Sigālovāda Sutta

 Sigālovāda Sutta

 

“Mātāpitu upaṭṭhānaṁ, Etammaṅgalamuttamaṁ’ti”.

Membantu Ayah dan Ibu, Itulah Berkah Utama.

 

(Maṅgala Sutta)

Berbahagialah Anda yang masih memiliki orangtua. Mengapa? Karena itu artinya Anda masih memiliki kesempatan untuk membalas budi baik mereka. Sungguh besar jasa orangtua kita. Dalam Aṅguttara Nikāya, Sang Buddha mengatakan bahwa ada 2 orang yang tidak mungkin dapat dibalaskan jasanya, budinya yaitu: Ibu dan Ayah kita. Oleh karena itu berbahagialah Anda yang masih memiliki orangtua artinya Anda masih memiliki kesempatan untuk membalas budi mereka dan juga memperoleh berkah yang luar biasa. Semua anak seyogianya berbakti kepada orangtuanya dengan tulus, dengan penuh cinta kasih dan kasih sayang sehingga akan dapat memperoleh berkah. 


Dīgha Nikāya 31 – Siṅgālasutta 

Siṅgālasutta atau Sigālovāda Sutta berisi nasihat Sang Buddha kepada pemuda Sigāla – putra keluarga Buddhis di Rājagaha. Pada waktu itu, Sigāla yang bangun pagi sekali dan pergi meninggalkan Rājagaha. Dengan pakaian dan rambut yang masih basah menyembah ke berbagai arah yaitu arah Timur, Selatan, Barat, Utara, Bawah dan Atas. Ketika itu Sang Buddha memasuki Rājagaha untuk melakukan piṇḍapāta melihat Sigāla sedang melakukan ritual tersebut. 


Sang Buddha bertanya kepada Sigāla mengapa melakukan hal demikian. Sigāla pun menjawab bahwa dia melakukan ritual demikian untuk menghormati pesan ayahnya ketika menjelang kematian. Sang Buddha mengatakan bahwa bukan dengan cara demikian keenam arah tersebut disembah. Sang Buddha kemudian menguraikan Dhamma kepada Sigāla dan di antaranya adalah bagaimana seharusnya melindungi 6 arah. 

  1. Ibu dan ayah sebagai arah Timur; 

  2. Guru sebagai arah Selatan;

  3. Pasangan dan keluarga sebagai arah Barat;

  4. Teman dan kolega sebagai arah Utara;

  5. Pekerja dan pelayan sebagai arah Bawah; 

  6. Petapa dan Brahmana sebagai arah Atas.


Melindungi Ibu dan Ayah sebagai arah Timur 

Dengan 5 cara, seorang anak harus memperlakukan orangtuanya sebagai arah Timur: 

  1. Merawat orangtua 

Dahulu kita dirawat oleh orangtua kita, maka sekarang kitalah yang harus merawat mereka. Bagaimana cara kita merawat orangtua kita? Antara lain dengan menyediakan tempat tinggal, mengajaknya ke dokter jika sakit, memandikan/menggosok tangan kaki tubuhnya, menghiburnya, menyempatkan diri menemaninya. 

  1. Melakukan kewajiban sebagai anak yang berbakti 

Dengan cara turut memikul beban kewajiban orangtua kita dalam berbagai masalah di antaranya masalah keuangan, pendidikan, anak-anaknya, bersosialisasi, dan lainnya. Senantiasa menyemangati orangtua kita dan memberikan pengertian kepada mereka bahwa semua masalah pasti akan berlalu, membantu secara fisik misalnya dengan membersihkan rumah, mencuci pakaian kotor, mencuci piring, dan sebagainya. Hal yang tidak kalah penting adalah tidak menambahkan masalah bagi orangtua. 

  1. Menjaga nama baik serta kehormatan keluarga 

Yaitu dengan cara menjaga tingkah laku (moralitas), berperilaku baik di mana pun dan kepada siapapun, meraih prestasi dalam kehidupan bermasyarakat, tidak melakukan tindak kejahatan, menjaga kehormatan dan tradisi keluarga. 

  1. Menjaga warisan keluarga 

Menjadikan diri pantas untuk menerima warisan keluarga, mampu menjaga hasil jerih payah orangtua, mempertahankan dan mengelola warisan orangtua, tidak menghabiskan warisan orangtua dengan hidup berfoya-foya.

  1. Melakukan Pattidāna bagi orangtua kita yang telah meninggal dunia 

Kita wajib melakukan pelimpahan jasa bagi orangtua maupun para leluhur kita yang telah meninggal dunia; yaitu dengan cara banyak melakukan kebajikan kemudian melimpahkan jasa kebajikan tersebut maupun dengan melakukan kebajikan atas nama mendiang. Tujuan dari pelimpahan jasa adalah agar para leluhur kita dapat turut bermudita cita atas kebajikan yang telah kita lakukan sehingga mengondisikan batin yang bahagia untuk dapat terlahir di alam bahagia. 


Berbakti kepada orangtua selagi mereka masih hidup, jauh lebih bermanfaat daripada berbakti setelah mereka meninggal. Sudahkah kita membuat orangtua kita bangga? Sudahkah kita membuat orangtua kita bahagia? Sudahkah kita membuat orangtua kita tersenyum? Sudahkah kita melakukannya? 

Kita wajib menjaga agar pikiran orangtua kita selalu diliputi oleh kebahagiaan, kegembiraan, dan kebajikan karena merupakan modal bagi mereka saat menjelang kematian. 


Oleh Bhikkhu Jayanando

Minggu, 29 Juni 2025


Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya

https://www.dhammacakka.org

Related post