Meraih Kemajuan Spritual

 Meraih Kemajuan Spritual

 

Appassutāyaṁ puriso, balivaddo va jīrati; 

Maṁsani tassa vaḍḍhanti, paññā tassa na vaḍḍhati.

 Orang yang tidak mau belajar akan menjadi tua seperti sapi, 

dagingnya bertambah tetapi kebijaksanaannya tidak berkembang. 

 

(Dhammapada, Syair: 152)

 



Kemajuan merupakan dambaan setiap orang. Setiap orang selalu bercita-cita atau berambisi untuk meraih yang terbaik dalam kehidupan ini. Yang terbaik di dalam kehidupan ini. Yang terbaik akan tergapai dengan mudah dan sesuai dengan keinginan hanyalah dengan satu cara yaitu dicapainya kemajuan. Rasanya alangkah ironisnya jika ada orang yang menolak untuk mencapai kemajuan.

Kemajuan dalam materi juga merupakan salah satu sarana untuk meraih kemajuan batin. Tanpa adanya kemajuan materi, rasanya akan sulit untuk meraih kemajuan batin. Kita ambil contoh yang nyata misalnya di kala kelaparan, uang sepersen tidak dijumpai, di kala sakit tidak sekepingpun uang tersisa, di kala kedinginan tidak sesenpun uang yang ada untuk membeli sejumlah kayu bakar dan seterusnya. Apakah pada kondisi yang serba memprihatinkan ini ada kemungkinan untuk mengkreasi perbuatan baik? Untuk memikirkan diri sendiri saja tidak sanggup apalagi memikirkan orang lain. Seandainya masih mampu memikirkan orang lain maka persentasenya akan minimal sekali. Selain kemajuan materi yang cukup berperan di dalam hidup ini, kemajuan batin juga tidak kalah vitalnya.

Kemajuan materi yang berhasil diraih tanpa diiringi oleh kemajuan batin akan membuat orang menjadi sangat sensitif. Tertimpa musibah sedikit saja, dia akan sangat mudah sekali mengalami depresi, frustrasi dan emosi yang meluap-luap. Di media masa sering kita dengar di mana-mana sejumlah orang-orang yang berlebihan dari segi materi, tega mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup menghadapi tekanan-tekanan yang datangnya silih berganti.

Sangatlah diharapkan, bahwa seseorang yang telah memiliki pengetahuan Dhamma dengan baik, hendaknya menggunakan pengetahuan Dhammanya untuk pengembangan batin, untuk memperoleh berkah kebahagiaan, baik dalam kehidupan saat ini maupun yang akan datang. Pengetahuan Dhamma yang baik jika dipergunakan dalam praktik kehidupan sehari-hari akan membawa manfaat bagi perkembangan batin yang lebih baik.

Dalam Aṅguttara Nikāya II: 245 terdapat empat hal yang dapat membawa perkembangan dalam spiritual. Cara tersebut dikenal dengan sebutan “Cattari Vuddhiyani: 4 kebenaran menuju kemajuan” yang terdiri dari:

  1. Bergaul dengan orang yang bijaksana (Sappurisasamseva)

Bertemu dengan orang yang menunjukkan harta karun, yang suka menunjukkan jalan kebenaran. Karena itu hendaknya selalu bergaul dengan orang yang bijaksana. Sungguh baik dan tak akan rugi bergaul dengan orang bijak bestari. Orang bijaksana tidak akan pernah menganjurkan untuk melakukan perbuatan yang sia-sia atau menyebabkan orang lain terlelap di lautan derita. Bergaul dengan orang bijaksana diibaratkan berdampingan dengan seorang “bodyguard” yang akan selalu melindungi dan menjaga kita dari serangan-serangan yang tidak diharapkan. Tapi bergaul dengan orang bodoh bisa diibaratkan bertetangga dengan orang yang suka main api dan di kala rumahnya terbakar maka rumah kitapun ikut ludes menjadi arang. Oleh karena itu Sang Buddha selalu menyarankan kepada kita semua untuk selalu menghindari orang bodoh agar terlepas dari jeratan derita.


  1. Mendengarkan ajaran-ajaran orang bijaksana (Saddhammassavana)

Di dalam sabda-Nya, Sang Buddha menyatakan: “Biarlah ia memberi nasihat, petunjuk dan mencegah siapa saja yang berbuat jahat. Bahwasannya orang yang suka memberi nasihat disenangi oleh orang-orang baik namun tidak disenangi oleh orang-orang jahat”. Di dalam pergaulan sehari-hari, seandainya di kala kita salah ada yang mencoba memuji maka inilah musuh yang seharusnya disingkirkan. Contohnya: dikarenakan ribut di kelas kita ditegur oleh guru tapi kita tidak mau menerima teguran ini dan berusaha beragumentasi seakan-akan kitalah yang benar. Akhirnya karena kesal dan jengkel guru memberikan sanksi agar kita sadar atas kesalahan yang telah diperbuat. Ternyata tindakan kita ini dipuji oleh seorang teman dengan menyatakan bahwa kita temasuk murid yang hebat karena berani beragumentasi dengan guru. Tipe teman yang begini adalah orang bodoh yang sudah seharusnya disingkirkan sejauh-jauhnya.


  1. Merenungkan serta menganalisa mengenai hal yang baik dan buruk (Yonisomanasikara)

Banyak dijumpai kegagalan dan kehancuran yang tak sepantasnya terjadi dikarenakan kita menilai seseorang dari penampilan fisik (luar) semata-mata. Dikarenakan kerapiannya berpakaian, kita langsung menyimpulkan bahwa dia seorang yang terpelajar tetapi tidak tahunya seorang narapidana kelas berat. Dan sering juga dijumpai orang yang seharusnya menjadi panutan misalnya guru, agamawan atau sesepuh yang sampai tega melakukan perbuatan yang tak sepantasnya dilakukan.

Jadi, sebagai orang yang mendambakan kemajuan batin, dalam arti kata memiliki kebijaksanaan, hendaknya kita memiliki penganalisaan yang lebih mendalam atau akurat sebelum menilai, apakah itu baik atau buruk. Jangan hanya melihat penampilan luar yang mempesona, tanpa membuat pertimbangan yang lebih mendalam kita langsung memberikan penilaian yang sifatnya spontanitas.


  1. Mempraktikkan kebenaran sesuai dengan kebenaran yang telah diselidiki (Dhammanudhammapatipatti)

Dhamma (kebenaran) bisa diibaratkan dengan senjata yang sangat canggih untuk membasmi kejahatan. Di kala terjadi pertempuran di dalam mempertahankan tanah air dari serangan musuh, senjata termuktahir adalah merupakan sarana yang sangat vital untuk meraih kemenangan. Senjata termuktahir tersebut akan sangat bermanfaat hanya jika dipakai dengan semaksimal mungkin dan bukan dipajang di etalase untuk mengusir musuh. Demikian juga halnya dengan Dhamma (kebenaran), ajaran-Nya, Sang Buddha jika tanpa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, sampai kapanpun yang namanya kebahagiaan akan jauh keberadaannya.


Kemajuan merupakan dambaan setiap orang dan siapapun tidak berkenan mengalami kemunduran di dalam kehidupan ini. Kemajuan yang bisa diraih di dalam kehidupan ini pada dasarnya terbagi dua bagian besar yaitu: kemajuan materi dan kemajuan batin. Kemajuan materi yang diraih dengan daya upaya yang benar di mana tidak mengakibatkan penderitaan bagi makhluk lain adalah hal yang selalu dianjurkan oleh Sang Buddha. Tetapi kemajuan materi yang berhasil diraih hendaknya juga diiringi dengan kemajuan batin.


Oleh Bhikkhu Thitasilo

Minggu, 22 Desember 2024


Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya

https://www.dhammacakka.org

Related post