakka.org

Related post