Manfaat Pengembangan Cinta Kasih (Metta)

 Manfaat Pengembangan Cinta Kasih (Metta)

“Bahum pi ce saṃhitaṃ bhāsamāno, na takkaro hoti naro pamatto

Gopo va gāvo gaṇayaṃ paresaṃ, na bhāgavā sāmaññassa hoti”

Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, maka orang yang lengah itu sama seperti penggembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain. Ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci. 

 

(Dhammapada 19)

 



Sebagian besar Ibu Bapak yang setiap hari Minggu pergi ke vihara untuk melakukan puja bakti pasti tidak asing dengan Karaniya Mettā Sutta atau Sutta tentang cinta kasih. Ibu Bapak mungkin bahkan sudah hafal setiap kalimat dalam Bahasa Pali akan tetapi apabila tidak dipaktikkan dalam kehidupan sehari-hari maka Sutta ini tidak akan membawa banyak manfaat. Bahkan tidak sedikit juga dari kita masih beranggapan bahwa Karaniya Mettā Sutta ini seperti jimat yang apabila dibacakan akan mengusir para hantu. 

 

Merujuk pada kisah awal, sutta ini disampaikan oleh Guru Agung Buddha pada saat Beliau berada di Kota Savatthi kepada 500 orang bhikkhu yang diganggu oleh para dewa Pohon di tempat mereka bermeditasi. Dan ketika para bhikkhu kembali ke hutan tempat mereka berlatih, mereka membacakan Karaniya Mettā Sutta dengan penuh perhatian dan para Dewa pohon di tempat itu setelah mendengarkan Karaniya Mettā Sutta yang menggambarkan cinta kasih dan belas kasih kepada semua makhluk, mereka menyambut para bhikkhu dengan senang dan rasa bersahabat, mendatangi para bhikkhu meminta ijin membawakan mangkuk dan jubah mereka serta menjaga Para Bhikkhu yang sedang berlatih siang dan malam.  

Di dalam kitab Aṅguttara Nikāya V, 342 di sebutkan sebelas manfaat dari pengembangan cinta kasih (mettā), yaitu: 

  1. Tidur dengan nyenyak (Sukhaṃ supati) 

  2. Terjaga dengan bahagia (Sukhaṃ paṭibujjhati)

  3. Tidak bermimpi buruk (Na pāpakaṃ supinaṃ passati) 

  4. Disukai manusia (Manussānaṃ piyo hoti)

  5. Ia disukai makhluk bukan manusia (Amanussānaṃ piyo hoti)   

  6. Dilindungi oleh para dewa (Devatā rakkhanti) 

  7. Api, racun dan senjata tidak dapat melukai (Nāssa aggi vā visaṃ vā satthaṃ vā kamati) 

  8. Pikirannya dapat dengan cepat terkonsentrasi (Tuvaṭaṃ cittaṃ samādhiyati) 

  9. Raut wajahnya tenang (Mukhavaṇṇo vippasīdati) 

  10. Meninggal dunia dengan tidak bingung (Asammūḷho kālaṃ karoti)  

  11. Jika belum mencapai kesucian, setelah meninggal terlahir di alam Brahma (Uttari appaṭivijjhanto brahmalokūpago hoti)      

 

Manfaat-manfaat tersebut diperoleh jika: ditekuni, dikembangkan dan dilatih dengan serius, dijadikan kendaraan pergi ke mana pun dan landasan, dijalankan sebagai kebiasaan, dikokohkan dan dilaksanakan dengan benar. 

 

Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.  

 

Sumber:

  • Kitab Dhammapada

  • Nalanda Foundation

 

Oleh Bhikkhu Pariñño

 

Minggu, 15 September 2024

 

 

 

Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya

https://www.dhammacakka.org

Related post