Perenungan Kerap Kali
- Puja Bakti Umum
- February 27, 2025
- 12 minutes read

Jarādhammomhi. Jaraṁ anatīto. Byādhidhammomhi.
Byādhiṁ anatīto. Maraṇadhammomhi. Maraṇaṁ anatīto.
Sabbehi me piyehi manāpehi nānābhāvo vinābhāvo.
Kammassakomhi, Kammadāyādo, Kammayoni, Kammabandhu, Kammapaṭisaraṇo. Yaṃ kammaṁ karissāmi kalyāṇaṁ vā pāpakaṃ vā, Tassa dāyādo bhavissāmi. Evaṁ amhehi abhiṇhaṁ paccavekkhitabbaṁ.”
(Abhiṇhapaccavekkhaṇa Pāṭha)
Manfaat Melakukan Perenungan Kerap Kali (Abhiṇhapacca-Vekkhaṇa)
Manfaat Melakukan Perenungan Terhadap Usia Tua
Yaitu akan menghilangkan kesombongan terhadap kemudaan (usia muda), kecantikan/ ketampanan, dan kita akan mampu menerima kenyataan di saat tanda-tanda usia tua itu muncul di dalam diri (siap menghadapi perubahan).
Manfaat Melakukan Perenungan Terhadap Penyakit
Akan menjadi berhati-hati untuk menjaga kesehatan, akan menghilangkan kesombongan terhadap kesehatan dan kita akan mampu menerima kenyataan di saat mengalami sakit (siap menghadapi perubahan). Ketika jasmani ini sakit, yang penting batin tidak ikut sakit.
Manfaat Merenungkan Tentang Kematian
Mampu menghilangkan kesombongan terhadap kehidupan atau usia panjang. Akan siap dan dapat menerima perubahan ketika salah satu anggota keluarga kita mengalami kematian, bisa tenang dan tidak takut maupun cemas ketika menghadapi kematian. Selain hal-hal di atas, manfaat lain yang bisa diperoleh adalah kita akan selalu bersemangat dalam melakukan kebajikan. Mumpung masih muda sebelum tua, mumpung masih sehat dan kuat sebelum sakit serta mumpung masih hidup sebelum kematian tiba yaitu semangat untuk berbuat baik. Berbuat baik lewat ucapan, perbuatan badan jasmani dan pikiran.
Manfaat Melakukan Perenungan Tentang Perubahan
Supaya kita menjadi orang yang mampu melepas, tidak melekat terhadap kepemilikan, siap menghadapi perubahan yang terjadi karena menyadari bahwa segala sesuatu yang terbentuk dari perpaduan unsur-unsur wajar mengalami perubahan (anicca). Jika hal ini sering direnungkan, pada saat kehilangan atau berpisah dengan apa yang dicintai maupun yang disayangi, kita tidak akan terlalu menderita, karena selalu siap menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidup.
Manfaat Melakukan Perenungan Tentang Tanggung Jawab Atas Kepemilikan Kamma (Perbuatan)
Dapat menghalau hal-hal yang jahat dan senantiasa mengembangkan apa yang bajik. Memahami bahwa diri sendiri mewarisi perbuatan sendiri. Perbuatan apapun yang dilakukan itulah yang akan diwarisi. Selain itu, pada saat menghadiri upacara kematian di rumah duka maupun di tempat pemakaman, hendaknya kita menyadari dan memahami bahwa orang mati tidak membawa apa-apa, semuanya ditinggal (harta kekayaan materi, rumah, mobil, keluarga, dan lainnya). Tetapi ada satu hal yang sesungguhnya dibawa ketika seseorang mati yaitu (kamma) perbuatan. Perbuatan baik atau buruk yang dilakukan semasa hidupnya.
Jika sudah memahami akan hal ini, maka hendaknya sebagai orang yang bijaksana, kita harus mempersiapkan diri untuk membawa bekal yang akan dibawa kelak jika kematian tiba, yaitu berbuat baik lewat pikiran, ucapan dan perbuatan badan jasmani. Sang Buddha bersabda bahwa “Ia berbahagia di dunia ini, ia juga berbahagia di dunia sana, pelaku kebaikan berbahagia di kedua alam”. Kebaikan pasti akan menghasilkan kebahagiaan. “Siapapun yang melaksanakan Dhamma dengan baik, baik melalui pikiran, ucapan maupun perbuatan, saat hidup di dunia ia dipuji oleh para bijaksana, saat kematian tiba berbahagia di alam surga.” (Pabbatopama Gāthā, Saṁyutta Nikāya – Sagāthāvagga).
Kita harus selalu ingat bahwa kematian bisa terjadi setiap saat dan itu pasti terjadi. Buddha mengatakan bahwa hidup itu tidak pasti, yang pasti adalah kematian. Setelah menyadari akan kematian yang pasti terjadi, maka sebagai orang yang bijaksana hendaknya selalu menggunakan sisa hidup yang sangat singkat ini, mumpung masih sehat, kuat, dan masih hidup berumur panjang. Jangan lupa untuk terus melakukan perbuatan baik, karena hanya itu yang akan dibawa ketika meninggalkan dunia ini. Demikian pula, perbuatan baik itulah yang akan dikenang oleh anggota keluarga, teman, dan sahabat yang masih hidup (tidak dilupakan dan selalu dikenang jasa baiknya).
Panjangnya kehidupan belum tentu baik, jika tidak digunakan untuk berbuat baik. Pendeknya kehidupan belum tentu jelek, jika dalam waktu hidup yang pendek itu digunakan untuk berbuat baik. Kehidupan menjadi baik bukan karena panjang dan pendeknya hidup, tetapi ada pada perbuatan baik makhluk hidup. Selanjutnya, untuk mendiang atau seseorang yang sudah meninggal bagaimana? Apa yang bisa kita lakukan?
Kita lakukan pelimpahan jasa, sebagai bentuk bakti anggota keluarga yaitu dengan melakukan kebaikan. Menjamu para tamu yang datang dengan makanan, minuman atau camilan, lalu tambah kebaikan yang dilakukan bersama dengan membaca paritta, meditasi, memiliki pengendalian diri, bertekad menjalankan sila, ini semua adalah kebaikan. Kebaikan-kebaikan inilah yang bisa dijadikan sarana untuk dilimpahkan kepada mendiang, semoga mendiang ikut berbahagia atas kebaikan yang dilakukan terutama oleh anggota keluarganya. Semoga mendiang berbahagia dan terlahir di alam yang bahagia, hingga akhirnya mencapai kebahagiaan tertinggi, Nibbana.
Caranya bagaimana? Pada saat atau setelah berbuat baik, bertekad mengucapkan perenungan kata-kata sebagai berikut Idaṁ vo ñātīnaṁ hotu sukhitā hontu ñātayo. Yang artinya: “Semoga timbunan jasa kebajikan ini melimpah kepada sanak keluarga yang telah meninggal (bisa disebutkan nama mendiang) semoga mereka berbahagia.” Jika memungkinkan, bacakanlah Ettavata dan artikan ke dalam Bahasa Indonesia secara bersama-sama.
Pada intinya, kebajikan ini telah dilakukan oleh anggota keluarga dari mendiang dan kita semua, yang pasti akan membuahkan manfaat bagi diri sendiri yang telah melakukan kebaikan itu. Serta semoga mendiang di manapun terlahirkan kembali (punabbhāva) semoga turut berbahagia, turut muditacitta atas kebaikan yang telah dilakukan bersama oleh anggota keluarganya yang masih hidup. Semoga mendiang terlahir di alam yang bahagia, hingga pada akhirnya mencapai kebebasan sejati, kebahagiaan tertinggi, Nibbana.
Demikian pula, semoga keluarga yang ditinggalkan selalu hidup rukun, harmonis, tenteram, selalu sehat, bahagia, dan tercapai cita-citanya. Semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sebagai penutup dan perenungan bagi kita semua, mari kita mengingat pesan Sang Buddha dalam Tirokudda Sutta, Khuddakapātha, sebagai berikut:
“Orang yang mengenang budi yang mereka lakukan di waktu lampau bahwa,
Ia memberi ini kepadaku.
Ia melakukan hal ini untukku.
Ia adalah kerabatku, sahabatku, dan temanku, patut memberikan persembahan dana kepada mereka yang telah meninggal.
Tangisan, kesedihan, ataupun ratapan lainnya tidak perlu dilakukan.
Karena tangisan dan sebagainya itu tidak ada gunanya bagi mereka yang telah meninggal.
Demikianlah kebiasaan para sanak keluarga.
Persembahan yang telah dihaturkan ini, yang disajikan dengan baik kepada Saṅgha, akan segera bermanfaat bagi mendiang itu sepanjang waktu yang lama.
Kebajikan demi sanak keluarga ini telah Anda contoh.
Puja besar telah Anda lakukan demi para sanak keluarga yang telah tiada.
Dan, Kekuatan tubuh para bhikkhu pun telah Anda dukung
Dengan demikian, kebajikan yang tidak sedikit telah Anda upayakan.
Oleh Bhikkhu Jayanando
Minggu, 23 Februari 2025