Kamma Niyama
- Puja Bakti Umum
- November 30, 2024
- 8 minutes read
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
KAMMA NIYAMA
(Hukum Kamma)
Pada waktu itu ada umat awam yang memiliki keyakinan, dermawan dan pelayan Saṅgha bernama Nandiya. Orang tua Nandiya ingin agar Nandiya menikahi sepupunya yang bernama Revati. Namun karena Revati tidak memiliki keyakinan dan kedermawanan, Nandiya tidak bersedia. Suatu hari, ibu Nandiya menyuruh Revati untuk datang ke rumahnya dan membuat persiapan menjamu Saṅgha. Revati melakukan hal itu. Ibu Nandiya memberitahu putranya: “Dia sekarang akan menerima nasihat kita.” Maka Nandiya setuju menikahinya. Revati melahirkan dua putra. Nandiya mengadakan acara dana besar-besaran, dan membangun aula di vihara di Isipatana yang dipersembahkan kepada Sang Tathagata. Pada saat itu juga, di alam Tiga-Puluh-Tiga Dewa muncullah istana surgawi seukuran dua belas yojana dengan peri-peri sebagai pelayan.
Y.M. Maha Moggalana melihatnya dan bertanya kepada Yang Terberkahi untuk siapakah istana itu. Yang Terberkahi mengatakan syair-syair ini: ”Bagi orang yang sudah lama pergi jauh dari rumah yang aman, sanak saudara, teman-teman, dan handai-tolan bersukacita menyambutnya pulang. Demikianlah pelaku tindakan jasa pergi dari sini menuju alam berikutnya, tindakan-tindakan jasa itu menyambutnya bagaikan sanak saudara (menyambut) yang dicintai pada saat dia pulang.”
Mendengar hal ini, Nandiya gembira dan memberikan dana serta tindakan jasa lainnya. Suatu ketika dia harus meninggalkan rumah, dia berpesan kepada Revati agar melanjutkan hal itu dengan rajin. Istrinya setuju untuk terus memberikan dana kepada Saṅgha sementara Nandiya pergi. Namun setelah beberapa hari, Revati menghentikan memberikan dana bahkan memberikan dana makanan yang buruk kepada para bhikkhu. Ketika Nandiya pulang dan mendengar hal itu, dia mengirim Revati kembali ke rumahnya tetapi masih menyediakan lebih banyak kebutuhan bagi Revati. Setelah beberapa waktu, Nandiya meninggal dan terlahir lagi di alam Tiga-Puluh-Tiga Dewa di istana yang telah disediakan baginya. Sementara itu, istrinya menghentikan semua dana dan mencaci serta menghina para bhikkhu dengan berkata, “Karena merekalah semua kekayaan dan perolehanku telah berkurang.”
Vessavana menyuruh dua Yakkha untuk pergi ke Baranasi dan mengumumkan bahwa Revati akan dilemparkan ke neraka pada hari ketujuh sejak hari itu. Orang-orang yang mendengar hal ini merasa ketakutan, Revati pergi ke tingkat atas rumahnya, mengunci pintu, dan duduk di sana. Satu minggu kemudian, dua Yakkha yang mengerikan datang dan berkata: “Bangkit, O, Revati yang berwatak sangat jahat.” Mereka merenggut leher dan temboloknya, menariknya di sepanjang jalan sehingga semua orang bisa melihat kemudian menyeretnya melalui udara ke alam Tiga-Puluh-Tiga Dewa dan kemudian membawa Revati yang berduka itu menuju neraka yang penuh sesak. Para pesuruh Yama melemparinya ke neraka yang penuh sesak itu. Seperti yang dikatakan: “Bangkitlah, Revati yang berwatak sangat jahat, terbukalah pintu ke neraka, O, perempuan yang kikir. Kami akan membawamu ke tempat di mana mereka yang pergi ke alam-alam menderita akan benar-benar berduka, penghuni-penghuni neraka, yang dibuang ke dalam penderitaan yang mendalam.”
Kedua yakkha besar dan bermata merah tersebut, pesuruh-pesuruh Yama – masing-masing membawa Revati di satu tangan – berangkat menuju kelompok para dewa. Setelah dibawa oleh dua yakkha ini menuju alam Tiga-Puluh-Tiga dewa, Revati ditempatkan di dekat Istana Nandiya. Meliahat sinarnya yang menyerupai lengkungan matahari, dia bertanya kepada Yakkha: “Milik siapakah Istana yang dipenuhi orang yang kemilau, bersinar bagaikan matahari, kediaman yang indah, tertutup jala emas yang berkilau bagaikan sinar matahari? Yakkha-yakkha itu memberitahunya: “Di Baranasi ada seorang umat awam bernama Nandiya, yang tidak kikir yang murah hati. Inilah Istananya, yang dipenuhi orang yang berkilau bagaikan sinar matahari.
Kemudian Revati berkata: “Dulu saya adalah istri Nandiya, ibu rumah tangga dengan kekuasaan atas semua keluarga. Sekarang saya akan bergembira di dalam istana suamiku. Saya tidak ingin melihat neraka.” Tetapi Yakkha-yakkha itu berkata: “Apakah engkau ingin atau tidak, apa hubungan keinginan itu dengan kami?” Mereka lalu membawanya ke neraka dengan menyampaikan syair ini: “Inilah neraka bagi engkau yang berwatak sangat jahat. Di dunia tempat manusia hidup, tindakan jasa tidak dilakukan olehmu. Orang yang kikir, suka marah dan berwatak jahat tidak memperoleh persahabatan dari mereka yang telah pergi ke surga.” Setelah berkata demikian, kedua yakkha itu langsung lenyap. Revati melihat dua penjaga neraka yang serupa, yang akan menyeret dan melemparkannya ke Neraka-Kotoran yang disebut Samsavaka.
“Inilah Samsavaka, seratus depa dalamnya, di situlah engkau, Revati, akan mendidih selama beribu-ribu tahun.” Tindakan buruk yang dilakukan oleh tubuh, ucapan, dan pikiran – yang menyebabkan diperolehnya Samsavaka. “Para petapa, brahmana dan pencari jalan suci yang lain pun engkau tipu dengan ucapan bohong: inilah kejahatan yang dilakukan olehmu. Oleh karena itu Samsavaka, yang seratus depa dalamnya, di situlah engkau, Revati, akan mendidih selama beribu-ribu tahun. “Mereka memotong tangan dan kemudian kaki; mereka memotong telinga dan kemudian hidung; dan kemudian segerombolan gagak yang datang berkerumun akan menyantap apa yang menggeliat itu.”
Revati memohon agar dibawa kembali ke alam manusia. “Sebaliknya engkau membawaku kembali. Saya akan melakukan banyak kebajikan melalui dana, hidup seimbang, terkendali, dan jinak.” Sekali lagi para penjaga neraka itu berkata: “Dulu engkau tidak waspada, sekarang engkau meratap. Engkau harus mengalami buah dari tindakan yang telah kau lakukan sendiri.”
Karena yang kikir, suka marah, berwatak jahat, tidak memperoleh persahabatan dari mereka yang telah pergi ke surga. Seandainya saja setelah pergi dari sini dan memperoleh kelahiran sebagai manusia – saya dermawan, memiliki kebiasaan moral, maka saya akan melakukan banyak kebajikan melalui tindakan berdana, hidup seimbang, terkendali, dan jinak. Saya akan menjalankan Uposatha dan selalu terkendali lewat kebiasaan-kebiasaan moral, dan saya tidak akan teledor dalam berdana.
Dengan menjerit-jerit dan menggeliat di dalam kesakitan, Revati pun mereka lemparkan ke dalam neraka yang mengerikan itu, dengan kakinya di atas, kepalanya di bawah. “Dulu saya kikir, orang yang mencaci para petapa dan brahmana, dan karena telah menipu suamiku lewat kebohongan, saya mendidih di dalam neraka yang sangat mengerikan.”
Sumber:
Vimānavatthu: Cerita-cerita Istana Alam Dewa
Oleh Bhikkhu Khemaviro Thera
Minggu, 24 November 2024