Thana Sutta

 Thana Sutta

Sārañca sārato ñatvā, asārañca asārato.

Te sāraṃ adhigacchanti, sammāsaṅkappagocarā.

Mereka yang mengetahui kebenaran sebagai kebenaran, dan ketidak-benaran sebagai ketidak-benaran, maka mereka yang mempunyai pikiran benar seperti itu, akan dapat menyelami kebenaran. [Dhammapada, Yamaka Vagga:12]

 



Di dalam Ṭhāna Sutta, Aṅgutara Nikāya IV.115, terdapat pernyataan dari Sang Buddha kepada para Bhikkhu tentang empat kasus perbuatan. Sang Buddha berkata “Para bhikkhu, ada empat kasus perbuatan ini. Apakah empat ini? (1) Ada perbuatan yang tidak menyenangkan untuk dilakukan yang terbukti berbahaya. (2) Ada perbuatan yang tidak menyenangkan untuk dilakukan yang terbukti bermanfaat. (3) Ada perbuatan yang menyenangkan untuk dilakukan yang terbukti berbahaya. (4) Ada perbuatan yang menyenangkan untuk dilakukan yang terbukti bermanfaat”.

  1. Ada perbuatan yang tidak menyenangkan untuk dilakukan yang terbukti berbahaya.

Buddha berkata “Para bhikkhu, ambil kasus perbuatan pertama yang tidak menyenangkan untuk dilakukan yang terbukti berbahaya. Seseorang mempertimbangkan bahwa perbuatan ini seharusnya tidak dilakukan atas kedua dasar: karena tidak menyenangkan untuk dilakukan dan karena terbukti berbahaya. Ia harus mempertimbangkan bahwa perbuatan ini seharusnya tidak dilakukan atas kedua dasar”.

Perbuatan buruk apapun melalui pikiran, ucapan, dan badan jasmani adalah tidak baik untuk dilakukan karena berbahaya, membuahkan penderitaan. Seseorang hendaknya tidak melakukan perbuatan tersebut dengan pengertian bahwa perbuatan itu tidaklah baik, dan perbuatan yang tidak baik ini mendatangkan bahaya penderitaan. Sebelum berbuat hendaknya seseorang menyelidiki terlebih dahulu, mengerti bahwa perbuatan itu tidak baik, dan terbukti berbahaya. Pengertian yang demikian menjadi dasar yang kuat agar memiliki pengendalian diri sehingga tidak melakukan kejahatan yang mendatangkan bahaya penderitaan.


  1. Ada perbuatan yang tidak menyenangkan untuk dilakukan yang terbukti bermanfaat.

Buddha berkata “Berikutnya, ambil kasus perbuatan yang tidak menyenangkan untuk dilakukan yang terbukti bermanfaat. Adalah dalam kasus ini seseorang dapat memahami siapa orang dungu dan siapa orang bijaksana sehubungan dengan kekuatan manusia, kegigihan manusia, dan pengerahan usaha manusia. Si dungu tidak merefleksikan sebagai berikut: ‘Walaupun perbuatan ini tidak menyenangkan untuk dilakukan, tetap saja perbuatan ini terbukti bermanfaat.’ Maka ia tidak melakukan perbuatan itu, dan keenggannya untuk melakukannya terbukti berbahaya. Tetapi orang bijaksana merefleksikan sebagai berikut: ‘Walaupun perbuatan ini tidak menyenangkan untuk dilakukan, tetap saja perbuatan ini terbukti bermanfaat.’ Maka ia melakukan perbuatan itu, dan terbukti bermanfaat.”

Ada orang yang bijaksana dan tidak bijaksana yang sangat bertolak belakang dalam perbuatan. Orang bijaksana memiliki pikiran, ucapan dan perbuatan yang baik. Sedangkan orang yang tidak bijaksana memiliki pikiran, ucapan, dan tindakan yang buruk. Mereka yang tidak bijaksana karena dikuasai kemalasan, maka saat diarahkan untuk praktik Dhamma dia tertekan, merasakan ketidaknyamanan walaupun praktik Dhamma itu terbukti bermanfaat. Karena ia dikuasai oleh kemalasan, dan tidak memiliki keyakinan ia tidak mempraktikkan Dhamma dan terbukti berbahaya. Akan tetapi ada orang yang berpikir, walaupun praktik Dhamma ini tidak menyenangkan, tetapi ia tetap mempraktikkannya walaupun dengan keyakinan yang tidak begitu kuat, dan praktik Dhamma tersebut terbukti bermanfaat.


  1. Ada perbuatan yang menyenangkan untuk dilakukan yang terbukti berbahaya.

Buddha berkata “Berikutnya, ambil kasus perbuatan yang menyenangkan untuk dilakukan yang terbukti berbahaya. Dalam kasus ini juga, seseorang dapat memahami siapa orang dungu dan siapa orang bijaksana sehubungan dengan kekuatan manusia, kegigihan manusia, dan pengerahan usaha manusia. Si dungu tidak merefleksikan sebagai berikut: ‘Walaupun perbuatan ini menyenangkan untuk dilakukan, tetap saja perbuatan ini terbukti berbahaya.’ Maka ia melakukan perbuatan itu, dan terbukti berbahaya. Tetapi orang bijaksana merefleksikan sebagai berikut: ‘Walaupun perbuatan ini menyenangkan untuk dilakukan, tetap saja perbuatan ini terbukti berbahaya.’ Maka ia tidak melakukan perbuatan itu, dan keenggannya untuk melakukannya terbukti bermanfaat.”

Orang yang tidak bijaksana telah dikuasai oleh kotoran batin, sehingga tidak memiliki pandangan benar bahwa menuruti nafsu kesenangan indria, sifatnya menyenangkan adalah berbahaya. Karena pandangan salahnya ia terbuai dalam kesenangan indria sehingga mendatangkan bahaya bagi dirinya. Akan tetapi, orang yang bijaksana memiliki pandangan benar, bahwa kesenangan indria  memiliki sedikit kebahagiaan namun banyak penderitaan. Pemuasan nafsu kesenangan indra terlihat menyenangkan, tapi jika dilakukan itu sangat berbahaya. Dengan pengertian benar demikian, ia tidak dikuasai oleh kotoran batin, orang bijaksana ini memiliki pengendalian diri, menghindari hal-hal yang buruk dan terbukti bermanfaat.


  1. Ada perbuatan yang menyenangkan untuk dilakukan yang terbukti bermanfaat.

Buddha berkata “Berikutnya, ambil kasus perbuatan yang menyenangkan untuk dilakukan yang akan terbukti bermanfaat. Perbuatan ini dianggap sebagai perbuatan yang harus dilakukan atas kedua dasar: karena menyenangkan untuk dilakukan dan karena terbukti bermanfaat. Perbuatan ini dianggap sebagai perbuatan yang harus dilakukan atas kedua dasar ini.”

Praktik Dhamma adalah baik untuk dilakukan dan sangat bermanfaat. Orang yang bijaksana memiliki keyakinan yang kuat dalam praktik Dhamma. Menpraktikkan kedermawanan, menjalankan moralitas, berlatih dalam pengembangan batin akan ia lakukan sepenuh hati dengan keyakinan, dan pengertian yang benar. Melalui praktik Dhamma tersebut ia merasakan manfaat bagi dirinya dan makhluk lain. Apabila seseorang berbuat bajik, hendaklah dia mengulangi perbuatannya itu dan bersuka cita dengan perbuatannya itu, sungguh membahagiakan akibat dari memupuk perbuatan bajik (Dhammapada, syair 118).


Setiap perbuatan buruk akan mendatangkan bahaya, sebaliknya setiap perbuatan baik apapun yang kita lakukan melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan jasmani pasti mendatangkan manfaat. Berusaha tidak melakukan perbuatan buruk karena mengetahui akan bahaya yang mengikuti sebagai akibatnya. Berupaya melakukan kebaikan karena mengerti akan manfaat yang akan diperoleh sebagai buahnya. Antara orang bijaksana dan tidak bijaksana dapat  diketahui melalui perbuatannya. Orang yang tidak bijaksana selalu mendekatkan diri pada keburukan, dan menjauhkan diri pada kebaikan. Akan tetapi orang yang bijaksana senantiasa menjauhkan diri pada keburukan, dan selalu dekat dengan kebaikan.


Oleh Bhikkhu Kusalasarano

Minggu, 28 Juli 2024


Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya

https://www.dhammacakka.org

Related post