Sariputta & Mahāmoggalāna

Halo teman-teman se-Dhamma semua, sotthi hontu!  Pada hari Minggu, 29 Juni 2025, Remaja VJDJ mengadakan Dhammadesana dengan tema “Sariputta & Mahāmoggalāna” yang dibawakan oleh Romo Fendy di SMP.  Kami sudah merangkumnya untuk teman-teman. Maka dari itu, mari kita simak rangkumannya bersama-sama!

 

Siapakah Sariputta & Mahamoggalana?

 

Sariputta, yang nama aslinya Upatissa, berasal dari desa Upatissa, sedangkan Mahāmoggalāna, atau Kolita, berasal dari desa Kolita. Keduanya memiliki latar belakang keluarga terpandang dan terlahir pada hari yang sama.  Mereka adalah sahabat karib sejak kecil,  bersama-sama mencari kebenaran spiritual hingga akhirnya bertemu dengan Buddha. Pertemuan mereka dengan Bhikkhu Assaji menjadi titik balik penting, di mana Bhikkhu Assaji membabarkan 4 bait Dhamma berikut:

– Segalanya timbul karena sebab.

– Tathagata telah menyatakan penyebabnya.

– Dan juga apa yang dapat menghentikannya.

– Demikianlah yang diajarkan oleh Sang Petapa Agung.

 

   Memicu pencerahan awal (Sotāpatti) bagi Sariputta di 2 bait pertama. Mahāmoggalāna juga mencapai sotāpatti setelah pengulangan Dhamma dari Sariputta. Mereka kemudian menjadi siswa utama Buddha dan mencapai tingkat Arahat, Sariputta dalam 15 hari ketika mendengar Dhamma sambil mengipasi Sang Buddha, lalu Mahāmoggalāna dalam 7 hari dengan berlatih meditasi keras hingga ia letih dan mengantuk.

 

Peran Sariputta dan Mahamoggalana Dalam Perjalanan Sang Buddha

 

Peran mereka dalam perjalanan Sang Buddha sangat signifikan. Sebagai murid utama, mereka membantu menyebarkan ajaran Buddha, memberikan dukungan penuh dalam penulisan dan penyusunan teks-teks Abidhamma.

Sariputta juga dikenal karena kebijaksanaannya  sementara Mahāmoggalāna dikenal karena kekuatan batinnya.

Kualitas seorang sahabat sejati, menurut ajaran Buddha, tidak selalu berarti harus sepemikiran, tetapi lebih pada kemampuan saling menolong, mendampingi, menasihati, dan menjadi penyamarata. Kualitas-kualitas spiritual yang diperlukan untuk menjadi sahabat sejati adalah Saddhā (Keyakinan), Sīla (Moralitas), Cāga (Kedermawanan), dan Paññā (Kebijaksanaan). Ini adalah kualitas yang dapat diteladani dari Sariputta dan Mahāmoggalāna.

 

Kehidupan Sariputta dan Mahāmoggalāna menunjukkan bagaimana kesamaan tujuan spiritual, meskipun dengan perbedaan dalam pendekatan, dapat menciptakan persahabatan yang kokoh dan saling mendukung menuju pencerahan.  Persahabatan sejati harus mendorong perkembangan spiritual dan mendukung praktik Dhamma, bukan sekadar hubungan duniawi.

 

Demikian rangkuman Dhammadesana mengenai “Sariputta & Mahāmoggalāna” yang diadakan, semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari. Terima kasih sudah membaca, dan sotthi hontu! 

Apa itu metta?

Metta adalah cinta kasih tanpa ada kotoran batin (lobha, dosa, moha). Metta sebagai penjaga dalam hubungan sosial, mempereratan 2 sisi yang menjadi 1, jika memancarkan metta kepada orang lain maka orang lain juga akan membalas ke diri anda.

Cara praktek Metta:

Mettakāya Kamma adalah perbuatan cinta kasih melewati jasmani, mettavaca kamma adalah perbuatan cinta kasih melewati ucapan, mettamano kamma adalah perbuatan cinta kasih melewati pikiran, Sādhāraṇa Bhogī adalah berbagi dhamma atau berdana, Sīlāsamanata adalah melakukan sila dengan benar, Diṭṭhisāmaññata adalah pandangan yang benar, malu akan membuat kejahatan dan takut atas akibatnya.

Manfaat prakteknya: tidur tenang dan bahagia, disenangi orang lain ☺, wajah lebih indah, meninggal dunia dengan tenang, tidak bermimpi buruk dan lahir di alam Brahmā.

Hidup itu selalu dinamis dan konflik pasti akan ada, lalu bagaimana cara mengatasinya?

Caranya: pikiran tidak terpengaruh dengan cara bernafas perlahan, tidak mengucapkan kata-kata kasar. Kita juga harus memperbedakan metta dan manja.

– Metta: cinta kasih universal tanpa ada nilai kekotoran batin, sedangkan

– Manja: cinta yang diliputi kekotoran batin.

Metta bhavana untuk latihan mengembangkan cinta kasih,

– Metta = cinta kasih ,

– Bhavana = mengembangkan.

Kita harus membahagiakan dan mencintai diri sendiri sebelum membahagiakan orang lain.

Objek yang dihindari saat metta bhavana:

orang yang dicintai karena jika memori yang sedih dengan mereka, maka kita akan sedih juga. Selain itu tidak boleh lawan jenis atau orang yang disukai karena dapat menimbulkan rasa nafsu, orang meninggal juga tidak boleh, karena sudah meninggal sehingga sulit untuk memunculkan cinta kasih kepada yang sudah meninggal dunia. Lebih baik untuk awal-awal fokuskan pada 2 poin, yaitu: diri sendiri , guru atau orang yang dihormati.

Demikian rangkuman tentang Dhammadesana yang dilakukan di SMA, semoga rangkuman ini dapat bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari. Terima kasih sudah membaca dan sotthi hontu!

Penceramah : Ko Sukha

Hari/Tanggal : 29 Juni 2025

Waktu : 09:09 – 11:00

Related post