Hutan yang Terbakar
- Puja Bakti Umum
- March 10, 2025
- 6 minutes read

“Akkocchi maṁ avadhi maṁ, ajini maṁ ahāsi me.
Ye ca taṁ nupanayhanti, veraṁ tesūpasammati”
Dia mencaci maki saya, dia memukul saya, dia menaklukkan saya, dia merampas barang saya. Mereka yang tidak memendam pikiran tersebut, kebencian mereka berakhir. (Dhammapada 4)
Setiap masa ada cerita yang terjadi di masyarakat, begitu juga setiap waktu ada momennya masing-masing. Namun dalam momen kehidupan tidak hanya kebahagiaan yang diterima, melainkan juga ketidakbahagiaan. Ketika seseorang bertemu dengan hal yang tidak diharapkan, walaupun sudah diperhitungkan secara matang maka akan muncul penderitaan. Bahkan karena krisis sumber daya, suatu negara pun bisa menginvasi negara lainnya; bahkan bisa menimbulkan konflik berkepanjangan (perang). Kebencian yang tersimpan dalam benak seseorang sewaktu-waktu pun akan menjadi bom waktu, yang dapat meledak kapan saja. Bom waktu yang terjadi dapat termanifestasi berupa perilaku di kehidupan nyata.
Meniadakan Api Kebencian
Seseorang yang mampu menekan kebencian, bahkan meniadakan kebencian pada diri sendiri adalah hal yang baik. Namun tidak semua orang mampu melakukannya, hal ini didasari oleh pandangan yang keliru. Perlu diketahui bahwa yang mampu menghilangkan kebencian pada diri kita adalah pribadi kita masing-masing. Menderita-bahagia kehidupan kita pun ditentukan oleh diri sendiri, bukan orang lain. Buddha pernah berpesan kepada kita di dalam An. 5.161, berkaitan dengan bagaimana cara untuk meniadakan kebencian.
- Metta (melakukan pengembangan cinta kasih)
Apabila seseorang menyimpan sebuah kebencian, maka ingatlah Dhamma. “bukan karena marah dan benci, membuat orang lain celaka”, yang dimaksud di sini adalah seseorang perlu bisa menekan kebencian yang muncul dan berusaha memunculkan cinta kasih tanpa batas tiada hingga sifatnya universal. Tidak sekonyong-konyong langsung muncul, namun perlu ada usaha dan tekad yang kuat. Perlu ada latihan yang panjang, butuh proses dan pengalaman tidak sedikit.
- Karuna (kewelas asihan)
Sadar di dunia ini tidak ada yang menginginkan penderitaan, maka berusaha memunculkan kewelas asihan. “Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta” semoga semua makhluk hidup berbahagia, seringkali diucapkan dengan lantang oleh umat Buddha. Hal ini tidak hanya dijadikan semboyan saja, melainkan dijadikan pedoman hidup yang nyata. Perlu ada praktik di dalam kehidupan ini, dengan adanya kewelas asihan maka kebencian tidak muncul.
- Upekkha (keseimbangan batin dikembangkan)
Keseimbangan batin atau ketenangan sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Hal ini sangat dibutuhkan di setiap momen kehidupan, baik bertemu dengan pengalaman menyenangkan atau tidak menyenangkan sekalipun. Keseimbangan batin dapat dimunculkan dengan cara berlatih meditasi. Dengan seseorang berlatih meditasi maka, ia pun akan perlahan mampu mengendalikan pikiran dengan baik.
- Asati amanasikara (berusaha melupakan kebencian yang muncul)
Masa lalu adalah hal yang sulit untuk dilupakan, tersimpan dengan baik di dalam pikiran. Tetapi jika yang tersimpan adalah kebencian, maka itupun harus segera dilenyapkan atau dikikis secara perlahan. Cara terbaik untuk hal ini yakni dengan melakukan kegiatan yang positif, dengan melakukan aktivitas yang positif maka ingatan-ingatan negatif pun perlahan akan terdorong untuk tidak muncul.
- Kammasakata (perenungan akan kepemilikan kamma masing-masing)
Kalau seseorang sering merenungkan akan kamma dan didasari keyakinan akan hukum kamma; maka seseorang tersebut akan mudah untuk berpikiran yang positif. Hal ini dikarenakan, seseorang mengetahui sebelum ia melakukan hal buruk ataupun berpikir buruk kepada orang lain, maka ialah yang menderita terlebih dahulu. Jika seseorang menyimpan kebencian, maka ia seperti seseorang yang memegang bola api yang panas. Sebelum dilemparkan ke arah sasaran, seseorang tersebut yang pertama kali merasakan panasnya bola api.
Dengan seseorang mengembangkan kelima hal tersebut, semoga mampu mengurangi, mengikis, dan juga menghilangkan kebencian yang ada pada diri kita.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Oleh Bhikkhu Jayadhiro
Minggu, 09 Maret 2025