Pintu Kesejahteraan (Atthassadvara Jataka)
- Kelas Dhamma
- July 7, 2025
- 2 minutes read

Setiap manusia tentu menginginkan kesejahteraan dalam hidup, baik Sejahtera secara duniawi maupun sejahtera secara spiritual. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia ada beberapa arti sejahtera, yakni Makmur dan Sentosa, dalam Masyarakat juga ada yang berpendapat kalau orang yang sejahtera itu cukup. Cukup makan, cukup tidur, cukup dalam sandang, pangan dan papan.
Sejahtera secara duniawi dapat dilihat dari beberapa tanda, diantaranya seberapa banyak kekayaan yang dimilikinya, seberapa ia bisa menggunakan kekakayaan tersebut, ia juga tidak mempunyai hutang yang membuatnya menderita, serta ia tidak tercela dalam kehidupan ini.
Sejahtera secara spiritual dapat dilihat dalam beberapa tanda, diantaranya ia mempunyai banyak Kebajikan, berusaha menjaga perilakunya (moral), serta berusaha membersihkan pengotor batin seperti keserahakan, kebencian dan kebodohan batin.
Dalam Atthassadvarajataka, Jataka 84, Buddha menceritakan bahwa beliau pernah ditanya mengenai jalan menuju pintu kesejahteraan oleh anaknya sendiri pada saat beliau masih menjadi seorang Bodhisatta. Pada saat Buddha tinggal di Savatthi ia juga kembali ditanya oleh seorang putra dari Brahmana kaya yang berusia tujuh tahun yang sesungguhnya adalah anaknya di masa lampau.
Buddha menjelaskan ada enam cara agar seseorang bisa meraih kesejahteraan, yakni ia memiliki kesehatan yang baik, kemudian bermoral, mau mendengarkan nasihat-nasihat dari bijaksanawan, berusaha mempunyai pengetahuan (belajar kitab suci), praktik-praktik Kebajikan hidup sesuai dhamma dan mau berjuang, tidak malas dalam melepaskan keterikatan.
Demikianlah pesan Buddha kepada putra brahmana dan brahmana kaya. Semoga kita semua dapat mempraktikkannya.
Semoga semua mahluk berbahagia.