Sussusati Sutta

 Sussusati Sutta

Dhammapīti sukhaṁ seti, vippasannena cetasā

 Ariyappavedite dhamme, sadā ramati paṇḍito’ti.

 “Ia yang mengenal Dhamma akan hidup berbahagia dengan pikiran tenang. Orang bijaksana selalu bergembira dalam ajaran yang dibabarkan oleh para Ariya”. (Dhammapada 79)

 

Kewajiban umat Buddha

Sebagai umat Buddha, kita menjalankan kewajiban beribadah secara minggu-an di vihara, dan beribadah harian di rumah masing-masing. Saat kita beribadah di vihara, selain kita membacakan palivacana; paritta, sutta, gatha, patha, bermeditasi, berdana, kita juga mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan Dhamma yang dibabarkan oleh para Dhammaduta atau Dhammakatthika.

 

Manfaat Mendengarkan Dhamma

Penting sekali sebagai umat Buddha belajar Dhamma lewat mendengarkan Dhammadesana.

Dalam Dhammasavananisamsa, Kitab Suci Aṅguttara Nikāya kelompok lima, Sang Buddha menerangkan bahwa ada lima manfaat yang didapatkan dari mendengarkan Dhamma, yaitu:

  1. Asutaṁ suṇāti; mendengar yang belum pernah didengar.

  2. Sutaṁ pariyodāpeti; mendengar ulang membuat semakin paham dan mengerti.

  3. Kankhaṁ vitarati; semakin paham membuat keraguan hilang, dan keyakinan meningkat.

  4. Diṭṭhiṁ ujuṁ karoti; sering mendengarkan Dhamma membuat pandangan salah terganti dengan pandangan benar.

  5. Cittamassa pasīdati; mendengarkan Dhamma membuat pikiran tenang dan bahagia. 

 

Kisah Lima Murid Awam

Dalam Dhammapada Atthakatha, banyak cerita ketika seseorang mendengarkan Dhamma, salah satunya adalah kisah tentang Lima Murid Awam: Pada suatu ketika, lima murid awam hadir pada saat Sang Buddha sedang berkhotbah Dhamma di Vihara Jetavana. Seorang dari mereka duduk tertidur, orang kedua menggambar garis-garis di tanah dengan jarinya, orang ketiga mencoba mengguncang sebatang pohon, dan orang keempat memandangi langit. Orang kelima merupakan satu-satunya murid yang mendengarkan Sang Buddha dengan hormat dan penuh perhatian.

Ananda Thera, yang berada di dekat Sang Buddha sambil mengipasi Beliau melihat tingkah laku lima murid awam yang berbeda tersebut.

Ia berkata kepada Sang Buddha, “Bhante! Sementara Bhante menguraikan Dhamma seperti tetesan air hujan jatuh dari langit, hanya satu dari lima orang itu yang mendengarkan dengan penuh perhatian”.

Kemudian Ananda Thera menyampaikan tingkah laku yang berbeda dari empat orang itu terhadap Sang Buddha dan bertanya mengapa mereka bertingkah laku demikian.

Sang Buddha menjelaskan kepada Ananda Thera, “Ananda, orang-orang ini tidak dapat menyingkirkan kebiasaan lama mereka. Dalam kehidupan mereka yang lampau, orang pertama adalah seekor ular. Seekor ular biasa melingkarkan dirinya dan tertidur, demikian pula, orang ini tertidur ketika mendengarkan Dhamma.

Orang yang mengais tanah dengan jari tangannya adalah seekor cacing tanah, yang mengguncang pohon adalah seekor kera, yang menatap langit adalah seorang ahli ilmu bintang, dan orang yang mendengarkan Dhamma dengan penuh perhatian adalah seorang peramal terpelajar.

Dalam kaitan ini, Ananda, engkau harus ingat bahwa seseorang haruslah penuh perhatian untuk dapat memahami Dhamma dan bahwa banyak sekali orang yang tidak dapat menjalankan hal ini”.

Kemudian Ananda Thera bertanya kepada Sang Buddha, “Bhante! Hal-hal apa yang menghalangi orang untuk dapat mengerti Dhamma?”

Sang Buddha menjawab, “Ananda, nafsu (raga), kebencian (dosa), dan ketidak-tahuan (moha) adalah tiga hal yang menghalangi orang mengerti Dhamma. Nafsu membakar seseorang; tidak ada api sepanas nafsu. Dunia mungkin saja terbakar ketika tujuh matahari muncul di angkasa, tetapi itu jarang sekali terjadi. Namun nafsu selalu membakar tanpa henti”.

Murid yang mendengarkan dengan penuh perhatian mencapai tingkat kesucian sotapatti, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.

 

6 Sikap yang Benar Saat Mendengarkan Dhamma

”Para bhikkhu, dengan memiliki enam kualitas, selagi mendengarkan Dhamma sejati seseorang mampu memasuki jalan pasti [yang terdapat dalam] kebenaran dalam kualitas-kualitas bermanfaat. Apakah enam ini? Ketika Dhamma dan disiplin yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata sedang diajarkan, yaitu:

  1. ia ingin mendengarnya (desiyamane sussūsati).

  2. ia menyimaknya (sotam odahati).

  3. ia mengarahkan pikirannya untuk memahami (anna cittam upatthapeti).

  4. ia menangkap maknanya (attham ganhati).

  5. ia membuang apa yang bukan maknanya (anattham rincati)

  6. ia mengadopsi kepercayaan yang selaras [dengan ajaran] (anulomikaya khantiya samannagato)

Dengan memiliki keenam kualitas ini, selagi mendengarkan Dhamma sejati seseorang mampu memasuki jalan pasti [yang terdapat dalam] kebenaran dalam kualitas-kualitas bermanfaat.” 

 

Sumber:

  • Kitab Suci Dhammapada, Yayasan Dhammadipa Arama

  • Dhammapada Atthakatha, Kisah-kisah Dhammapada, Vidyasena Production, 2012

  • Seri Tipitaka, Aṅguttara Nikāya, Khotbah-khotbah Numorikal Sang Buddha, Jilid 3, DhammaCitta Press

 

Oleh Bhikkhu Dhammiko

Minggu, 4 Agustus 2024

 

 

Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya

https://www.dhammacakka.org

Related post