Kilesa

 Kilesa

“Paravajjānupassissa, nicaṃ ujjhānasaññino.

Āsavā tassa vaḍḍhanti, ārā so āsavakkhāyā”

“Barang siapa yang selalu memperhatikan dan mencari-cari kesalahan orang lain, maka kekotoran batin dalam dirinya akan bertambah dan ia akan semakin jauh dari penghancuran kekotoran-kekotoran batin”

 

(Dhammapada, Mala Vagga: XVIII:253)

Sebagai umat Buddha, sesungguhnya tujuannya adalah keluar dari siklus kelahiran dan kematian. Akan tetapi, sebagian umat Buddha masih memiliki kebingungan bahkan tidak tahu sama sekali bagaimana cara untuk bisa keluar dari siklus kelahiran dan kematian. Oleh karena itu, ketika seseorang meng-inginkan keluar dari  saṃsāra, maka harus bisa menghancurkan semua kilesa. Kilesa adalah pengotor batin yang bisa muncul melalui pikiran, ucapan dan tindakan jasmani. Se-seorang harus bisa menghancurkan ke-kotoran batin dan untuk menghancur-kan kekotoran batin tidak ada cara lain selain mempraktikkan Jalan Mulia Ber-unsur Delapan yang sudah dikatakan oleh Buddha. Jalan Mulia Berunsur Delapan dapat diringkas menjadi tiga
jenis latihan, yaitu: sīla, samādhi dan paññā. Tiga jenis latihan inilah yang diajarkan oleh Buddha sebagai jalan untuk menuju akhir dari penderitaan atau saṃsāra.

Kilesa-kilesa itu diibaratkan seperti pohon yang beracun. Oleh karena kilesa seperti pohon yang sangat beracun, maka kilesa itu sesungguhnya juga beracun bagi batin seseorang. Kilesa-kilesa seseorang seperti ujung pucuk pohon yang beracun, yang mudah dilihat itu adalah seperti kilesa yang keluar melalui ucapan dan perbuatan-perbuatan jasmani. Kilesa jenis ini disebut sebagai vītikamma kilesa. Vītikamma kilesa adalah pengotor batin yang sudah lompat pagar, sudah keluar dalam bentuk pelanggaran atau melampaui batasan. Vītikamma
kilesa
manifestasinya seperti pelanggar-an sila yang pertama, kedua, ketiga dan kelima, itu semua adalah sudah melampaui batas atau melampaui pagar sehingga terjadi pelanggaran sīla melalui perbuatan jasmani. Ada juga kilesa yang muncul dalam bentuk ucapan, yaitu pelanggaran sila keempat. Ucapan bohong, mencaci maki, berkata kasar, memfitnah, omong kosong ini adalah kilesa melalui ucapan. Vīti-kamma kilesa ini bisa dipotong melalui sīla-sīla yang sudah dimiliki oleh se-seorang.

Kemudian, ada kilesa yang disebut sebagai pariyuṭṭhāna kilesa, yaitu kilesa yang muncul hanya di dalam pikiran. Bentuk dari pariyuṭṭhāna kilesa seperti obsesi-obsesi, dambaan-dambaan, keinginan-keinginan, ke-melakatan dan keterikatan pada dunia atau kebencian-kebencian pada suatu kejadian atau orang lain. Misalnya, ketika seseorang teringat pada yang dicintai, kemudian nafsu keterikatan muncul di dalam pikiranya. Maka dengan membayangkan demikian, itu juga disebut sebagai kilesa. Atau ketika seseorang sedang sendirian kemudian teringat pada kejadian-kejadian yang menjengkelkan, lalu kemarahan dan kebencian muncul, itu juga disebut sebagai kilesa. Jadi, kilesa jenis ini diibaratkan seperti dahan, ranting, atau batang pohon yang agak sulit untuk dilihat dari kejauhan dibandingkan pucuk pohon yang lebih mudah untuk dilihat. Kilesa yang berkecamuk di dalam pikiran ini bisa dipotong
menggunakan konsentrasi benar atau sammāsamādhi. Dengan mencapai kon-sentrasi benar, maka seseorang akan berhasil memotong kilesa yang muncul di dalam pikirannya seperti memotong dahan, ranting atau batang pohon tersebut.

Untuk dapat menghancurkan kilesa-kilesa secara total, harus mencabut akarnya. Ibaratnya seperti pohon beracun, ketika akarnya dicabut maka pohon itu tidak akan tumbuh lagi. Kilesa juga seperti itu, memiliki akar yang harus dicabut. Sesungguhnya yang diberikan perumpamaan seperti akar pohon itu disebutkan oleh Buddha sebagai anusaya kilesa”. Anusaya kilesa adalah kilesa yang sedang tertidur atau diterjemahkan sebagai kecenderungan-kecenderungan yang sedang tertidur atau tendensi-tendensi laten. Anusaya kilesa dapat diumpama-kan seperti seseorang yang menanam pohon mangga yang belum muncul buah mangganya dan kemudian dirawat terus meskipun hari ini belum berbuah, tetapi keesokan harinya pohon mangga tersebut berbuah. Pohon tersebut ber-buah, karena mempunyai potensi atau kecenderungan untuk menghasilkan buah mangga, hal ini sama seperti anusaya kilesa. Anusaya kilesa atau kilesa yang berupa kecenderungan yang sedang tertidur itu hanya berupa potensi saja, tidak memiliki wujud, bentuk bahkan tidak eksis. Dia hanya berupa kecenderungan saja yang kalau ada sebab-sebab dan kondisi-kondisinya ter-penuhi baru muncul. Buddha menjelas-
kan, ada tujuh jenis anusaya kilesa, yaitu:

1.   Kāmarāgānusaya-kilesa

Ini adalah jenis kilesa yang memiliki kecenderungan laten yang dinama-kan nafsu-indrawi. Ini adalah nafsu-nafsu yang mengejar objek-objek pancaindra yang menyenangkan atau keinginan-keinginan untuk me-nikmati pancaindra yang me-nyenangkan.

2.   Paṭighānusaya-kilesa

Ini adalah jenis kilesa yang memiliki kecenderungan laten yang dinama-kan antipati. Kecenderungan ini berupa sikap mental yang bersifat antipati atau konfrontatif terhadap apapun. Misalnya, “Saya tidak suka ini, saya tidak suka itu”.

3.   Diṭṭhānusaya-kilesa

Ini adalah jenis kilesa yang memiliki kecenderungan laten yang dinama-kan pandangan yang salah.

4.   Vicikicchānusaya-kilesa

Ini adalah jenis kilesa yang memiliki kecenderungan laten yang dinama-kan keraguan terhadap Buddha, Dhamma, Saṅgha, Karma dan buah-nya.

5.   Bhavarāgānusaya-kilesa

Ini adalah jenis kilesa yang memiliki kecenderungan laten yang dinama-kan nafsu terhadap eksistensi.

6.   Mānānusaya-kilesa

Ini adalah jenis kilesa yang memiliki kecenderungan laten yang dinama-kan kesombongan.

7.   Avijjānusaya-kilesa

Ini adalah jenis kilesa yang memiliki
kecenderungan laten yang dinama-kan ketidaktahuan.

Ini adalah tujuh anusaya kilesa yang harus dihancurkan. Yang dapat menghancurkan anusaya kilesa adalah maggañana yaitu pengetahuan atau kebijaksanaan yang berasosiasi dengan jalan. Jalan yang dimaksud adalah maggacitta atau kesadaran jalan dan ini hanya muncul ketika seseorang men-capai puncak dari latihan vipassanā. Ketika seseorang menjadi Sotāpanna, maka ia sudah menghancurkan dua anusaya-kilesa yaitu diṭṭhānusaya-kilesa dan vicikicchānusaya-kilesa. Kemudian kalau seseorang latihan terus tingkat kemulian Sotāpanna akan mencapai tingkat kemulian Saka-dāgāmī, tetapi  Sakadāgāmī tidak mem-punyai kemampuan untuk mencabut, tetapi dia mempunyai kemampuan untuk melemahkan lima anusaya-kilesa yang lainya. Ketika seseorang melatih dirinya akan mencapai kemulian Anāgāmī Magga yang kemudian meng-hancurkan dua anusaya-kilesa yaitu kāmarāgānusaya-kilesa dan paṭiga-nusaya-kilesa. Tetapi, Anāgāmī belum menghancurkan bhavarāganusaya-kilesa, kesombongan dan ketidaktahu-an. Ketiga anusaya-kilesa ini akan di-hancurkan oleh Arahanta Magga atau jalan ke Arahantaan. Pada saat se-seorang menjadi Arahanta, di sanalah anusaya tersisa atau semua anusaya-kilesa dihancurkan secara total.

 

Oleh Bhikkhu Abhayavaso

Minggu, 19 Januari 2025

Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya

https://www.dhammacakka.org

Related post